Senin, 17 Oktober 2016

Workshop Fotografi di Pancious Ciputra World with Anak-anak APS Unair

It’s been a long time gak keluar sama anak-anak APS Unair. Keluar itu berarti ikutan acara eksternal APS ya, kalau kegiatan PUKM sama Magang mah nggak dihitung. Terakhir kali sih ikutan acara launching product Fuji di Diandra Convention, sekitar Maret 2016, dengan Rahma, Ronald dan Mas Adi. Nah sekarang, aku mau cerita soal going out dengan anak-anak APS Unair juga, ke Workshop Fotografi bersama @riomotret di Pancious Ciputra World.
@apsunair x @riomotret
            Jadi, ceritanya adalah Fafa sang admin Line@ APS Unair, mendapat undangan dari pihak Pancious untuk ikutan workshop tadi secara gratis. Maksimal anak yang diundang adalah 5 orang. Maka, Fafa langsung menyebarkan undangan ke grup APS Hore, lalu dengan cepat anak-anak mendaftar juga, termasuk aku. Dan pada akhirnya, dipilih dari yang paling cepat daftar, yakni Mas Nyono, Mbak Pipit, Fauzi (Ujik), aku dan Fafa sendiri. Workshopnya diadakan pada tanggal 15 Oktober 2016, jam 10:00-13:00 waktu setempat.

            Oke, jadi kami rencana berangkat bareng dari Student Center (SC) Kampus C, naik mobil mas Nyon, kecuali Mas Ujik yang bawa kendaraan sendiri. Janjian jam 9, lalu langsung berangkat. Aku datang cepet-cepet dari SMAMSA (setelah ngajar ekskul Jurnalistik), dan akhirnya langsung berangkat dari SC. Kondisi jalanan pada jam segitu gak terlalu macet rupanya, jadi kami sampai di Ciputra World dengan cepat.
Kami sampai di Ciputra World jam 10 kurang beberapa menit, kondisi mall masih sangat sepi, bahkan toko-toko belum buka. Masih serba gelap, untungnya eskalatornya sudah nyala (kalo nggak mah bisa capek naik eskalator 2 lantai, hehe). Fafa dan Mas Nyon langsung upload video kondisi mall yang sepi ke Instagram Story, haha rajin banget update-nya.
Untungnya, Pancious sendiri sudah buka. Kondisi didalamnya sudah terang benderang, dipenuhi oleh beberapa belas orang. Sudah ada sang pembicara sekaligus fotografer handal, yakni si @riomotret sendiri. Sudah ada peserta workshop juga yang memenuhi beberapa meja didalam. Kami memilih meja dengan sofa merah, di samping jendela. Meja yang cukup buat 6 orang.
Awalnya sih masih geje, bingung ngapain, akhirnya buka sosmed sendiri-sendiri dan ngeliatin suasana sekitar. Acaranya juga belum dimulai. Sekitar jam 10:50 baru dimulai, kondisi Pancious juga sudah rame. Tanpa basa-basi, @riomotret langsung membuka workshop-nya hari itu dengan Mbak MC (lupa namanya), dengan awalan cerita-cerita dia. Mulai dari pertama kenalan dengan fotografi pas kuliah, trus lama-kelamaan ditekuni dengan serius sampai jadi profesional seperti sekarang.
Rio Motret dan Mbak MC
"Nama saya Fafa, saya ingin bertanya..."
Kisahnya cukup inspiratif, dan memotivasi kita semua. Banyak juga peserta yang melakukan sesi tanya jawab, termasuk Fafa sendiri juga bertanya ke @riomotret (aku lupa dia tanya soal apa wkwk). Yang jelas, ada yang tanya soal gimana sih editing yang bagus, hasil jepretan yang konsisten, gimana cara motret di ruangan indoor, soal teknis dan lain-lain. @riomotret menjawabnya dengan lugas, memberi masukan-masukan positif dan mendorong kami semua buat mau berusaha demi kebaikan kami sendiri.
Heboh
Fokus.. Fokus..
Foto jepretan ala kadarnya.....
Sekitar jam 12-an, sesi pemotretan dimulai. Disediakan 3 orang model, 2 cewek dan 1 cowok. Dengan properti berupa makanan dan bunga-bunga, gimana caranya agar peserta bisa mengeksplorasi model, lokasi, properti, menjadi karya fotografi yang bagus. Wah wah, challenging juga, dan aku agak shock. Ternyata begini ya kondisi waktu foto on the spot, rebutan angle terbaik sama puluhan orang lainnya. Dan, berhubung kameraku cuma digital, dan aku pesimis buat jadi pemenang, akhirnya aku malah nyantai-nyantai dan fotoin suasana sekitar, hehe. Fafa dan Mas Nyon bawa kamera DSLR mereka, jadi mereka lumayan optimis buat menang, Mas Ujik gak bawa kamera, sementara kameranya Mbak Pipit sendiri malah kehabisan baterai.
Setengah jam kemudian, peserta-peserta itu mulai memindahkan file fotonya ke laptop yang sudah disediakan panitia. Lalu, mulai deh sesi upload-upload-nya. Setelahnya, kami berlima mulai kasak-kusuk, merencanakan buat foto bareng @riomotret. Dan, hasilnya begini deeeeh...
Nen, tolong wajahnya dikondisikan...
            Setelah itu, kami langsung menukarkan voucher free lunch kami, lalu menunggu makanan diantar ke meja kami. Aku memilih hot tuna spaghetti, ada pula yang pesan smoked beef spaghetti, tapi gak ada yang pesen mushroom spaghetti, haha, katanya terlalu creamy, jadi takut eneg gitu. Sekitar 10 menitan, makanan sampai deh. Menggiurkan sekaleee.
Yummy, mau lagi dong :3
Menaburkan bubuk keju secara ngawur, wkwk
            Jadi, sekitar jam 12:27 sampai jam 13:00 kami makan siang. Enak banget ya free food, apalagi fine dining kayak gini. Tapi, berhubung kami norak dari sananya, jadi ada ajalah keanehan yang kami perbuat. Mulai dari menghabiskan gula cair hingga tinggal 1/3 botol, menghabiskan keju bubuk, menuangkan sambal banyak-banyak hingga menaburkan cabe bubuk dengan porsi urakan. Citarasa aslinya langsung berubah sesuai selera kami masing-masing, haha. Belum lagi minta refill iced tea sampai 3 kali. Kata Fafa malah, “Nggak ada refill buat spaghetti-nya ta?” wkwk.
            Lalu, jam 13:00 diumumkan 3 foto terbaik. Sayangnya, gak ada satupun diantara kita yang menang, hiks. Seusainya, acara langsung ditutup, tapi kami masih betah nongkrong di Pancious dulu selama sekitar 30 menitan. Lalu kami keluar, ngambil goodie bag (isinya berupa kaos berlogo Nikon ukuran M, dompet kain tipis, voucher Pancious 50.000, notes dan pulpen bertuliskan Nikon). Kami mulai berkeliling mall sesudahnya.
Bathroom selfie...
            Oh ya, sebelum workshop dimulai tadi, aku iseng-iseng bilang ke Fafa, “He Fa, aku pengen curhat tapi gak jadi..” Wajahnya langsung berubah menjadi penasaran, dan akhirnya satu meja menggruduk aku soal curhatanku haha. Jadi, aku pengen banget cerita-cerita kalau aku suka salah satu temen APS angkatanku, tapi aku tutup mulut soal siapakah orangnya. Aku cuman bilang, “Apapun itu, pokoknya bad news rek...”
            Kebetulan Fafa pas akhir Maret kemarin, aku cerita sekilas soal siapa yang aku suka. Waktu itu di sekre sepi, cuman ada aku, dia dan Mas Wawan. Pas acara dari FORKOM UKM itu lho, yang launching buku atau apalah. Makanya, selama berbulan-bulan terakhir, Fafa cuma bisa nebak-nebak tanpa tahu kepastiannya siapa, wkw.
            Mereka mulai menebak-nebak dan mengurutkan satu persatu anak cowok 2015. Aku cuman bisa geleng-geleng (anjir sok-sokan seleb) dan bilang, “Pokoknya aku gak ngomong. Dan kalau disebut satu persatu kan curang namanya, lama-kelamaan juga bakal tau”
            Padahal, sebenernya dalam hati aku gak keberatan orang-orang tau. Walau begitu, I have to stay silent soalnya kalau tau semua, bisa gonjang-ganjing deh. Pengalaman dari SMP dan SMA mengajarkanku agar tak perlu lagi go public soal siapa yang ditaksir, huahaha. Dan aku membatin, “Iyo lek arek e merespon. Lha kalau enggak? Kan memalukan.”
            Pas kita lagi muter-muter Metro Department Store, mereka mulai nebak-nebak lagi. Disebutin deh satu persatu namanya, tapi aku tetep gak mau jawab. Fafa bilang, “Opo seh kriteria bad news iku? Jadian sama cewek? Homo? Atau apa?” katanya dengan nada penasaran, membuatku ngakak sendiri.
            Jadi, setelahnya, pertanyaan demi pertanyaan itu menguap seiring terdistraksinya mereka dengan suasana sekitar. Kami terus keliling-keliling Ciputra World, masuk ke foodcourt, keluar lagi, lalu masuk ke toko demi toko, sampai pada akhirnya jam 15:00 kami ke parkiran dan balik ke sekre.
            Sepanjang perjalanan balik, mereka membicarakan topik yang ada di luar jangkauanku: romantic relationship dan bagaimana menaklukan hati orang tua pacar. Anjiiir, ngakak. Sumpah, mulai dari cerita-cerita soal PDKT gimana, cowok yang gentle itu gimana, cerita pas nembak/ditembak, tipe-tipe cewek, orang tua/keluarga pacar kayak gimana, dan pengalaman pacaran masing-masing, and I’m gonna be like, “...okay, I’ve got nothing to tell them,” jadi aku cuman mendengarkan dan ketawa gak jelas. Kadang, kalau bener-bener gak nyambung sama topiknya (karena gak pernah mengalami), aku cuman memandang ke jendela sembari mendengarkan lagu-lagu dari Sleeping with Sirens.
            Padahal, di perjalanan berangkat pagi tadi mereka bicarain topik yang jauh berbeda, yakni soal pameran APS akhir tahun, portofolio fotografi, foto model, lokasi hunting yang bagus, mulai dari Taman Sakura hingga Stasiun Sidotopo dan hal lain yang berhubungan dengan itu. Gapapalah, lucu juga ndenger pengalaman mereka, wkwk.
            Sesampainya di SC, Mbak Pipit balik (karena gak ikut hunting), lalu aku dan Mas Nyon berjalan menuju ke sekre. Aku mulai berkata pada Fafa dan Mas Nyon, “..kalian tahu rek? Tadi yang kalian bahas lho, aku sumpah gak nyambung karena aku belum pernah mengalami itu semua.”
            “Gapapa Nen, suatu saat pasti akan mengalami.” kata mas Nyon.
            “Aku malah baru pertama kali ini pacaran lho.” ucap Fafa.
            “Ternyata kompleks juga ya rek? Gak kusangka persoalan asmara bisa sedetail itu.” kataku, menyahut. Karena selama ini yang ku alami hanya kisah-kisah platonis, ucapku dalam hati.
            Kemudian aku bilang lagi, “Kalian tahu? Kadang aku bertanya-tanya, apa aku memang berbeda dari cewek kebanyakan? Dalam arti, sifat, kepribadian dan karakter. Aku antithesis dari cewek pada umumnya, keluar dari stereotype. Manja, cengeng, lembut dan sejenisnya bukan sifatku, rek...”
            “Lho, gak papa Nen, justru ada lho cowok yang mencari cewek dengan karakter kayak gitu.” ucap mereka berdua, sembari berjalan melewati sekre UKM Wanala dan menaiki tangga menuju lantai 2.
            Oke, jadi kami sekarang mulai berbicara soal gender. Berat juga.
            “Hm, mungkin. Tapi selera laki-laki pada umumnya masih suka dengan cewek dengan kepribadian tadi kan? Sementara diluar kriteria itu, gimana?”
            “Ya, emang sih, tapi aku yakin ada cowok yang seleranya berbeda.” jawab Fafa.
            Yep, I can’t lie myself, kalau aku bener-bener gak bisa jadi perempuan yang submissive, nurut, lembut, gak bisa mandiri, tergantung ke orang lain dan suka bermanja-manja. Sepanjang hidupku aku sudah mendoktrin diri sendiri agar melakukan segala sesuatunya sendiri. As long as you can do it by yourself, why you asking for help to others, right?
            Obrolan terputus karena kami sudah sampai sekre. Aku langsung menaruh tasku, dengan begitu banyak pertanyaan dan teriakan dari dalam kepalaku, yang masih belum terjawab hingga detik ini. Ah, dunia dengan paradoksnya, begitu rumit.


0 komentar:

Posting Komentar

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template