Sabtu, 31 Desember 2016

Pengalaman Beli Harddisk di Lazada

2 komentar
Sudah dari lama aku pengen beli harddisk (HDD). Bukan hanya ingin, tapi lebih ke arah kebutuhan. Kapasitas harddisk di laptopku (HP Compaq 510) amatlah kecil, hanya 245 GB di local disk D dan local disk E. Padahal, banyak banget data yang perlu kusimpan, terutama film, fotografi dan videografi yang memakan banyak ruang penyimpanan. Tak butuh waktu lama, 2 tahun dari membeli laptop, kapasitas harddisk-ku sudah hampir penuh, dan jalan keluar yang ada saat itu hanya memindah sebagian ke flashdisk atau menghapus selama-lamanya.
            Waktu demi waktu berlalu. Aku sempat ke Hi Tech Mall Surabaya buat tanya harga harddisk, sekitar tahun 2015 atau 2016 awal, dan penjualnya bilang sekitar 700 ribu untuk kapasitas 500 GB dan 1 juta untuk kapasitas 1 TB. Lumayan juga, jadi harus nabung nih. Lalu, aku nyoba nyari di Lazada, salah satu situs belanja online yang paling ku percaya. Kata orang-orang, merk yang bagus adalah Western Digital (WD) atau Seagate, maka aku fokuskan nyari dari dua merk itu.

Wisata Kuliner di Briosse Bistro, Surabaya

0 komentar
Kamis lalu (22/12), aku dan kedua kawan kulinerku, Mas Hakim dan Hani, memutuskan untuk makan siang di Briosse Bistro. Bukan apa-apa, kami hanya memanfaatkan voucher gratis 50 ribu rupiah dari Foody Surabaya, yang dalam hitungan seminggu-an akan kadaluarsa. Kalau kalian bertanya, “Dari mana sih bisa dapet voucher-voucher gratisan seperti itu?” aku bakal jawab, “Hasil dari nge-review kuliner di aplikasi Foody” (bisa di-download di Google Playstore).
SURGAAAAA
            Briosse Bistro ada di Jalan HR. Muhammad No. 27-29, Surabaya Barat. Letaknya ada di lantai 3 Thema Home Furniture, toko yang menjual furnitur, mebel dan sebangsanya. Lumayan jauh juga kalau dari lokasi tempat aku tinggal (Surabaya Utara). Tapi, jalannya gak ruwet kok, gampang dihapal malah, soalnya keliatan dari pinggir jalan besar. Dan aku juga memboncengkan Hani, kami bertiga ketemuan di depan universitas kami, yakni Universitas Airlangga, tepatnya di Kampus B.

Kulineran di Waroeng Steak & Shake

0 komentar
Pernahkah kalian makan steak? Dimana pertama kali kamu makan steak? Atau belum pernah makan, karena khawatir harganya bakal mahal? Hapuskan rasa khawatirmu yuk, karena ada rumah makan steak yang murah-meriah tapi dijamin enak: Waroeng Steak & Shake! WSS ini punya cabang di banyak kota lho, diantaranya Surabaya, Jakarta, Jogja dan Semarang!
            Aku makan steak pertamaku disini, waktu itu Maret 2015 kalau nggak salah. Edisi gratisan pula, karena waktu itu ada donor darah di WSS cabang Embong Ploso, Surabaya (kini pindah ke Jalan Flores), dan semua pendonor dapat voucher makan di WSS. Aku memesan menu Steak Chicken Burger dan Milkshake Vanila. Dan kini, Desember 2016, aku ingin kembali mencoba menu itu.

Rabu, 28 Desember 2016

Workshop Pembuatan Sushi oleh Foody Surabaya dan Chirashi Zushi

0 komentar
Nggak lama berselang setelah food tasting di Casa Bocca, Foody Surabaya kembali mengadakan event, Senin (28/11). Mengambil lokasi di Chirashi Zushi, sebuah resto spesialis makanan Jepang dengan harga yang merakyat. Letaknya ada di Jalan Raya Nginden No. 30 Surabaya. Kali ini event-nya adalah workshop pembuatan sushi roll sekaligus nyobain seluruh menu sushi roll yang ada di Chirashi Zushi.  Sounds great, huh?
Chirashi Zushi
            Acaranya dimulai jam 1 siang. Selepas kuliah, jam 12.30, aku langsung meluncur kesana. Kebetulan, kampusku dekat dengan Chirashi Zushi. Disana, sudah ada beberapa orang dan jumlahnya semakin bertambah waktu demi waktu. Mas Hakim datang, tapi Hani gak datang karena lagi ada presentasi wajib dan nggak bisa bolos. Ada beberapa orang yang satu grup LINE di Foody Loyal User, yakni Ellen dan Melinda. Ada juga @MrBoo89, si koko yang selalu ceria itu.

Selasa, 27 Desember 2016

Wisata Kuliner di Casa Bocca, Surabaya

0 komentar
Kamis (24/11) kemarin, aku diundang oleh Foody Surabaya untuk datang ke acara mereka. Acaranya adalah food tasting, diadakan di Casa Bocca Italian Restaurant, di daerah Kupang, Surabaya Barat. Dan sesuai dengan namanya kita diundang untuk mencicipi makanan yang ada di restoran tersebut. Sungguh suatu keberuntungan!
Casa Bocca
            Sejarahnya kok bisa aku diundang oleh tim Foody Surabaya, karena aku merupakan salah satu Foody Loyal User, yang sering banget me-review kuliner dan membagikan foto-foto di aplikasi Foody. Aku sudah jadi pengguna Foody sejak bulan Juni 2016, dan hingga kini aku telah menuliskan lebih dari 80 review kuliner. Tak terhitung sudah berapa banyak voucher yang aku redeem dari poinku. Mungkin, dengan itu, Foody menganggap aku sebagai loyal user mereka. Dan ini pertama kali aku berpartisipasi dalam event Foody Surabaya.

Sabtu, 24 Desember 2016

Diklat APS 2016 [Hari Ketiga]

0 komentar
Demi kebijakan organisasi, maka detail-detail kegiatan pagi buta ini sedikit disamarkan. Yang jelas, kami, panitia, melakukan hal-hal yang melelahkan hingga fajar terbit. Keliling dan selalu mobile dari satu tempat ke tempat lain, dan tiap panitia punya tempat serta jobdesk-nya masing-masing. Yang jelas, semua panitia berperan malam ini, dibantu pula dengan senior-senior yang non-panitia serta alumni yang sengaja hadir. Terima kasih untuk kalian semua hehe. Aku ber-partner dengan Fafa dalam satu tempat yang sama, dan berkeliling hingga 7 kali bolak-balik, bahkan lebih. Lelah, sudah jelas. Ngantuk? Jangan tanya lagi.
Burem yha :(
            Akhirnya, langit pun berubah. Dari awalnya gelap dan penuh bintang yang berpendaran, menjadi kebiruan dan terang. Suatu malam yang magis, sunyi dan penuh dengan bintang, sementara indera pendengaran kita dimanjakan dengan suara debur ombak yang tak henti-hentinya menghempas. Magical. Sampai sekarang, masih merindu suara ombak dan malam yang magis itu.

Selasa, 20 Desember 2016

Diklat APS 2016 [Hari Kedua]

0 komentar
Hari ini (Sabtu, 17 Desember), aku cuman tidur satu jam setengah. Apalagi kalau bukan karena nulis live report diklat di blog. Aku terbangun jam 5 pagi, dan beberapa panitia sudah berdiri di depan pintu, saling ngobrol dan bercanda. Aku bergegas bangun, ambil hape dan DSLR milik Shella, lalu berlari ke pantai, tanpa cuci muka, ganti  baju atau mandi. Suara ombak yang berdebur keras membangunkan instingku, aku penasaran sekali pengen tau seperti apa wujud pantainya. Dan aku menemui satu pemandangan menonjol: laut.
Pagi dari Sowan!
            Kalau kondisi sudah terang begini terlihat indah sekali. Mari kita deskripsikan satu persatu. APS tinggal di rumah kayu kecil bercat warna biru muda dan putih, terletak hanya beberapa puluh meter dari bibir pantai. Halamannya berumput hijau segar, dan keluar dari sana ada jalan lebar. Ada tiga percabangan jalan: lurus, kiri atau kanan. Lurus menuju ke ujung tebing yang curam, menghadap langsung ke laut dengan ombaknya yang bergelora. Kiri, adalah dataran berpasir berkombinasi dengan rumput dengan pepohonan lumayan lebat, dan biasa digunakan untuk area camping. Sementara, kanan adalah jalan untuk menuju ke pantai. Jalan resmi, sudah dibikinkan setapak untuk memudahkan pengunjung berjalan-jalan.

Sabtu, 17 Desember 2016

Diklat APS 2016 [Hari Pertama]

0 komentar
Akhirnya... Event yang dinanti-nanti datang juga. Setelah rangkaian kegiatan yang padat berkaitan dengan penerimaan anggota baru APS (UKM Fotografi Universitas Airlangga), seperti PUKM, Magang dan Wawancara, kita sampai di tahap final: DIKLAT. Diklat diadakan pada tanggal 16-18 Desember 2016, di Pantai Sowan, Tuban. Iya, kamu nggak salah denger. Emang di Tuban, provinsi paling barat di Jawa Timur, berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah. Jauh kan? :)
Pas lagi materi, di villa :)
            Selain karena pengen refreshing (beda ama diklat-diklat lain yang cenderung memilih kota Malang, Pasuruan, Batu atau Mojokerto), juga karena pengen nyoba suasana baru (biasanya di dataran tinggi, sekarang di dataran rendah). Kapan lagi main ke pantai bareng-bareng? Pemandangannya bagus pula. Tapi, keistimewaan itu memiliki harga yang harus dibayar: perjalanannya jauh! Kira-kira, ada 4-5 jam yang harus kami tempuh untuk kesana, belum lagi kalau jalanan macet hehe.

Rabu, 14 Desember 2016

Seru-Seruan di Event Musik After Exam

0 komentar
Sabtu kemarin (10/12), event yang direncanakan selama satu bulan lebih akhirnya berjalan juga. Event itu bernama After Exam sebuah event musik dan band-bandan yang diselenggarakan oleh Unair Music Community (UMC). Bertempat di Vitu Hall, Lantai L2 BG Junction Mall Surabaya, mulai dari jam 13.00 hingga 21.00. Aku disini akan bercerita dari sudut pandang seorang panitia, khususnya dari sudut pandang seorang koordinator PubDok (publikasi dan dokumentasi).
            Oke, mari kita bercerita soal sejarah UMC dulu. Unair Music Community ini adalah komunitas anak-anak yang hobi main musik (lebih spesifik: band), yang dibentuk sejak Agustus 2014. Inisiatornya adalah Satria, seorang mahasiswa FH Unair angkatan 2014, yang kemudian mengajak temen-temennya dari fakultas atau temen SMA-nya, dan juga bikin publikasi di grup Facebook Mahasiswa Baru UNAIR (aku taunya dari sana) lalu kali pertama diadakan perkenalan dan jamming di danau Kampus C UNAIR. Semester 1 aku lagi giat-giatnya bermusik, tapi semakin kesini semakin meredup digantikan hobi baru (naik gunung and another outdoor activity). Kemudian, tiap semester selalu ada kegiatan lho. Semester 2 di Paranada Music Studio, semester 3 di P-Two Cafe dan semester 4 di Rotbar7 Cafe. Masih dalam skala kecil, yang hanya diisi oleh internal UMC dan kalangan pemusik internal UNAIR sendiri.
            Kemudian, munculah ide untuk membuat event yang agak gedean, lebih prestise, dengan suatu misi tertentu. Sekalian sounding ke publik bahwa we are exist. Bahwa UNAIR juga punya komunitas band, masa kalah sama universitas lain? Nggak jauh beda sama komunitas peminatan lain, band punya minat tinggi, dan minat itu harus diwadahi menjadi legal dan resmi (ehem). Kita juga pingin menjadi organisasi resmi dan punya sekre (hehehe). Lagipula, band kan termasuk seni dan segala bentuk seni harus diapresiasi. Toh kita juga nggak destruktif dan merusak, ya kan?

Selasa, 13 Desember 2016

Boycott, Hatred and Propaganda

0 komentar
Alright everyone. I’m gonna tell you something you’d probably don’t know about me. It first happens when I was in junior high school. When I was 13 or 14 years old until first year of college, I am a part of ‘boycott-Jewish product’ society. I stopped consuming anything from ‘Jewish’ corporation, for example: McDonald, KFC, even Unilever products, and turned into another product that ‘safe’ from ‘Jewish’. Is it strange, doesn’t it? You may had a question: from WHERE I got this idea in my mind?
            Well. I remember I’ve been read a book about boycott Jewish corporations and their products. I bought this book from bookstore in Jalan Semarang. It described that if we buy their products, we are ACTIVELY participated for war in middle east country. Their profit will used for support war, for support Israel, for killing our ‘brother’ in Palestine. I also read a plenty of article in websites that supported this issue. Time passed by, I start to accepeted this, and trying to avoid ‘Jewish’ products. My idealism shocked my friends in junior high school, when we got a gathering in Ramadhan, in KFC Delta Plaza, I remember that I didn’t buy anything from KFC. Not because I didn’t have money, but for my own idealism not to buy Jewish products. Beside that, I got my own food from home or from supermarket, like snacks or something. So, yes, I’m saved from starvation when I gathered with my friends (LOL).
            I once remember about giving comment in Facebook, about my thoughts not to buy ‘Jewish’ products. Surprisingly, A LOT of people support me to do so. I had thousands likes and hundreds of comments, mostly support my ‘bravery’ to avoid ‘Jewish’ product. But, time flies, and now I don’t even understand my own thought in that time. Like, seriously, IT WAS ME?

Senin, 12 Desember 2016

Makan di Sushi Tei Galaxy Mall Surabaya

0 komentar
Siapa yang nggak kenal Sushi Tei? Restoran yang menyuguhkan makanan khas Jepang ini sudah sangat terkenal dan punya cabang di hampir semua kota besar di Indonesia. Repurtasinya dalam menyuguhkan makanan Jepang sudah diakui, dibalut dengan prestise  yang tinggi apabila kita makan disana, karena harganya pun terbilang cukup mahal. Tapi sebanding dengan makanan yang disajikan, yang selalu fresh, enak dan berkualitas tinggi.
Outlet Sushi Tei di Galaxy Mall Surabaya
Tapi, beruntunglah aku hari itu mendapat kesempatan untuk makan di Sushi Tei secara gratis. Oke, nggak 100% gratis sih, tapi hampir 90% biaya tercover cuma-cuma. Thanks to Foody Indonesia yang telah memberi voucher Sushi Tei seharga Rp. 100.000 pada saya (akibat rutin me-review lewat aplikasi Foody). Sudah dari dulu aku ingin makan di Sushi Tei, aku pun punya pricelist dan daftar menunya, tapi selalu terganjal oleh masalah keuangan. Kini, aku bisa benar-benar berkunjung dan makan di Sushi Tei, lebih tepatnya Sushi Tei cabang Galaxy Mall Surabaya.

Senin, 05 Desember 2016

Resensi Novel ‘A Heart For Two’

0 komentar

Nama pengarang: T. Sandi Situmorang
Tahun terbit: 2013
Judul novel: A Heart For Two – Kuatlah Ketika Duka Datang
Kota terbit: Yogyakarta
Penerbit: Sheila/Penerbit Andi
Jumlah halaman: 234 halaman

            Jonathan Preston, atau lebih akrab disapa Jo adalah novelis yang mulai naik daun. Setelah beberapa kali menerbitkan novel melalui Generation, Sandiora Publisher mulai melirik naskahnya. Sandiora menganggap Jo adalah penulis yang potensial dan akan turut serta dalam melambungkan nama Sandiora Publisher. Maka Sandiora meminta Jo untuk menyetor naskahnya –melalui Fiana Loretta, salah satu editor fiksi Sandiora Publisher.
            Dan Fia adalah kekasih Jo.

PKL di Ngawi [Hari Keempat]

0 komentar
Minggu, 4 Desember 2016.
Malam ini tidurku nggak nyenyak. Sedikit-sedikit terbangun, lalu tidur lagi. Akhirnya, jam 4 pagi aku memutuskan untuk bangun saja, sembari melenggang ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus berganti pakaian. Setelah aku, giliran anak-anak untuk mandi. Segera ku kemas-kemas barang bawaan dan ku masukan ke tas. Lalu, aku membuka laptop untuk menuliskan artikel “PKL di Ngawi [Hari Ketiga”. Satu jam kemudian tulisanku selesai dan ku unggah langsung ke blog.
Sesudah packing, kami bersiap-siap untuk pamitan. Kami menyerahkan satu kotak yang berisi satu set teko beserta uang dalam amplop ke Bu Kades. Beliau berpesan agar hati-hati di jalan sekaligus kalau ada kesempatan main ke Ngawi lagi, jangan sungkan-sungkan untuk menginap di rumah beliau. Kami berfoto bersama di depan rumah bersama Pak Kades, lalu pamitan dan memasukan tas ke dalam mobil.

Minggu, 04 Desember 2016

PKL di Ngawi [Hari Ketiga]

0 komentar
Sabtu, 3 Desember 2016
Pagi ini diawali dengan belanja ke pasar. Aku ikut Angel dan Ilham belanja karena penasaran dengan pasar disini seperti apa bentuknya, hehe. Jam 6 pagi kami berangkat, aku membawa uang 20 ribu (buat nyari sarapan atau gorengan daripada kelaparan nunggu temen-temen masakin) dan kamera digital. Sekalian bikin video untuk ngerekam suasana sekitar.
            Setelah berjalan kurang dari 10 menit, kami sampai juga di pasar desa Pelangkidul. Rame juga, semua pada belanja jam segini. Pertama-tama, Angel menuju ke penjual sayur. Ia membeli kacang panjang 1000. Nyari kecambah buat pecel, tapi rata-rata pedagang menjual kecambah untuk rawon. Akhirnya nemu kecambah yang diinginkan dan membeli 3000 sekaligus. Kami membeli telur, bumbu, kerupuk dan aqua gelas sekardus juga. Sementara aku membeli 12 biji gorengan yang terdiri dari tahu isi, dadar jagung dan cireng goreng. Semuanya harganya Rp. 500. Jadi totalnya Rp. 6.000.

Sabtu, 03 Desember 2016

PKL di Ngawi [Hari Kedua]

0 komentar
Pagi akhirnya menyinari desa Pelangkidul, kecamatan Kedunggalar, kabupaten Ngawi. Aku terbangun karena anak-anak sudah mulai bangun. Jam 5 pagi. Semalam tidurnya nyaman banget, karena kasurnya empuk dan hawanya sejuk, hehe. Jadi rasanya masih malas untuk pergi ke kamar mandi, jadi (seperti biasa) aku memutuskan untuk ke kamar mandi dengan urutan paling terakhir.
Hi Pelangkidul!
            Hari ini Ilham dan Angel pergi ke pasar buat belanja. Mereka jalan kaki karena pasarnya lumayan deket dari rumah tempat kita tinggal. Kita cuman beli lauk, sayur dan bumbu karena keluarga pak kades memberi beras dan peralatan memasak secara cuma-cuma. Dikasih uang sekitar Rp. 100.000, dengan estimasi belanja sekitar Rp. 50.000 lah. Tapi, kita diberi tahu kalau pagi ini sarapan sudah tersedia dan dimasakin oleh istrinya pak kades. Namun, kita tetep belanja buat makan nanti siang dan malam.  

Jumat, 02 Desember 2016

PKL di Ngawi [Hari Pertama]

0 komentar
Hi everyone! Tebak aku berada dimana sekarang? Yup, kaki dan tubuhku nggak lagi memijak bumi Surabaya sekarang, namun tengah berada di suatu kota di ujung Barat Provinsi Jawa Timur, yaitu Kabupaten Ngawi. Nggak lagi liburan sih, tapi lagi mengikuti PKL (Praktek Kerja Lapangan) mata kuliah Komunikasi dan Modernitas. Intinya: NUGAS, tapi sembari having fun hehehe.
            PKL ini sudah direncanakan sejak awal perkuliahan, yakni pas awal bulan September. Dosen yang mengajar adalah Bu Ida, Pak Yayan dan Bu Sri. Suatu kewajiban dan tradisi turun temurun kalau mata kuliah ini SELALU ada PKL di luar kota. Karena kita meneliti suatu daerah sudah ada aspek modernitas atau belum. Apakah suatu daerah civilized atau masih indigeneous? Bagaimana pola pikir masyarakatnya? Bagaimana masyarakat menyikapi media dan fenomena komunikasi lain? Dan sejenisnya.
 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template