Nama
pengarang: Nadya
Prayudhi
Judul: U-Turn
Tahun terbit:
2013
Kota
terbit: Jakarta
Penerbit: PlotPoint Publishing
Jumlah
halaman: 228 halaman
Sinopsis: Karindra, atau Karin, seorang wanita karir
berusia 30 tahunan, merasa shock
ketika diputuskan secara sepihak oleh Bre, kekasihnya yang telah menemani
selama 2 tahun terakhir. Diputuskan lewat e-mail
pula, Karin tak tahu apa yang lebih buruk dari ini. Terlebih, pertengkaran
mereka semalam pun tak terlalu ‘hebat’ dan ‘panas’ untuk membuat keduanya
berpisah.
Angan
Karin berputar, menyelami kisah-kisah hidupnya selama ini. Ia adalah perempuan
dengan secuil luka di hatinya. Luka yang selalu ia bawa kemana-mana selama
bertahun-tahun. Tidak sekali-dua kali ia didepak oleh kekasihnya, dan selalu
berhasil meninggalkan lubang yang dalam di sudut jiwanya.
Karin mengurut daftar nama-nama
lelaki yang pernah singgah di hatinya. Ada Vicky, seorang WNA negara Australia,
yang sempat berpacaran dengannya waktu ia masih kerja di Bali, dahulu. Vicky
adalah seorang yang abusive, dan tak
segan-segan untuk berbuat kasar pada Karin. Namun, bodohnya, Karin tetap
bertahan, sampai suatu saat Vicky memutuskan untuk kembali ke negaranya.
Ada pula Chuan, laki-laki dari
negeri Jiran, Malaysia. Cinta yang dijalin diantara keduanya terasa cukup aneh
di awal. Chuan adalah partner kerja bagi perusahaannya, yang mengaku jika ia
adalah seorang gay. Namun, Chuan
meyakinkan pada Karin bila ia adalah gay
karena lingkungan tempat kerjanya, dimana laki-laki saling berkencan dengan
sesama laki-laki, bukan gay secara
genetik. Artinya, Chuan masih bisa ‘berubah’ dan Chuan memilih Karin sebagai
perempuan yang bisa menggerakan hatinya menjadi seorang pria heteroseksual
lagi. Awalnya terasa janggal bagi Karin, terlebih ia dan Chuan hanya bersama
selama satu minggu di Malaysia, bagaimana bisa mereka saling jatuh cinta?
Pada akhirnya keduanya saling
merasakan cinta itu. Tetapi, sebuah insiden tak terduga terjadi. Karin hampir
diperkosa oleh bosnya sendiri, lalu Chuan memergoki itu. Chuan berbalik arah
lagi, menjadi tidak percaya pada Karin, lalu memutuskan kontak selama hampir 3
tahun. Lagi, lagi, sebuah sakit hati harus dialami oleh Karin.
Lalu, ada pula Abi. Abi bukanlah
satu dari sekian banyak laki-laki yang pernah menjalin hubungan asmara
dengannya. Abi adalah sepupunya, seseorang yang selalu menemaninya dalam suka
dan duka. Namun, peristiwa nahas terjadi pada Abi, saat ia tengah menginjak
kelas 3 SMA.
Abi menyukai Bram, salah seorang
bintang basket yang gagah dan tenar. Secara tidak sengaja, Zara, gadis yang
mengaku-aku sebagai pacar Bram mengetahui hal tersebut. Zara tidak terima jika
ada orang lain yang menyukai Bram. Zara pun mempunyai sasaran empuk untuk ia bully, dan menyebarkan ke semua orang di
sekolah bahwa Abi adalah gay. Pihak
sekolah terkejut, lalu memanggil orang tua Abi. Masalah semakin pelik, Abi
memutuskan untuk tidak masuk sekolah selama 2 minggu. Menyepi sejenak dari
olok-olokan yang ditujukan kepadanya.
Namun, ketika ia kembali masuk
sekolah, Abi memutuskan untuk melawan. Tidak ada seorang pun yang berhak
menginjak-injak harga dirinya. Ia kemudian mengonfrontasi Zara, membuat emosi
Zara terpancing, lalu Abi menampar pipi gadis tersebut. Tidak terima, Zara
mengaduh kesakitan, Abi lari dari lokasi kejadian, dan teman-teman Zara
mengejarnya. Sesampainya di tengah jalan, Abi tertabrak oleh kendaraan yang
tengah melintas, yang membuatnya meninggal seketika.
Kehilangan Abi membuat jiwa Karin
semakin sepi. Akhirnya Karin mencoba membalaskan dendam kepada Zara, dengan cara
mendorongnya hingga jatuh ke dalam selokan. Karin pikir hal itu akan membuat
Zara sadar bahwa ia bersalah atas kematian Abi. Namun, yang terjadi selanjutnya
adalah Zara meninggal, kepalanya terantuk oleh batu secara keras.
Kini giliran Karin yang merasa
amat bersalah.
Ia dihantui oleh bayang-bayang
Zara yang terus menerornya. Sampai akhirnya ia melarikan deritanya ke
obat-obatan penenang yang diberikan oleh psikiaternya, Marissa.
Karin kemudian bertemu dengan Bre,
secara tidak sengaja. Lama-kelamaan, cinta diantara keduanya bersemi dan
bermekaran indah. Bre adalah laki-laki yang mau menerimanya apa adanya.
Satu-satunya laki-laki yang tidak berlari menjauh begitu mengetahui luka-luka
yang dirasakan oleh Karin. Satu-satunya laki-laki yang disukai oleh Ayah Karin.
Satu-satunya laki-laki yang mau hidup berdampingan dengan Karin yang memiliki
depresi dan paranoia.
Tapi, mengapa Bre memutuskan
hubungan mereka secara sepihak ditengah jalan? Pertanyaan itulah yang
menari-nari di benaknya. Berbagai cara dilakukan untuk mengobati luka hatinya.
Ia kembali tenggelam dalam kebiasaan buruknya jika sedang patah hati:
mabuk-mabukan. Ia juga kembali mengonsumsi pil-pil penenang, untuk melarikan derita
dirinya.
Namun, apakah Karin harus hidup
dengan bantuan obat-obatan itu selamanya? Apakah ia harus hidup dalam
bayang-bayang rasa bersalah, sakit hati sekaligus luka? Dan bagaimanakah
kelanjutan kisah cinta Karin? Apakah ia kembali terjatuh dalam pelukan Chuan,
yang menghubunginya lagi setelah lost
contact selama 3 tahun, atau mengejar kembali cinta Bre? Lantas bagaimana
cara Karin untuk berdamai dengan masa lalunya?
Kritik
dan pendapat saya:
Well, memang harus diakui bahwa
buku-buku terbitan PlotPoint Publisher selalu memiliki kualitas diatas
rata-rata. Alurnya yang maju-mundur pun memberikan secercah perspektif segar,
begitu pula dengan penokohannya. Namun, bagiku, kisah yang lebih menarik bukan
tentang Karin dan hidupnya yang messed up,
tetapi justru pada kisah Abi. Abi adalah “kaum marjinal” dalam perspektif
masyarakat Indonesia. Gay bukanlah
sesuatu yang mudah diterima, dan itu membuatnya menjadi sasaran bullying banyak pihak. Bahkan, saat diketahui
Abi adalah seorang gay, pihak sekolah
memanggil orang tuanya. Like, is that
something wrong for being gay, sampai institusi sekolah pun punya hak untuk
ikut campur?
Selain
itu, ada semacam fakta yang saling berbenturan, seperti saat Karin membalas
dendam pada Zara, lalu Zara meninggal 3 hari kemudian. Di akhir kisah,
diketahui Zara masuk rumah sakit satu minggu, baru ia meninggal. Jadi, mana
yang bener nih? hehehe.
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)