BIG BAD
WOLF! Siapa sih penduduk Surabaya yang gak tau event fenomenal dan hits ini? Yup, bagi
yang belum tau aja nih, Big Bad Wolf atau BBW adalah pameran buku (khususnya:
buku impor) yang diselenggarakan di Jatim Expo, Surabaya, mulai hari Jum’at
(20/10/2016) hingga Senin (31/10/2016). Iya, sedihnya, BBW hanya ada selama 12
hari saja.
Kenapa BBW fenomenal? Pertama, jenis dan jumlah bukunya BANYAK
BANGET. Kita bisa menemukan aneka buku disini, mulai dari novel (fiksi),
non-fiksi, sejarah, refrensi ilmiah, biografi, buku anak-anak, dan lain-lain.
Ada juga sih buku dari Indonesia dan berbahasa Indonesia, tapi sedikit, dan
didominasi oleh Mizan publisher. Jumlah bukunya pun gak kehitung... entah
ratusan ribu atau bahkan jutaan eksemplar. Kedua, jenis buku yang dipamerkan di
BBW rata-rata adalah buku impor, which is
pake bahasa Inggris, and it’s a good
thing bagi mereka yang suka baca buku in
English, tapi toko-toko buku Indonesia rata-rata kurang lengkap koleksinya.
Ketiga, yang paling ‘heboh’ adalah... DISKONNYA! Mulai dari 60-80% gila kan?
Ya, siapa sih yang gak ngiler, terutama bookworms sepertiku? Aku sudah merencanakan kesana pada hari-hari
awal, tapi terkendala tugas menumpuk dan UTS bejibun. Akhirnya baru bisa kesini
Minggu kemarin (30/10). Bersama siapa? Tentunya dengan ma twin yakni Tita Anggraini. Bodohnya adalah kami berangkat hari
MINGGU (which is weekend dan kalian
tau sendiri kalau weekend pasti rame)
dan panas-panas pula!
WELCOME!
Kami sampai disana jam 09:45, langsung parkir di rumah warga
sekitar. Bayar 5000 sekali parkir, udah kayak tarif parkir mobil ya hehe. Tapi,
keputusan itu dipilih karena lebih baik parkir di rumah warga yang dilindungi
oleh atap, dibanding parkir di lapangan kecil pinggir rel kereta api yang bikin
jok motor jadi panas. Kami menuju ke pintu utama, dan terlihatlah orang-orang
yang duduk santai, dan juga orang-orang yang hendak menuju ke dalam area
pameran BBW.
Saat masuk, terlihat ada tumpukan keranjang belanja berwarna merah
dan biru. Aku mengambil satu untuk diriku dan Tita, dan mulai berjalan
menyeretnya. Tapi, karena sering bikin tersandung dan kayak orang pemalas aja nyeret keranjang belanja di lantai, akhirnya
aku tenteng keranjangnya. Aku dan
Tita lalu bergerak ke arah “FICTION” dan menjumpai novel-novel dengan resensi
yang menarik-menarik. Namun, karena “FICTION”-nya general, dalam arti yang
dibahas cukup luas, dan kami kurang suka, akhirnya kami berjalan ke sub-genre “ROMANCE”.
Oke, first thing,
walaupun keliatan cuek dan masa bodo dengan asmara, toh aku juga suka baca
novel roman. Dengan catatan, roman-nya bukan roman model teenlit SMP-SMA yang mengisahkan stereotype model “cewek cheers
dan cowok basket” hihihi. “ROMANCE” di BBW ini kebanyakan sih mengisahkan soal
perempuan karir yang hopeless romantic,
atau yang hendak pacaran/menikah/sedang menikah, tapi terkena masalah (entah
cerai/pasangan selingkuh/ketidakcocokan dengan pasangan, dst), ada pula yang
mengisahkan sebagai traveler ke
negara-negara di Eropa, ada yang soal seorang cewek yang berambisi jadi seleb,
hingga kisah-kisah kehidupan urban di kota-kota besar di Amrik (rata-rata
begitu). Tapi, intinya adalah novel romance
itu mengisahkan soal perempuan yang tinggal di kota besar, segudang masalah-masalahnya,
bagaimana mereka menemukan lelaki yang tepat, sukses dan bangkit dari
masalahnya. Entah ya, novel romance
di BBW ini rata-rata mengisahkan tokoh seorang perempuan. Jarang ada romance dari sudut pandang laki-laki,
kecuali tadi aku liat ada single-father
yang membesarkan anaknya seorang diri (tapi gak jadi ku beli karena bahasanya
lumayan sulit).
Tapi, bila dibandingkan dengan chicklit
sejenis dari Indonesia, jelas berbeda. Novel romance dari luar negeri sungguh keren. Plot-nya unpredictable, gaya
bahasanya unik, kaya akan diksi dan istilah-istilah, dan permasalahan/topik yang
diangkat pun beragam. Jelas merupakan sebuah poin plus sebagai referensi untuk
menulis...ehem...novelku sendiri.
Jujur saja aku kebingungan memilih mana novel yang tepat untukku.
Uang yang kubawa juga cukup limit, hanya sekitar 240 ribu rupiah. Rata-rata
novel di BBW ini seharga Rp. 45.000 dan Rp. 60.000. Ada sih yang harganya Rp.
30.000 dan Rp. 70.000, bahkan ada pula yang harganya hanya.... Rp. 10.000!
Tapi, novel yang dijual cukup cheesy
dan cover-nya pun norak bangeeet, haha.
The Secret Shopper Affair
Akhirnya, setelah berkeliling selama beberapa puluh menit, aku
menemukan novel pertamaku, berjudul, “THE SECRET SHOPPER AFFAIR” dengan tagline yang cukup menggelitik: “Who said sex was better than shopping?”.
Probably, novel ini sejenis dengan
film Confession of a Shoppaholic, entahlah, tapi ketika aku membaca bab
pertama, aku sudah yakin akan membeli novel ini. Gaya bahasanya asyik, humornya
dewasa, sedikit nakal tapi cerdas dan mudah dipahami.
Always the Bridesmaid
Lalu, beberapa puluh menit kemudian, aku menemukan novel keduaku.
Judulnya, “ALWAYS THE BRIDESMAID”. Aduh, aku jadi teringat film 27 Dresses,
yang mengisahkan seorang pendamping pengantin yang lajang dan memimpikan
pernikahannya sendiri, tapi ia tak kunjung menikah. Gaya bahasanya juga sama,
dan bab pertama pun sudah cukup menarik, jadi aku tak ragu untuk membawanya
pulang.
Kemudian, aku dan Tita berpisah. Aku menuju ke section “YOUNG-ADULT” tapi tak menemukan
sesuatu yang menarik, lalu beranjak ke section
buku anak-anak. Asyik banget buku-bukunya, gambar ilustrasinya pun kece.
Kisahnya rata-rata soal hewan yang dinarasikan bisa berbicara dan berperilaku
layaknya manusia, ada juga sih yang mengisahkan soal kehidupan anak-anak (yaiyalah dasar dudul). Bagian buku
anak-anak ini jauh lebih luas dibanding bagian fiction, lebih sepi, plus ada AC gede pula, jadi terasa dingin. Agak
lama aku disana, lalu aku kembali ke fiction,
the place where I should belong.
Ketika aku sudah 5 menit di FICTION, Tita menepuk pundakku sembari
ngomel-ngomel. “Baru aja baca buku, eh aku noleh kamu langsung ngilang..”
ucapnya. Dia terlihat sudah menenteng dua novel tebal. Well, tak jauh beda denganku, ia juga penggemar fiksi, dengan sub-genre yang sama yakni romance.
Kami kemudian merasa lelah setelah sejam lebih berkeliling, dan
memutuskan untuk ke atas panggung untuk duduk-duduk. Disana ada sedikit ruang
lah buat mengistirahatkan tubuh dan kaki yang pegal-pegal. Dan ada pula space buat lesehan dan tidur-tiduran!
Ada semacam karpet dengan bantalnya. Wih,
inimah rezeki, ucapku.
Eeeh, belum 5 menit, udah diberitau sama ibu-ibu pengunjung lain
kalau troli alias keranjang belanjaan dilarang dibawa ke area lesehan. Kalau
bawa bukunya aja sih boleh. Dengan terpaksa kami mengangkat tubuh dan berjalan
menjauh. Kami kemudian duduk sebentar di tangga atas, tapi juga diusir, kali
ini sama mas-mas pegawai BBW. Dia mengucapkan “mohon maaf” dengan nada yang
terdengar lembut dan sungkan. Hmm, dia sudah mengusir berapa puluh pengunjung
ya dari stage hari ini? LOL.
Vanish
Trus, kami menuju ke fiction
tapi genre-nya beda. Bukan lagi romance, tapi lebih ke misteri,
teka-teki dan detektif. Wih, suatu hal yang baru bagi kami berdua. Sebenarnya
kami berdua tipe orang yang males mikir kalo baca novel, dan genre misteri mewajibkan pembacanya buat
ikutan mikir. Tapi, aku menemukan novel yang menarik. Judulnya, “VANISH” (bukan
iklan deterjen). Kisahnya seperti pembunuhan, dan berhubung aku penggemar film
Thriller yang gak jauh-jauh ama pembunuhan (selain tentang hantu/roh halus
juga), maka aku memilih novel ini. Oke, harus ku akui, gaya bahasanya memang
lebih berat dari novel romance, tapi
apa salahnya sih mencoba?
Dalam hati:
sekalian improve kemampuan bahasa
Inggris, kali aja bisa lulus TOEFL dengan nilai 500, atau IELTS dengan nilai
minimal 7, hehe.
Tita kemudian memilih novel misteri juga, soal lelaki yang pernah
membunuh gadis pada waktu ia masih muda (secara tidak sengaja), lalu pas dewasa
ia mulai dihantui bayangan gadis itu. Tita juga menukar dua romance-nya dengan novel romance lain yang berharga Rp. 45.000.
Jam 12 siang. Kami lalu berjalan menuju kasir, tapi melewati cook-book dulu. Liat-liat soal makanan
sebentar, dan teringat kalau kami dalam kondisi lapar. Akhirnya kami
cepet-cepet menuju kasir, tapi antriannya cukup panjang ternyata. Aku melihat
keranjang belanjaan orang-orang dan membatin: yaampun! satu troli penuh, njir!
Entah berapa uang yang mereka habiskan untuk itu. Berjuta-juta
mungkin.
Ah, seandainya aku sudah mapan secara finansial, mungkin membeli
buku-buku adalah agenda rutin setiap minggunya, hehe. Aku memang boros dalam
belanja buku dan traveling, karena
kedua hal itu adalah minatku, sekaligus titik kelemahanku, hehe.
Kami menuju ke kasir nomer 1, antri sebentar, lalu membayar. Total
belanjaanku bernilai Rp. 165.000, sementara Tita Rp. 90.000. Kami langsung
bergegas untuk pergi, lalu duduk di tangga luar Jatim Expo buat berdiskusi mau lunch dimana.
“Mie ayam enak, paling...”
“He iya pek..” ucap Tita.
“Aku ada dua tempat rekomen, satu di Kayoon, satu di deket Siola.
Pilih yang mana?”
“Bedanya apa?”
“Satu harganya Rp. 20.000 (kayoon) dan Rp. 15.000 (Siola). Yang
murah aja ya?”
Akhirnya kami berdua kesana. Dengan penuh perjuangan karena
panasss banget, dimana-mana macet, trus puter balik jauh. Apalagi, saat di
puter balik deket Siwalankerto, sepeda motorku tiba-tiba tidak bisa berjalan
maju selama beberapa detik. Aku langsung panik. “He yoopo iki?”
Aku mikirnya, rantainya lepas (kayak dulu, April 2016).
Alhamdulillah, dalam beberapa detik, motorku normal kembali. Sialan, apa nih motor sedang nge-troll aku?
batinku sebal.
Kami lalu menuju ke Siola dalam setengah jam. Panas banget, tapi
aku selalu memotivasi diri bahwa, “Saking
panasnya, jadi malah terasa dingin” agar aku tidak banyak mengeluh. Setelahnya,
kami langsung makan. Porsinya cukup besar, rasanya lumayan enak, tapi mie-nya
masih agak keras (belum terlalu matang). Duh, jadi pengen Mie Ayam Kedondong
yang luar biasa wenak. Kenapa gak kepikiran buat makan disana ya?
Pengeluaranku...LOL
The end of
the story... gak nyesel ngehabisin uang buat buku.
Beda lagi kalo ngehabisin uang buat makanan, pasti nyesel karena dua hal.
Pertama, kenapa aku menghamburkan uang untuk makanan, padahal di rumah ada
makanan? Kedua, makan berarti menambah kalori dan berat badan, haha. Apalagi
jajan diluar sudah pasti banyak karbohidrat dan lemaknya, jadi tau sendiri lah
bisa bikin tubuh jadi melebar xD
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)