Sebagai
pecinta musik, keberadaan earphone
menjadi sangat mutlak dibutuhkan. Bukan hanya masalah kualitas audio yang bakal
terasa much better daripada didengar
melalui speaker, tapi juga masalah
privasi kita, dimana kita bebas mendengarkan apapun tanpa membuat orang lain
terganggu. Selain itu, mendengarkan musik melalui earphone juga bikin kita lebih relax
dan bersemangat, seakan ada asupan vitamin yang diinjeksikan ke tubuh melalui
musik.
Sekilas cerita nih... aku sudah
mulai mendengarkan musik dengan earphone
sejak SD. Pertama kali, dibeliin Ayah mp4 di Hi-Tech Mall, waktu kelas 6 SD.
Tentu saja, mp4 lengkap dengan earphone-nya.
Sekitar tahun 2007-2008 lah. Yaaa, as you
know, selera musik anak SD kayak gimana? Lagunya gak jauh-jauh dari apa
yang diputer di program musik TV, gak jauh-jauh dari soundtrack sinetron, hehe. Jadi, aku dulu mengenal lagu-lagu
penyanyi Indonesia, semacam BCL, Rossa, hingga band-band yang tenar kala itu. Waktu itu, harga mp4 masih mahal,
sekitar 300-400 ribu rupiah.
Lanjut ke tahun-tahun berikutnya, pas
SMP, aku mulai dengerin lagu-lagu luar. Kelas 8 SMP, aku mendengar lagu Green
Day – 21 Guns di MTV, dan sejak saat itu aku mulai jatuh cinta. Mulailah aku
men-download lagu-lagu Green Day,
entah lewat handphone (waktu itu
punya Sony Ericsson K510i) maupun lewat warnet, yang nanti dikirim ke hp via cardreader. Lalu, karena k510i hilang di jalan, aku dibeliin Sony
Ericsson J105 Naite, dan tetap lanjut download
lagu-lagu dari sana. Sepanjang SMP, lagu-lagu Green Day menjadi playlist utama yang selalu ku setel
hampir tiap hari.
Pas SMA, selera musikku berkembang
lagi. Aku mulai mendengar lagu-lagu dari Blink 182, juga lagu-lagu dari band pop-punk,
rock dan hardcore lokal. Pas SMA lagi nge-trend musik band-band indie beraliran seperti itu, dan SMA
beberapa kali mengundang band-band indie Surabaya buat tampil. Di saat itulah
aku sering download lagu dari
ReverbNation, dan tau beberapa band
yang berjaya kala itu di lingkup remaja Surabaya, seperti Heavy Monster, Angry
Bird, Vertical Jump, Blingsatan, Boringday dan sejenisnya. Juga band dari temenku yang ada di Bogor,
yaitu Out of Control, yang kini berubah nama jadi Dairy 5.
Nah, pas SMA, aku sering banget beli
earphone di Hi-Tech Mall. Ughhh...
Harganya juga masih mahal pake banget, yakni diatas Rp. 50.000 sampai ratusan
ribu! Tapi, aku juga masih setia beli dengan uang jajan yang minim, demi
memuaskan hasrat dalam mendengarkan musik-musik kesayangan. Tapi, bukan berarti
earphone mahal bebas dari masalah ya,
karena earphone itu awetnya hanya
dalam kurun waktu satu hingga tiga bulan :)
Tapi ada juga yang awet hingga 6
bulan lebih. Pernah, aku nemu earphone
dari zaman kapan, dan pas digunakan pun masih ada suaranya, walau kualitas
audio-nya turun.
Pas kuliah, masih setia pake earphone, dengan selera musik baru yakni
post-hardcore. Eh, ralat, sudah sejak
SMA sih suka post-hardcore, dengan
band andalan yakni Alesana. Ada belasan lagu Alesana di handphone. Alesana mengubah hidupku, seperti halnya Green Day yang
punya huge impact dalam kehidupanku.
Lagu-lagunya yang cenderung dark, but
meaningful, serta dengan melodi gitar yang menyayat, hentakan drum yang
khas, serta teriakan yang seolah menjeritkan isi hati, mampu menjadi penyalur
stress dan moodbooster yang kuat.
Nah, pas awal semester 3, pas di mini-theatre, teman satu jurusanku
menyetel lagu akustikan namun dengan vokal penyanyi laki-laki dengan nada suara
yang tinggi. Sejak saat itu, aku mulai menggemari Sleeping with Sirens, dan
mulai intens dengerin semua lagu-lagunya sejak September 2016. Tak beda dengan
Alesana, hanya saja SWS lebih minim scream,
cukup banyak main di akustikan, dan nada suara vokalisnya (Kellin Quinn) lebih
tipis namun nada suaranya jauh lebih tinggi dari Shawn Milke (vokalis Alesana).
Oke, tadi cuma sekilas aja sih soal selera
musikku, nama-nama musisi dan band yang kusebut tadi punya influence besar di hidupku. Aku tumbuh dengan musik-musik keras,
dan untuk mendengarkannya tentu butuh earphone
karena tak mau orang lain terganggu. Sejak SMP-SMA (karena miskin uang), untuk
membeli earphone cukup jarang, karena
waktu itu earphone jauh lebih awet
dibanding sekarang. Kalau earphone
lagi rusak dan gak punya uang, aku biasanya ambil punya adik atau ayahku (tiap
beli hape kan selalu ada bonus earphone, dan milik mereka jarang sekali
digunakan).
Nah, beda lagi dengan earphone di tahun 2015 dan 2016 ini.
Banyak sekali konter yang menyediakan earphone
murah, di bawah 50 ribu banyak, bahkan ada yang seharga Rp. 9000 saja! Gila,
gila, Bahkan, ada tuh konter di daerah Jl. Jolotundo, Surabaya, yang
menyediakan earphone dengan harga....
Rp. 3000! Ya ampun... Lebih mahal harga makanan daripada barang elektronik. Bayangin
aja gimana kualitas suaranya wkwk
Oke, semenjak awal tahun 2016 aku
rutin beli earphone. Aku berlangganan
di suatu konter, di daerah Platuk, Surabaya. Awalnya, karena pingin good audio, aku beli yang harga Rp.
30.000. Emang bener enak, bass-nya
juga kerasa, disetel volume kecil pun masih terasa kencang. Ada pula yang harga
Rp. 45.000, dan kualitas audio-nya bahkan lebih baik lagi.
Ini kardusnya yang harga Rp. 15.000
Tapi, nyatanya earphone dengan harga Rp. 30.000 cepet rusak juga, tak jauh beda
dengan yang harga Rp. 15.000. Jadi, aku memilih beli yang Rp. 15.000 saja, toh
sama-sama cepet rusaknya. Setidaknya, paling awet itu 1,5 bulan, dan paling
cepet rusak dalam waktu... 1 MINGGU!
Pernah, saking kesalnya karena beli
1 minggu, dan suaranya mati (karena ketarik), akhirnya sekalian aku putus-putus
kabelnya jadi kecil, trus ku buang ke tempat sampah, hahaha.
Oke, earphone dengan harga segitu emang rentan dengan “tarikan”. Jangan
pernah menarik kabel earphone dengan
keras, karena dapat mengakibatkan earphone
itu mati seketika. Jangan pernah ditekuk-tekuk, biarkan kabelnya dalam posisi
yang relax. Jangan pernah kena
cipratan air, walau setetes pun (yaiyalah). Trus, karena harganya murah,
otomatis cepat atau lambat bakal rusak.
Seenggaknya, dalam waktu 1 hingga 2 bulan, harus beli earphone baru. Kerusakan dimulai dengan salah satu earphone mati sebelah, lalu dilanjut
dengan sebelahnya yang ikutan tewas. Tapi, bukan masalah kok, kalau harganya hanya 15 ribu, hehe.
Tanpa earphone hidupku bakal hampa, apalagi tanpa musik, pasti jauuuuuh
lebih hampa. Kebiasaanku adalah menyetir motor sembari mendengarkan musik lewat
earphone, lalu nyanyi-nyanyi juga di
jalan, hehe. Kadang diliatin orang, tapi bodoamat lah.
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)