It’s been a long time gak keluar sama anak-anak APS Unair. Keluar itu berarti ikutan acara
eksternal APS ya, kalau kegiatan PUKM sama Magang mah nggak dihitung. Terakhir
kali sih ikutan acara launching product
Fuji di Diandra Convention, sekitar Maret 2016, dengan Rahma, Ronald dan Mas
Adi. Nah sekarang, aku mau cerita soal going
out dengan anak-anak APS Unair juga, ke Workshop Fotografi bersama
@riomotret di Pancious Ciputra World.
@apsunair x @riomotret
Jadi, ceritanya adalah
Fafa sang admin Line@ APS Unair, mendapat undangan dari pihak Pancious untuk
ikutan workshop tadi secara gratis.
Maksimal anak yang diundang adalah 5 orang. Maka, Fafa langsung menyebarkan
undangan ke grup APS Hore, lalu dengan cepat anak-anak mendaftar juga, termasuk
aku. Dan pada akhirnya, dipilih dari yang paling cepat daftar, yakni Mas Nyono,
Mbak Pipit, Fauzi (Ujik), aku dan Fafa sendiri. Workshopnya diadakan pada
tanggal 15 Oktober 2016, jam 10:00-13:00 waktu setempat.
Oke, jadi kami rencana
berangkat bareng dari Student Center (SC) Kampus C, naik mobil mas Nyon, kecuali
Mas Ujik yang bawa kendaraan sendiri. Janjian jam 9, lalu langsung berangkat.
Aku datang cepet-cepet dari SMAMSA (setelah ngajar ekskul Jurnalistik), dan
akhirnya langsung berangkat dari SC. Kondisi jalanan pada jam segitu gak
terlalu macet rupanya, jadi kami sampai di Ciputra World dengan cepat.
Kami sampai di Ciputra World jam 10 kurang beberapa menit, kondisi mall
masih sangat sepi, bahkan toko-toko belum buka. Masih serba gelap, untungnya eskalatornya
sudah nyala (kalo nggak mah bisa capek naik eskalator 2 lantai, hehe). Fafa dan
Mas Nyon langsung upload video kondisi mall yang sepi ke Instagram Story, haha
rajin banget update-nya.
Untungnya, Pancious sendiri sudah buka. Kondisi didalamnya sudah terang
benderang, dipenuhi oleh beberapa belas orang. Sudah ada sang pembicara
sekaligus fotografer handal, yakni si @riomotret sendiri. Sudah ada peserta
workshop juga yang memenuhi beberapa meja didalam. Kami memilih meja dengan
sofa merah, di samping jendela. Meja yang cukup buat 6 orang.
Awalnya sih masih geje,
bingung ngapain, akhirnya buka sosmed sendiri-sendiri dan ngeliatin suasana
sekitar. Acaranya juga belum dimulai. Sekitar jam 10:50 baru dimulai, kondisi
Pancious juga sudah rame. Tanpa basa-basi, @riomotret langsung membuka workshop-nya hari itu dengan Mbak MC
(lupa namanya), dengan awalan cerita-cerita dia. Mulai dari pertama kenalan
dengan fotografi pas kuliah, trus lama-kelamaan ditekuni dengan serius sampai
jadi profesional seperti sekarang.
Rio Motret dan Mbak MC
"Nama saya Fafa, saya ingin bertanya..."
Kisahnya cukup inspiratif, dan memotivasi kita semua. Banyak juga
peserta yang melakukan sesi tanya jawab, termasuk Fafa sendiri juga bertanya ke
@riomotret (aku lupa dia tanya soal apa wkwk). Yang jelas, ada yang tanya soal
gimana sih editing yang bagus, hasil
jepretan yang konsisten, gimana cara motret di ruangan indoor, soal teknis dan lain-lain. @riomotret menjawabnya dengan
lugas, memberi masukan-masukan positif dan mendorong kami semua buat mau
berusaha demi kebaikan kami sendiri.
Heboh
Fokus.. Fokus..
Foto jepretan ala kadarnya.....
Sekitar jam 12-an, sesi pemotretan dimulai. Disediakan 3 orang model, 2
cewek dan 1 cowok. Dengan properti berupa makanan dan bunga-bunga, gimana
caranya agar peserta bisa mengeksplorasi model, lokasi, properti, menjadi karya
fotografi yang bagus. Wah wah, challenging
juga, dan aku agak shock. Ternyata
begini ya kondisi waktu foto on the spot,
rebutan angle terbaik sama puluhan
orang lainnya. Dan, berhubung kameraku cuma digital, dan aku pesimis buat jadi
pemenang, akhirnya aku malah nyantai-nyantai dan fotoin suasana sekitar, hehe.
Fafa dan Mas Nyon bawa kamera DSLR mereka, jadi mereka lumayan optimis buat
menang, Mas Ujik gak bawa kamera, sementara kameranya Mbak Pipit sendiri malah
kehabisan baterai.
Setengah jam kemudian, peserta-peserta itu mulai memindahkan file
fotonya ke laptop yang sudah disediakan panitia. Lalu, mulai deh sesi upload-upload-nya. Setelahnya, kami
berlima mulai kasak-kusuk, merencanakan buat foto bareng @riomotret. Dan,
hasilnya begini deeeeh...
Nen, tolong wajahnya dikondisikan...
Setelah itu, kami
langsung menukarkan voucher free lunch
kami, lalu menunggu makanan diantar ke meja kami. Aku memilih hot tuna spaghetti, ada pula yang pesan smoked beef spaghetti, tapi gak ada yang
pesen mushroom spaghetti, haha,
katanya terlalu creamy, jadi takut
eneg gitu. Sekitar 10 menitan, makanan sampai deh. Menggiurkan sekaleee.
Yummy, mau lagi dong :3
Menaburkan bubuk keju secara ngawur, wkwk
Jadi, sekitar jam
12:27 sampai jam 13:00 kami makan siang. Enak banget ya free food, apalagi fine
dining kayak gini. Tapi, berhubung kami norak dari sananya, jadi ada ajalah
keanehan yang kami perbuat. Mulai dari menghabiskan gula cair hingga tinggal
1/3 botol, menghabiskan keju bubuk, menuangkan sambal banyak-banyak hingga
menaburkan cabe bubuk dengan porsi urakan. Citarasa aslinya langsung berubah
sesuai selera kami masing-masing, haha. Belum lagi minta refill iced tea sampai 3 kali. Kata Fafa malah, “Nggak ada refill buat spaghetti-nya ta?” wkwk.
Lalu, jam 13:00
diumumkan 3 foto terbaik. Sayangnya, gak ada satupun diantara kita yang menang,
hiks. Seusainya, acara langsung ditutup, tapi kami masih betah nongkrong di
Pancious dulu selama sekitar 30 menitan. Lalu kami keluar, ngambil goodie bag (isinya berupa kaos berlogo
Nikon ukuran M, dompet kain tipis, voucher Pancious 50.000, notes dan pulpen
bertuliskan Nikon). Kami mulai berkeliling mall sesudahnya.
Bathroom selfie...
Oh ya, sebelum workshop dimulai tadi, aku iseng-iseng
bilang ke Fafa, “He Fa, aku pengen curhat
tapi gak jadi..” Wajahnya langsung berubah menjadi penasaran, dan akhirnya
satu meja menggruduk aku soal curhatanku haha. Jadi, aku pengen banget
cerita-cerita kalau aku suka salah satu temen APS angkatanku, tapi aku tutup
mulut soal siapakah orangnya. Aku cuman bilang, “Apapun itu, pokoknya bad news rek...”
Kebetulan Fafa pas
akhir Maret kemarin, aku cerita sekilas soal siapa yang aku suka. Waktu itu di
sekre sepi, cuman ada aku, dia dan Mas Wawan. Pas acara dari FORKOM UKM itu
lho, yang launching buku atau apalah.
Makanya, selama berbulan-bulan terakhir, Fafa cuma bisa nebak-nebak tanpa tahu
kepastiannya siapa, wkw.
Mereka mulai
menebak-nebak dan mengurutkan satu persatu anak cowok 2015. Aku cuman bisa
geleng-geleng (anjir sok-sokan seleb)
dan bilang, “Pokoknya aku gak ngomong. Dan kalau disebut satu persatu kan
curang namanya, lama-kelamaan juga bakal tau”
Padahal, sebenernya
dalam hati aku gak keberatan orang-orang tau. Walau begitu, I have to stay silent soalnya kalau tau
semua, bisa gonjang-ganjing deh. Pengalaman dari SMP dan SMA mengajarkanku agar
tak perlu lagi go public soal siapa
yang ditaksir, huahaha. Dan aku membatin, “Iyo
lek arek e merespon. Lha kalau enggak? Kan memalukan.”
Pas kita lagi
muter-muter Metro Department Store, mereka mulai nebak-nebak lagi. Disebutin
deh satu persatu namanya, tapi aku tetep gak mau jawab. Fafa bilang, “Opo seh
kriteria bad news iku? Jadian sama
cewek? Homo? Atau apa?” katanya dengan nada penasaran, membuatku ngakak
sendiri.
Jadi, setelahnya,
pertanyaan demi pertanyaan itu menguap seiring terdistraksinya mereka dengan
suasana sekitar. Kami terus keliling-keliling Ciputra World, masuk ke foodcourt, keluar lagi, lalu masuk ke
toko demi toko, sampai pada akhirnya jam 15:00 kami ke parkiran dan balik ke
sekre.
Sepanjang perjalanan
balik, mereka membicarakan topik yang ada di luar jangkauanku: romantic relationship dan bagaimana
menaklukan hati orang tua pacar. Anjiiir, ngakak. Sumpah, mulai dari
cerita-cerita soal PDKT gimana, cowok yang gentle
itu gimana, cerita pas nembak/ditembak, tipe-tipe cewek, orang tua/keluarga
pacar kayak gimana, dan pengalaman pacaran masing-masing, and I’m gonna be like, “...okay, I’ve got nothing to tell them,” jadi
aku cuman mendengarkan dan ketawa gak jelas. Kadang, kalau bener-bener gak
nyambung sama topiknya (karena gak pernah mengalami), aku cuman memandang ke
jendela sembari mendengarkan lagu-lagu dari Sleeping with Sirens.
Padahal, di perjalanan
berangkat pagi tadi mereka bicarain topik yang jauh berbeda, yakni soal pameran
APS akhir tahun, portofolio fotografi, foto model, lokasi hunting yang bagus,
mulai dari Taman Sakura hingga Stasiun Sidotopo dan hal lain yang berhubungan
dengan itu. Gapapalah, lucu juga ndenger pengalaman mereka, wkwk.
Sesampainya di SC,
Mbak Pipit balik (karena gak ikut hunting), lalu aku dan Mas Nyon berjalan
menuju ke sekre. Aku mulai berkata pada Fafa dan Mas Nyon, “..kalian tahu rek? Tadi
yang kalian bahas lho, aku sumpah gak nyambung karena aku belum pernah
mengalami itu semua.”
“Gapapa Nen, suatu
saat pasti akan mengalami.” kata mas Nyon.
“Aku malah baru
pertama kali ini pacaran lho.” ucap Fafa.
“Ternyata kompleks
juga ya rek? Gak kusangka persoalan asmara bisa sedetail itu.” kataku,
menyahut. Karena selama ini yang ku alami hanya kisah-kisah platonis, ucapku dalam hati.
Kemudian aku bilang
lagi, “Kalian tahu? Kadang aku bertanya-tanya, apa aku memang berbeda dari
cewek kebanyakan? Dalam arti, sifat, kepribadian dan karakter. Aku antithesis dari cewek pada umumnya,
keluar dari stereotype. Manja,
cengeng, lembut dan sejenisnya bukan sifatku, rek...”
“Lho, gak papa Nen,
justru ada lho cowok yang mencari cewek dengan karakter kayak gitu.” ucap
mereka berdua, sembari berjalan melewati sekre UKM Wanala dan menaiki tangga
menuju lantai 2.
Oke, jadi kami
sekarang mulai berbicara soal gender.
Berat juga.
“Hm, mungkin. Tapi
selera laki-laki pada umumnya masih suka dengan cewek dengan kepribadian tadi
kan? Sementara diluar kriteria itu, gimana?”
“Ya, emang sih, tapi
aku yakin ada cowok yang seleranya berbeda.” jawab Fafa.
Yep, I can’t lie myself, kalau aku bener-bener gak bisa jadi
perempuan yang submissive, nurut, lembut,
gak bisa mandiri, tergantung ke orang lain dan suka bermanja-manja. Sepanjang
hidupku aku sudah mendoktrin diri sendiri agar melakukan segala sesuatunya
sendiri. As long as you can do it by
yourself, why you asking for help to others, right?
Obrolan terputus
karena kami sudah sampai sekre. Aku langsung menaruh tasku, dengan begitu
banyak pertanyaan dan teriakan dari dalam kepalaku, yang masih belum terjawab
hingga detik ini. Ah, dunia dengan paradoksnya, begitu rumit.
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)