Nama pengarang:
T. Sandi Situmorang
Tahun terbit:
2013
Judul novel:
A Heart For Two – Kuatlah Ketika Duka Datang
Kota terbit:
Yogyakarta
Penerbit:
Sheila/Penerbit Andi
Jumlah halaman:
234 halaman
Jonathan Preston, atau lebih akrab
disapa Jo adalah novelis yang mulai naik daun. Setelah beberapa kali
menerbitkan novel melalui Generation, Sandiora Publisher mulai melirik
naskahnya. Sandiora menganggap Jo adalah penulis yang potensial dan akan turut
serta dalam melambungkan nama Sandiora Publisher. Maka Sandiora meminta Jo
untuk menyetor naskahnya –melalui Fiana Loretta, salah satu editor fiksi
Sandiora Publisher.
Dan Fia adalah kekasih Jo.
Jonathan sendiri merasa ragu apakah
naskahnya akan dieditori dengan baik oleh Fia, mengingat keduanya berpacaran
baru beberapa bulan terakhir. Ia tak ingin naskahnya dieditori asal-asalan dan
dipandang subjektif. Maka, Jo meminta satu syarat: naskahnya tak dieditori oleh
Fia. Sandiora menerima keputusan itu dan mengutus Mayang untuk mengeditori
naskah Jo.
Akibatnya fantastis, dalam hitungan
minggu, novel Jo yang berjudul “Song of Sorrow” menjadi booming. Dan dalam beberapa bulan, novelnya telah naik cetak
sebanyak 3 kali. Kondisi finansial Jo semakin membaik, status Jo sebagai
novelis semakin diteguhkan, namanya kian tenar serta seminar dan workshop penulisan di berbagai kota dan
pulau pun telah ia datangi. Begitu pula hubungan Jo dengan Panji, Chief Editor
di Sandiora Publisher. Mereka berdua cepat akrab dan dalam hitungan bulan telah
naik status menjadi sahabat. Ia mensyukuri semua berkah itu.
Namun, ada satu hal yang selalu membuatnya merasa janggal. Ibunda
dari Fia, Salma, masih berlaku dingin dan judes terhadapnya. Jo tak pernah
terlihat baik di mata Salma, selalu ada saja kekurangan Jo yang membuat dirinya
tak suka. Tak hanya sekali-dua kali Salma menyindir Fia atas kekurangan Jo,
bahkan beberapa kali meminta agar hubungan mereka putus begitu saja. Apalagi, Paula,
kakaknya juga tak kalah sering berlaku nyinyir atas hubungan Fia dan Jo. Jelas
Fia keberatan, karena baginya Jo adalah lelaki yang spesial. Maka, di tengah
badai penolakan dari ibu dan kakaknya, Fia memaksakan mempertahankan
hubungannya dengan Jo.
Badai semakin kencang ketika Salma memperkenalkan Fia dengan anak
temannya yang bernama Veryldo. Iman Fia mulai goyah, namun ia tetap keukeuh mempertahankan hubungannya
dengan Jo walaupun batinnya sendiri berkonflik dengan hebat. Memilih lelaki
yang mana? Apakah yang ia cintai, ataukah yang direstui bundanya? Fia
memutuskan untuk menjalaninya terlebih dahulu, diam-diam jalan dengan Veryldo,
namun masih dengan status sebagai kekasih Jonathan Preston. Ia tidak
memberitahu Veryldo bahwa ia berpacaran, dan ia tak memberitahu Jo kalau ia
sering jalan dengan laki-laki lain.
Sementara itu, dibalik konflik Jo dan Fia, hubungan Panji dan
Kiara, tunangannya, pun tak kalah bermasalah. Panji sebenarnya tak mencintai
Kiara, namun semua itu terpaksa dilakukan untuk membalas budi pada Pak Diora.
Panji disekolahkan mulai SMP hingga S2 di Australia, memperoleh fasilitas mewah
dan diperlakukan bak anak sendiri, semua itu akibat Pak Diora. Maka, apa
salahnya sih menerima cinta Kiara?
Walau jauh di dalam hati Panji, ia tak bisa membohongi perasaannya
kalau ia tak mencintai Kiara. Apalagi Kiara adalah gadis sombong, posesif, suka
merendahkan orang lain dan punya tempramen yang bermasalah. Kiara bisa meledak
sewaktu-waktu bila keinginannya tak terpenuhi, dan dia akan melakukan apapun
agar tujuannya tercapai. Termasuk memaksa Panji agar mau menikahi dirinya.
Dua lelaki dengan dua kisah. Dua hubungan dengan empat hati. Sanggupkah
mereka menghadapinya? Sanggupkah mereka bertahan di atas perahu yang
terombang-ambing diterjang badai besar? Apakah perahu yang mereka akan
tenggelam, ataukah justru tetap selamat melawan badai?
Kritik dan tanggapan saya:
Cukup jarang juga sebuah novel yang memiliki tokoh utama seorang novelis dan
tokoh utama lain yang bekerja di industri penerbitan. Sudut pandang yang
menarik, sekaligus memberikan kita sedikit info mengenai bagaimana dunia
penerbitan dan penulisan naskah fiksi. Konfliknya pun terlihat natural dan
dewasa, tidak berlebihan, namun tetap terasa pas. Bagian paling seru adalah
saat-saat dimana ada Kiara, si antagonis yang menyebalkan itu, karena pasti
akan selalu ada semburan dan makian pedas yang keluar dari mulutnya :)
Namun, ending-nya...ternyata menggantung. Tidak happy, tidak pula sad.
Tidak ada kelanjutan kisah mengenai peristiwa heboh yang terjadi antara Panji
dan Jo (ah dilarang spoiler! baca
sendiri yaaa).
Skor:
8/10
Credit picture: garisbuku.com
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)