Jum’at
lalu (21/10), aku dan 4 anak Airlangga Photography Society (APS) angkatan 2015 merencanakan
ke rumah sakit buat menjenguk Mbak Dita, senior APS, yang habis kecelakaan.
Udah merencanakan dari beberapa hari lalu dan sepakat berangkat Jum’at pagi. Namun,
karena masih hari kuliah, maka yang bisa datang pun cuma sedikit.
Jam
10 pagi kami kumpul di Gazebo FIB. Aku langsung kesana setelah kelas Komunikasi
Internasional, dan mendapati hanya ada Risca dan Maul. Ngobrol-ngobrol sejenak,
lalu Yuka datang dan Maul pergi sebentar buat beli oleh-oleh buat Mbak Dita.
Tak lama kemudian, giliran Derryl yang datang. Karena tak ada anak APS 2015
yang datang lagi, terpaksa hanya kami berlima yang berangkat.
Jam
10:50, kami mulai keluar dari kampus. Suasana langit cukup gelap, langit kelabu
dengan mendung yang tebal. Risca dan Yuka menghilang, jadi tersisa aku, Derryl
dan Maul. Kami pergi menuju Rumah Sakit Dr. Soetomo, yang jaraknya hanya
selemparan batu dari UNAIR kampus B. Deket banget, gak sampe 3 menit sudah
sampai. Kami parkir di sisi rumah sakit yang menghadap Fakultas Kedokteran (FK)
dan menyadari kalau kami parkirnya kejauhan. Harusnya sih parkir bawah tanah
yang deket IGD. Tapi gapapalah, itung-itung olahraga.
Kami
berjalan menyusuri lorong, mencoba membaca peta RS tapi gagal (kemampuan
navigasi payah), jadi akhirnya tanya ke security,
haha. Ternyata gak terlalu jauh, hanya berjalan 5 menit, lalu kami sampai. Di
tengah perjalanan, saat di Gedung Diagnostik, Maul berkata, “Ternyata rezeki
itu gak cuma datang dari materi, tapi dari kesehatan juga.”
“True.” ujarku menyetujui. Mengingatkanku
agar tak terlalu banyak mengeluh dalam menjalani kehidupan ini.
Kami
menemukan ruangan tempat Mbak Dita dirawat, yakni ruang bedah Nusa Indah. Sudah
menemukan kamarnya juga, tapi berhubung Risca dan Yuka belum datang, jadi kami
menunggu sejenak. Tak lama, formasi kami lengkap, lalu langsung ke kamar inap
Mbak Dita.
Di
ruangan itu, hanya ada 2 orang pasien. Kami dipersilahkan masuk oleh ibunya
Mbak Dita, lalu suasana menjadi hening sejenak karena kami tak tahu harus
bicara apa. Mungkin, gabungan antara rasa sedih, shock dan gak tega. A lil’
bit awkward, but that’s okay.
Pembicaraan
pun mulai bergulir. Dari operasi yang akan dijalani Mbak Dita, kejadian naas
dua minggu lalu, hingga memberikan suntikan semangat lewat obrolan-obrolan
ringan. Namun, kami tak bisa lama-lama karena Maul dan Derryl harus shalat Jum’at. Mereka pergi duluan dan
pamit, lalu disusul oleh aku, Risca dan Yuka. Kebetulan juga ada saudaranya
Mbak Dita datang berkunjung, jadi kami harus pergi.
Well.. cepet sembuh ya Mbak Dit! Doa kami
untukmu! :)
*btw aku tidak menampilkan foto pas berkunjung*
*btw aku tidak menampilkan foto pas berkunjung*
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)