Jum’at
lalu (30/9), ada acara penutup buat panitia AMERTA 2016. Udah diberitahu dari
jauh-jauh hari kalo ada farewell party,
dan di detik-detik terakhir aku memutuskan datang. Aslinya sih aku gak bisa
datang. Kalau sesuai rencana, hari Jumat sampai Minggu ini aku rencana ke
Gunung Wilis, tapi gak jadi karena suatu alasan tertentu. Maka... yaudah, aku
datang ke acara ini. Hitung-hitung perpisahan lah sama panitia-panitia AMERTA
2016 lain (padahal yang aku kenal cuma anak-anak PK Garuda 5 dan beberapa
wajah-wajah yg familiar, meskipun ga pernah ngobrol).
Jadi, acaranya berlokasi di kampus
C, tepatnya di sebelah sekre BEM dan asrama puteri. Ada jalan yang di-paving, tempat parkir motor lebih
tepatnya. Anak-anak AMERTA duduk di alas yang dahulunya dipakai untuk
konfigurasi. Aku bertemu Rina (anak PK) dan Nabila (koor PK Garuda 5), selain
itu ga ada orang lagi yang aku kenal. Well..
Sebenernya sudah ada sekitar 20-30 panitia lain, tapi aku ga kenal. Shella dan
Isya (pubdok) pun ga ada. Mungkin karena aku datang terlalu ‘pagi’ (jam 4
sore), belum datang atau mereka yang memang berhalangan hadir?
Farewell
party ini punya beberapa agenda utama, seperti awarding (pemilihan panitia dengan predikat tertentu), evaluasi
AMERTA, sajian musik dan makan-makan dong pastinya. Alasanku datang kesini sih
cuma cari makan gratis dan ngumpul-ngumpul ama anak PK Garuda 5, haha. Waktu
beranjak sore, anak-anak mulai berdatangan, seperti Fitri dan Pradit. Kami guyon-guyon sambil melakukan hal-hal random, wkwk. Trus ada Lyla, Diana, Afifah,
Rani.
Sore itu, sebelum gelap, beberapa
panitia melakukan trial error dalam
menyalakan lampion. Untungnya, api menyala dan bisa terbang, walau khawatir
juga sih kalau apinya menyambar dedaunan, kabel listrik atau apalah. Ada pula awarding buat maba yang bikin sospro
individu terbaik. Lalu, ada pemberitahuan kalau acaranya baru dimulai setelah shalat Magrib. Sudah ku duga kalau bakal
molor, huff.
Setelah magrib, langsung disetelkan video dan diisi dengan awarding. Di slide, ditampilkan daftar award
yang ada, seperti panitia terbaper, terheboh, tergercep, teraniaya dan ter-famous. Pertamanya, untuk IC (panitia
inti, kayak sie acara, sie pubdok, sie keamanan, sie komdis, sie medis, sie
konsumsi) dulu, lalu ada khusus untuk PK. Award
PK agak beda, seperti award untuk panitia
terbaper, teraktif, ter-famous,
terheboh dan ter-care. Untuk kriteria
penilaiannya, aku gak tau, bisa saja subjektif karena yang dipilih rata-rata
yang dikenal oleh panitia inti (panitia inti disini rata-rata anak BEM Unair),
jadi semacam nepotisme mungkin, haha. Tapi aku gak peduli dengan itu. Award-nya dikasih kain selempang
bertuliskan penghargaan yang mereka raih, serta buket yang berisi snack.
Trus sebelum makan-makan ada
kejadian (yang awalnya aku kira) menarik. Jadi, dimulai dari evaluasi mas Anang
selaku ketua AMERTA, tentang kesalahan penulisan juknis dan modul, yang
melibatkan lagu-lagu perjuangan kaum kiri (buruh, para sosialis, para kaum
tertindas/marjinal). Mas Anang bilang kalau masalah itu hampir membuat AMERTA
jatuh dan tidak lagi dipercayai oleh rektorat. Singkatnya seperti itu. Dan dia
menekankan pada “lagu seperti itu dapat mengajarkan nilai-nilai komunis” and I’m gonna be like, “Excuse me? What do you know about it? I
feel like we’re too goddamn afraid
with communism, and every single thing that related with communism should be banned.”
It’s
pretty much similar with Orde Baru way of thinking.
A
brainwash. A terror that passed through the generation.
It’s
2016, and not in an Orde Baru era anymore. There’s no such as thing as a
communism (as an ideological or political party), neither about communism in
economical perspective.
Alright,
kemudian yang terjadi adalah pemanggilan 2 orang anak sie acara
dan ketua sie acara. Dengan wajah-wajah full
of guilty dan suasana yang menjadi tegang, mereka dimarahi di depan panitia
lain yang ga tau apa-apa. And then,
suasana menjadi ricuh, there’s a lot of
curse words, umpatan-umpatan yang dilontarkan ke pihak-pihak yang
bersangkutan. Suasana menjadi kian tegang, dan Mas Anang memutuskan untuk
mengakhiri acara.
Wah, sejujurnya aku seneng sih
ngelihat pertengkaran di depan mataku. Apalagi kalo aku gak terlibat, wehehe.
Aku berharap justru suasana kian mencekam, sampe ada cakar-cakaran,
jambak-jambakan dan bakar-bakaran (?). Di tengah-tengah suasana yang hening dan
tegang, eh ternyata... ada ucapan happy
birthday ke salah satu anak acara yang di setrap di depan umum.
SETTINGAN RUPANYA, huh.
*penonton kecewa* *layar diturunkan*
Setelah itu, langsung deh ada sajian akustik dari tamu yang katanya dari Malang, lalu diteruskan dengan makan-makan. Ada nasi kotakan dari Bu Rudy yang terkenal itu, dan diam-diam aku memasukkan 1 kotak ke tasku, mengompori temen-temen PK lain untuk berbuat serupa, wkwk. Abisnya, panitia yang datang paling cuma separuh dari total populasi (300 anak), dan tentunya membuat porsi makanan jadi lebih-lebih. Pastinya ada yang sependapat dengan aku dan membawa pulang beberapa porsi sekaligus, hehe.
After
that, kami langsung menuju ke lapangan untuk menyalakan lampion. Kami
diberi 2 lampion, warnanya ungu semua. Kami menyalakan lampion yang pertama,
dan berhasil. Dipanaskan dulu, setelah panas, langsung otomatis bisa terbang. Langit
yang hitam jadi penuh cahaya warna keemasan yang muncul dari api di dalam
lampion. Rasa mellow dan riang
bercampurbaur menjadi satu. Tapi, lampion yang kedua gagal terbang karena
kertasnya sobek. Alex (sie acara) dengan sukarela membantu memadamkan api
dengan sebotol air yang dibawakan oleh teman kami.
Disela-sela menyalakan lampion itu,
ada wacana dari PK Garuda 5 buat jalan-jalan. Mereka malah mengusulkan buat
naik gunung, dan beberapa terlihat antusias karena belum pernah ke gunung sama
sekali, kecuali aku dan Fitri. Well,
ada begitu banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum naik, belum lagi
pembagian bawa barang-barang, tenda, logistik, hingga perlengkapan pribadi.
Belum juga mempersiapkan fisik untuk naik. Seenggaknya, mereka harus kuat jalan
4 jam di jalanan yang vertikal. Aku yakin sih mereka fisiknya jauh lebih kuat
dari aku (aku gampang ngos-ngosan, kompensasi dari berat badan berlebih). Cuman
memang karena belum terbiasa, bisa jadi malah kaget. Tapi semisal Gunung
Penanggungan sih aku bisa aja jadi leader
mereka. 3 kali naik Penanggungan tapi belum hapal track-nya adalah hal yang memalukan, hehe.
In
the end, kami selfie-selfie lalu
memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Yaiyalah, udah jam 21.00 lebih,
waktunya istirahat hehe.
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)