Sabtu, 3 Desember 2016
Pagi
ini diawali dengan belanja ke pasar. Aku ikut Angel dan Ilham belanja karena
penasaran dengan pasar disini seperti apa bentuknya, hehe. Jam 6 pagi kami
berangkat, aku membawa uang 20 ribu (buat nyari sarapan atau gorengan daripada kelaparan
nunggu temen-temen masakin) dan kamera digital. Sekalian bikin video untuk
ngerekam suasana sekitar.
Setelah berjalan kurang dari 10
menit, kami sampai juga di pasar desa Pelangkidul. Rame juga, semua pada
belanja jam segini. Pertama-tama, Angel menuju ke penjual sayur. Ia membeli
kacang panjang 1000. Nyari kecambah buat pecel, tapi rata-rata pedagang menjual
kecambah untuk rawon. Akhirnya nemu kecambah yang diinginkan dan membeli 3000
sekaligus. Kami membeli telur, bumbu, kerupuk dan aqua gelas sekardus juga. Sementara
aku membeli 12 biji gorengan yang terdiri dari tahu isi, dadar jagung dan
cireng goreng. Semuanya harganya Rp. 500. Jadi totalnya Rp. 6.000.
Sesampainya di rumah langsung
sarapan gorengan. Eh gorengan yang ku sangka cireng, ternyata ketan manis yang
digoreng! Ya ampun, penampakannya mirip sumpah. Jadi, gak dimakan deh. Aneh
banget, rasanya manis dan lengket-lengket gitu. Padahal aku beli 4 biji. Kan
sayang juga kalau dibuang, tapi terpaksa deh.
Namun, seperti pagi kemarin, pagi
ini juga kami dimasakin oleh Bu Kades. Ngerasa sungkan juga sih, tapi gimana
lagi. Belanja kami akhirnya dibuat untuk makan siang dan makan malam aja.
Setelah sarapan, ada rapat kecil-kecilan yang dibuka Mela. Isinya saling
mengingatkan antar anggota kelompok dan kesediaan untuk bekerjasama tanpa
merasa keberatan. Kami juga rundingan soal pengabdian masyarakat dan tetep nyari
responden hari ini karena kami kurang beberapa puluh orang.
Setelah rapat, kami langsung menyiapkan barang-barang untuk pengabdian
masyarakat nanti. Fissa mengeluarkan balon warna-warni, alat pompa balon dan stick plastik untuk mencantolkan balon
biar nggak terbang atau lari kemana-mana. Kami bekerjasama untuk menyiapkan
balon. Ada yang mengisi angin ke balon, ada yang ngiket balon dan ada yang
mencantolkan balon ke stick plastik
itu. Rencananya, balonnya nanti bakal dikasih ke anak-anak yang kami undang
untuk acara mendongeng sore ini.
Aku tepar dan ketiduran setelahnya. Sorry rek, hehe. Semalem aku tidur jam 1 malem akibat nulis di
blog. Lalu bangun-bangun sudah jam 1 kurang, dan aku nyuci muka untuk bersiap
nyari responden lagi sama Angel. Nggak ada target sih, jadi kami keluar masuk
gang seraya berharap menemukan responden.
Kami melintasi jalanan kampung sebelah kiri, lalu tembus ke depan
persawahan yang dulu kami lewati. Sepanjang perjalanan, kampung terlihat sangat
sepi dan jarang ada orang. Mungkin pada istirahat atau tidur siang, mungkin
juga pada santai sembari nonton TV di dalam rumah masing-masing. Di kampung
juga banyak banget ayam dan anak-anaknya, membuat Angel terkesima. Lucu,
katanya. Rasanya pengen dia pegang dan bawa pulang, tapi urung ketika melihat
tampang galak induknya.
Kami lalu berjalan menuju sebelah kanan, ke arah balai desa. Aku
sempat mengeluh soal telapak kaki dan betis yang sakit. Nggak sanggup deh buat
jalan dan pengennya di rumah aja (dasar manja!). Gimana nggak, jalan hanya
dengan sandal di setapak yang dipenuhi batu kerikil. Rasanya kayak pijat
refleksi, haha. Bahkan, kayak naik gunung (dengan kontur jalan gak rata, becek
dan berkerikil itu). Bedanya, jalannya datar dan nggak menanjak.
Kami menjamah gang yang belum pernah kami injak. Disana ada banyak
anak kecil. tapi usia SD. Jelas bukan target responden kita. Disana juga ada
anak perempuan kecil yang mengenal Angeline, anak itu terlihat ekstrovert dan bawel, beda dengan
anak-anak lain seusianya. Ada juga anak kelas 4 SD yang bertanya apakah acara
di rumah pak kades jadi diadakan. Angel menjawab, “Iya jadi. Setelah ashar ya,” katanya.
Sudah jam 14.20 dan kami memutuskan
balik ke rumah. Tak menemukan satupun responden yang berkeliaran jam segini.
Sebelum itu, kami mampir ke warung deket pos ronda dengan poster Jokowi-JK. Aku
membeli es dawet dan siomay, sementara Angel membeli es susu Frisian Flag.
Setelah cangkruk sejenak, kami membeli aqua kardus (Rp.13.000), dan aku membeli
jajanan buat di kereta besok. Angel membawa aqua kardusnya dahulu, kemudian
bergantian dengan aku karena ia nggak kuat. Emang berat sih kardusnya. Pertama
aku bawa di pundak tapi karena berat, aku angkat di atas kepala. Dan surprisingly, enteng dan gak sakit!
Di depan Gotong Royong gang 1, Angel
menemukan anak perempuan pakai seragam pramuka, SMP kelas 3 dan segera
menjadikannya responden. Setelah itu kami balik ke rumah, dan menyiapkan buat
pengabdian masyarakat. Tak hanya balon, kami juga menyiapkan gorengan sebungkus
penuh (lalu ditaruh di piring), aqua gelas dan jajan rentengan.
Satu persatu anak berdatangan
kemudian. Ada yang diantar orang tua, kakak dan ada pula yang sepedaan sendiri
kesini. Rata-rata anak SD kelas 1-3. Mereka ditanya-tanyain dulu, untuk membuat
mereka nyaman dan akrab. Lalu, setelah ada 20-an anak, acara PengMas dimulai.
Fissa yang memandu jalannya acara. Ia mengawali dengan pidato singkat mengenai
pentingnya berbicara di depan umum, tapi tentu dengan gaya bahasa yang mudah
dipahami anak kecil. Setelahnya, ada nyanyi bersama dengan lagu, “Kalau kau
suka hati tepuk tangan”. Anak-anak terlihat ceria, riang gembira dan antusias.
Lalu, Fissa mulai mendongeng. Ia
menceritakan kisah mengenai Leon, si singa yang sombong. Ada wayang-wayangan
dari kertas, bergambar gajah, singa, kodok, sapi dan kelinci yang digambar oleh
kita tadi. Anak-anak terlihat antusias dan merespon ketika didongengin. Mereka
tertawa-tawa gembira dan menjawab ketika ditanyai. Senengnya ngeliat mereka
tertarik dengan dongeng.
Setelahnya, anak-anak itu ditantang
untuk maju ke depan. Dipilih 4 orang saja, karena stock hadiah yang terbatas. Hampir semuanya ngacung karena tertarik
dengan hadiahnya, hehe. Lalu, mereka rata-rata nyanyi lagu anak-anak, dan nggak
bercerita tentang dirinya. Mungkin lebih mudah nyanyi dibanding bercerita.
Acara kemudian ditutup dan anak-anak keluar sembari membawa balon dan jajan,
lalu pulang ke rumah masing-masing.
Yeay!
PengMas is over! Kami bersantai di
depan teras sembari ngobrol-ngobrol. Kami juga membeli pentol bakar dengan uang
kas hasil urunan. Lalu, mandi dan bersih-bersih, karena setelah magrib kami
akan berkeliling untuk mencari responden lagi. Masak lalu makan dulu dong sebelum
berangkat untuk mengisi energi. Gak pingin ribet, kami memasak mie dan telur,
yang dimasak oleh Angel dan Ilham.
Malam-malam jam 19.30, kami
berangkat menembus malam. Oke, ini saturday
night (satnite, a.k.a malam
minggu) dan keadaan lumayan sepi. Beda bangetttt ama Surabaya, jam segini mah
jalanan lagi macet-macetnya, dipenuhi orang-orang yang ingin kencan hehe.
Namanya juga pedesaan, anak-anak disini hangout
tak jauh dari rumah mereka. Cangkruk di rumah temen, balai desa atau di warung.
Paling banter sih ke alun-alun di kota sana.
Untungnya, di depan bengkel ada
banyak anak cowok. Ada juga anak-anak cowok di depan teras rumah. Mereka
rata-rata mau jadi responden, tapi mereka genit dan modus ke cewek-cewek wkwk.
Bahkan, minta pin BB tapi Mela beralasan gak pake BBM. Ica malah dengan bonek (bondo nekat), nyamperin anak cowok dengan lagak preman lalu meminta
Facebook atau BBM. Tujuannya buat mengetahui sih gimana aktivitas mereka di
sosial media, bukan buat modus, ahahah.
Lalu, kami pergi ke balai desa. Ada
2 mbak yang kemarin kita temui, yaitu Sherly dan Dewi (yang akrab disapa
Dhewor). Mereka lagi WiFi-an gitu. Setelahnya, kami berjalan ke arah jalanan
yang sepi (namun masih ada rumah), dan berharap menemukan responden lagi. Tapi,
nihil karena lumayan sepi. Walau ada kejadian kita disamperin 2 anak cowok usia
SD dan mereka minta nomor HP Angeline. Tapi mereka terlihat gupuh, waktu dimintain balik kontak FB atau BBM,
dikira kontaknya bakal dikasih ke polisi. Ngapain coba, dikira kita mata-mata
aparat dan mereka bertindak kriminal? Dasar anak kecil wkwk.
Jam 21.30 kami balik ke rumah, lalu
merekap kuisioner yang 100% terisi! YEAH! Tapi kita belum input data, hanya
merapikan saja. Nanti lah pas di Surabaya. Toh, diantara kami belum ada yang
bisa pakai program SPSS. Gimana koding dan lain-lain, kita masih buta. Gitu kok
nggak diajarin sama dosen sih. Dikira kita anak statistik yang canggih apa,
diajarin juga nggak pernah hiks :(
Jam 22.00, anak-anak tidur. Belum
pada packing, karena mereka tumbang
duluan. Aku baca novel sampai jam 23.00 lalu tidur.
Nggak kerasa ini hari terakhir.
Besok sudah pulang lagi ke Surabaya.
Dan aku belum siap menghadapi tugas-tugasku di dunia nyata. AHA!
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)