Rabu, 19 Oktober 2016

Resensi Novel 'U-Turn' by Nadya Prayudhi

Nama pengarang: Nadya Prayudhi
Judul: U-Turn
Tahun terbit: 2013
Kota terbit: Jakarta
Penerbit: PlotPoint Publishing
Jumlah halaman: 228 halaman
Sinopsis: Karindra, atau Karin, seorang wanita karir berusia 30 tahunan, merasa shock ketika diputuskan secara sepihak oleh Bre, kekasihnya yang telah menemani selama 2 tahun terakhir. Diputuskan lewat e-mail pula, Karin tak tahu apa yang lebih buruk dari ini. Terlebih, pertengkaran mereka semalam pun tak terlalu ‘hebat’ dan ‘panas’ untuk membuat keduanya berpisah.

            Angan Karin berputar, menyelami kisah-kisah hidupnya selama ini. Ia adalah perempuan dengan secuil luka di hatinya. Luka yang selalu ia bawa kemana-mana selama bertahun-tahun. Tidak sekali-dua kali ia didepak oleh kekasihnya, dan selalu berhasil meninggalkan lubang yang dalam di sudut jiwanya.
Karin mengurut daftar nama-nama lelaki yang pernah singgah di hatinya. Ada Vicky, seorang WNA negara Australia, yang sempat berpacaran dengannya waktu ia masih kerja di Bali, dahulu. Vicky adalah seorang yang abusive, dan tak segan-segan untuk berbuat kasar pada Karin. Namun, bodohnya, Karin tetap bertahan, sampai suatu saat Vicky memutuskan untuk kembali ke negaranya.
Ada pula Chuan, laki-laki dari negeri Jiran, Malaysia. Cinta yang dijalin diantara keduanya terasa cukup aneh di awal. Chuan adalah partner kerja bagi perusahaannya, yang mengaku jika ia adalah seorang gay. Namun, Chuan meyakinkan pada Karin bila ia adalah gay karena lingkungan tempat kerjanya, dimana laki-laki saling berkencan dengan sesama laki-laki, bukan gay secara genetik. Artinya, Chuan masih bisa ‘berubah’ dan Chuan memilih Karin sebagai perempuan yang bisa menggerakan hatinya menjadi seorang pria heteroseksual lagi. Awalnya terasa janggal bagi Karin, terlebih ia dan Chuan hanya bersama selama satu minggu di Malaysia, bagaimana bisa mereka saling jatuh cinta?
Pada akhirnya keduanya saling merasakan cinta itu. Tetapi, sebuah insiden tak terduga terjadi. Karin hampir diperkosa oleh bosnya sendiri, lalu Chuan memergoki itu. Chuan berbalik arah lagi, menjadi tidak percaya pada Karin, lalu memutuskan kontak selama hampir 3 tahun. Lagi, lagi, sebuah sakit hati harus dialami oleh Karin.
Lalu, ada pula Abi. Abi bukanlah satu dari sekian banyak laki-laki yang pernah menjalin hubungan asmara dengannya. Abi adalah sepupunya, seseorang yang selalu menemaninya dalam suka dan duka. Namun, peristiwa nahas terjadi pada Abi, saat ia tengah menginjak kelas 3 SMA.
Abi menyukai Bram, salah seorang bintang basket yang gagah dan tenar. Secara tidak sengaja, Zara, gadis yang mengaku-aku sebagai pacar Bram mengetahui hal tersebut. Zara tidak terima jika ada orang lain yang menyukai Bram. Zara pun mempunyai sasaran empuk untuk ia bully, dan menyebarkan ke semua orang di sekolah bahwa Abi adalah gay. Pihak sekolah terkejut, lalu memanggil orang tua Abi. Masalah semakin pelik, Abi memutuskan untuk tidak masuk sekolah selama 2 minggu. Menyepi sejenak dari olok-olokan yang ditujukan kepadanya.
Namun, ketika ia kembali masuk sekolah, Abi memutuskan untuk melawan. Tidak ada seorang pun yang berhak menginjak-injak harga dirinya. Ia kemudian mengonfrontasi Zara, membuat emosi Zara terpancing, lalu Abi menampar pipi gadis tersebut. Tidak terima, Zara mengaduh kesakitan, Abi lari dari lokasi kejadian, dan teman-teman Zara mengejarnya. Sesampainya di tengah jalan, Abi tertabrak oleh kendaraan yang tengah melintas, yang membuatnya meninggal seketika.
Kehilangan Abi membuat jiwa Karin semakin sepi. Akhirnya Karin mencoba membalaskan dendam kepada Zara, dengan cara mendorongnya hingga jatuh ke dalam selokan. Karin pikir hal itu akan membuat Zara sadar bahwa ia bersalah atas kematian Abi. Namun, yang terjadi selanjutnya adalah Zara meninggal, kepalanya terantuk oleh batu secara keras.
Kini giliran Karin yang merasa amat bersalah.
Ia dihantui oleh bayang-bayang Zara yang terus menerornya. Sampai akhirnya ia melarikan deritanya ke obat-obatan penenang yang diberikan oleh psikiaternya, Marissa.
Karin kemudian bertemu dengan Bre, secara tidak sengaja. Lama-kelamaan, cinta diantara keduanya bersemi dan bermekaran indah. Bre adalah laki-laki yang mau menerimanya apa adanya. Satu-satunya laki-laki yang tidak berlari menjauh begitu mengetahui luka-luka yang dirasakan oleh Karin. Satu-satunya laki-laki yang disukai oleh Ayah Karin. Satu-satunya laki-laki yang mau hidup berdampingan dengan Karin yang memiliki depresi dan paranoia.
Tapi, mengapa Bre memutuskan hubungan mereka secara sepihak ditengah jalan? Pertanyaan itulah yang menari-nari di benaknya. Berbagai cara dilakukan untuk mengobati luka hatinya. Ia kembali tenggelam dalam kebiasaan buruknya jika sedang patah hati: mabuk-mabukan. Ia juga kembali mengonsumsi pil-pil penenang, untuk melarikan derita dirinya.
Namun, apakah Karin harus hidup dengan bantuan obat-obatan itu selamanya? Apakah ia harus hidup dalam bayang-bayang rasa bersalah, sakit hati sekaligus luka? Dan bagaimanakah kelanjutan kisah cinta Karin? Apakah ia kembali terjatuh dalam pelukan Chuan, yang menghubunginya lagi setelah lost contact selama 3 tahun, atau mengejar kembali cinta Bre? Lantas bagaimana cara Karin untuk berdamai dengan masa lalunya?

Kritik dan pendapat saya: Well, memang harus diakui bahwa buku-buku terbitan PlotPoint Publisher selalu memiliki kualitas diatas rata-rata. Alurnya yang maju-mundur pun memberikan secercah perspektif segar, begitu pula dengan penokohannya. Namun, bagiku, kisah yang lebih menarik bukan tentang Karin dan hidupnya yang messed up, tetapi justru pada kisah Abi. Abi adalah “kaum marjinal” dalam perspektif masyarakat Indonesia. Gay bukanlah sesuatu yang mudah diterima, dan itu membuatnya menjadi sasaran bullying banyak pihak. Bahkan, saat diketahui Abi adalah seorang gay, pihak sekolah memanggil orang tuanya. Like, is that something wrong for being gay, sampai institusi sekolah pun punya hak untuk ikut campur?
            Selain itu, ada semacam fakta yang saling berbenturan, seperti saat Karin membalas dendam pada Zara, lalu Zara meninggal 3 hari kemudian. Di akhir kisah, diketahui Zara masuk rumah sakit satu minggu, baru ia meninggal. Jadi, mana yang bener nih? hehehe.

0 komentar:

Posting Komentar

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template