Susahnya jadi orang overweight, eh...obesitas. Hampir seluruh dunia berkomplot untuk
menjadikan orang dengan berat badan berlebih sebagai kaum marjinal. Tersisih. Berlebihan banget, tapi memang itu
faktanya. Tak semua orang mau menerima orang gemuk, bahkan keluarga sekalipun
menekan untuk menurunkan berat badan (meski gak semua). Dari lingkungan..apa
lagi. Mulut-mulut busuk nan kejam
siap menyiksamu. Belum lagi, bayang-bayang penyakit menari-nari dipelupuk mata.
I’m fat and I admit that it was hard to
survive. Masa kecilku sering diejek. Tapi, karena aku bukan tipe orang yang
pasif, kubalas ejekan itu dengan berbagai cara. Prestasi..iya, acuh tak acuh..sering,
bahkan waktu SD dan SMP aku gak segan-segan buat menghajar (dalam arti
sebenarnya) orang-orang yang bermulut soak itu. Sebagian besar laki-laki. Dan
setelahnya, mereka tak berani macam-macam denganku.
Dear siapapun....kamu percaya itu aku?
Berat
badanku terus melonjak dari usia tiga tahun. Dibawahnya, aku kurus sekali
seperti orang yang tak pernah kalian kenal. Mitosnya, mamaku memberiku vitamin
ikan (taulah apa, no spoiler merek)
karena gak tahan liat saking kurusnya aku. Well..It
works. Dan saking berhasilnya...itu berlanjut hingga tahun-tahun
setelahnya. Aku menggemuk!
Ketika
aku SMA hingga sekarang, banyak cara kulakukan agar berat badanku turun. Aku
sudah mencoba banyak sekali cara. Mulai dari :
1.
minum
obat-obatan diet yang bikin puyeng (gak sehat, berhenti)
2.
nasi
diganti dengan daun selada (daun selada gak selalu ada di pasar..ganti)
3.
buah
naga (it works!! turun banyak dulu,
tapi harganya mahal MasyaAllah-_-)
4.
minum
teh hitam (susah BAB, tidak direkomendasikan. turun juga enggak)
5.
mengurangi
porsi makan ke satu piring kecil (berhasil, tapi menyiksa)
6.
nasi
dijadikan tiga sendok saja, lauk dibanyakin (gak ngaruh)
7.
makan
protein aja which is dari lauk
(dimarahin emak wkwk)
8.
vegetarian
(mana tahannnn)
9.
gak
makan malam (anjir susah bener. mana disini warung-warung enak bukanya hanya
waktu malam saja.....ini pasti konspirasi)
10. lari (i know it works, tapi susah sekali bangun pagi-_-)
11. sit up (yang ada malah kram otot perut)
12. menghitung kalori masuk-keluar (gak ada
waktu)
13. diet tomat (pernah berhasil tapi gak
tahan)
Khusus yang terakhir,
aku mau mengulang kembali “masa-masa jaya” itu. Aku membaca dari internet
khasiat buah tomat dan mulai membeli di pasar dekat rumah. Harganya fluktuatif,
sekitar 5000-9000/kg. Waktu itu September 2014, aku ingat betul ospek jurusan
akan segera dimulai. BSK 2014.
Jadi, aku memulai makan
tomat. Kesan pertama? Yaiksss! Apa sih ini, berlendir-lendir dengan rasa yang
lucu? (can you describe gimana rasa lucu
itu?). Eneg, tapi kutahan-tahan untuk memakannya. Sesudah itu, berkat tips
dari beberapa orang...isinya yang berlendir dan berbiji itu kubuang. Aku hanya
memakan kulit buah dan daging buahnya yang cukup tipis.
Lalu, kelamaan, aku
mulai mengganti makanku dengan tomat. Ke kampus bawa tomat yang udah diiris.
Dipalakin temen yang doyan juga (colek
Angel). Trus diperhatiin senior cewek, “Dek, kamu beneran makan tomat?”
(dengan wajah yang mengernyit)
Dalam jangka waktu
beberapa minggu, berat badan turun beberapa kilo. Lumayan. Namun, karena jenuh
dengan rasanya, ku stop. Manusia memang tidak pernah puas. Baru turun beberapa
kilo aja udah di stop. (hanya aku saja,
mungkin)
Sesudah itu.. berat
badan kembali melonjak. Dan setelah beli timbangan, malah melonjak lagi. Wkwk.
Merasa terintimidasi dengan timbangan yang memanggil-manggil dengan raut
mengejek di bawah kolong kasur.
Tapi, akhirnya aku
kembali lagi ke cara lama itu. Okelah tomat, mari kita berteman. It should be sound easy. Dan aku mulai
membeli tomat lagi di seorang bandar sayur didekat rumah, Senin, (24/8/15).
Tomat sayur, bukan buah, dengan harga 4000/kg.
Intinya harus disiplin
dan tak mudah tergoda. Berdoa saja, semoga timbangan tak lagi mengejekku.
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)