This
is could be the best moment I ever had. Mau tahu kenapa?
Semua
bermula dari ajakan Ketua APS (Airlangga Photography Society) yang baru, mas
Adi, buat ikut di acara bernama Pesona Airlangga. Itu nama resmi dari acara
yang akan ku datangi Rabu lalu (30/3). Dari poster viral-nya, menyebutkan bahwa acara itu bakal berisi dengan launching buku UKM (yang menceritakan
tentang 36 UKM yang ada), pesta UKM (makan-makan bareng) dan diisi dengan
banyak bintang tamu, baik dari internal (UKM-UKM itu sendiri yang perform) hingga eksternal (kayak ITS
Jazz dan D’Kadoor). Diadakan di Student Center (SC) kesayangan.
Wah,
menarik dong. Apalagi, per UKM hanya diberi kuota 15 orang saja untuk dapat voucher makan, tapi siapapun boleh
datang kemari sebenarnya. Selepas kuliah Penulisan Kreatif, aku langsung ke
Student Center. Saat aku datang, panitianya lagi sibuk ngurusin ini-itu,
penontonnya pun belum banyak, paling hanya di bawah lima puluh orang, yang
duduk di tangga kecil lantai satu. Aku langsung naik ke atas, ke sekre
kesayanganku (sekre APS) dan menemukan bahwa pintunya dikunci.
Untungnya,
kurang dari 5 menit, Fafa datang, lalu ia membukakan pintu sekre (karena aku
lupa password gemboknya-_-). Tak
lama, Mas Wawan, Ketua APS periode tahun lalu datang. Hanya ada kami bertiga,
sementara dibawah acaranya sudah dimulai. Band
akustik dari UKM Orkestra, disusul dengan band
dari ITS Jazz, mulai tampil. Kami sama sekali tidak berminat untuk turun,
karena dari lantai tiga pun kami sudah bisa menonton acaranya (emang mager sih ahaha). Alih-alih, justru kami
sibuk sendiri, Fafa dengan tugasnya dan Mas Wawan sibuk otak-atik komputer
sekre. Aku? Aku bolak-balik keluar masuk sekre, nyari WiFi (lemot gila) ama nonton penampilan band di luar hehe. Sambil nge-chat di grup UMC (Unair Music
Community), mempersuasi mereka untuk datang ke SC, sambil ngirimin foto-foto
acara.
Performer :)
Namun,
hujan deras datang sebelum pukul 7 malam, hingga membuat penampilan ITS Jazz
bubar dan panitia kelabakan. Acara ditunda hingga belasan menit kemudian saat
hujan sudah reda. ITS Jazz kembali tampil, disusul dengan penampilan tari dari
anak UKTK (tari-karawitan). Fafal dan Mbak Pipit datang setelah hujan, mereka
hanya stay sebentar (cuma untuk
minjam peralatan sekre, lalu pulang). Tak lama, Ida dan Auliya (temen
angkatanku) datang.
Sebelum
Fafal, Mbak Pipit, Ida, Auliya datang, aku sempat ngobrol sama Fafa tentang
satu hal yang ku risaukan. Butuh keberanian untuk mengajukan pertanyaan dan
pengakuan seperti ini:
“Fa,
setelah diklat, temen angkatanmu memang bubar sendiri-sendiri ta? Soalnya
angkatanku sendiri kayak gitu.” curhatku padanya.
“Hm, iyo ancen. Emang problem tiap tahun seperti itu. Apalagi sehabis pameran, buyar dewe-dewe.” katanya.
Tak
lama kemudian, aku bilang gini: “Fa... Kamu tau gak, kenapa aku bertanya
seperti itu?”
Dipancing
seperti itu, Fafa penasaran. “Opo’o
emang?”
Duh, bilang gak ya, batinku dalam hati.
Tapi nanggung banget. Akhirnya aku katakan: “Soalnya... Soalnya ada anak di
angkatanku yang ku suka..”
Langsung
Fafa ngakak dan Mas Wawan ngejek aku, wkwk. Fafa bilang, “Sopo? Sopo? Adik kelas SMA-ku ta?”
Aku
mikir, siapa anak angkatanku yang adik kelasnya Fafa. Lalu aku merespon cepat:
“Bukan itu, Fa!”
Fafa
belum menyerah, dia mulai menebak lagi. Dia menunjukkan foto dua cowok
angkatanku di LINE-nya. “Pasti ini, ya, kan?”
Aku
memicing, lalu menggeleng. “Bukaaaan. Duh, tapi jangan diurutin satu-satu dong,
nakalan, lama-lama bisa ketahuan juga nanti.”
Kami
ngakak dan aku gak tahan sendiri jadinya. Rasanya pingin ngakak, malu dan blushing sendiri kayak orang tolol. Uncontrolled gestur tubuh selalu terjadi
di saat-saat seperti ini. Jadi, daripada salah paham, aku ngeloyor pergi dan
bersandar diluar, sembari bilang, “Pokoknya aku gak mau komentar. Sebelum ada statement resmi dariku, berarti semua
itu salah.” (yaelah, sok seleb banget sih wkwk)
Eh,
namanya juga Fafa, meskipun dia pendengar yang baik dan responsif, tapi dia
juga bukan penyimpan rahasia yang
baik, jadinya dia lapor-lapor saat Mas Adi, Ida dan Auliya datang kalau aku
suka temen seangkatanku. Heboh lagi deh sekre, mereka mulai menebak-nebak juga.
Well, aku sih gak masalah Fafa lapor
ke siapa aja, toh dia gak tau 100% siapa yang ku maksud, hehe.
Lalu,
Fafa mulai menyangkutpautkan dengan capture-an
chat-ku di Instagram yang ku upload. Mereka mulai menggojloki-ku
tentang “kebinalan” ku, menyukai
cowok yang bibirnya seksi dan kiss-able,
haha. Fafa bilang gini, “Eh Nen, aku tahu siapa yang kamu suka.” ucapnya dengan
nada misterius.
“Siapa?
Jangan sok tahu.” (sembari deg-degan kalau bener gimana huaha)
“Itu..
Yang biasanya men-desainkan pameranmu. Bibirnya kan agak gimana gitu.”
Aku ngakak. Ya Tuhan, bisa-bisanya dia
mengingat bentuk bibir LAKI-LAKI LAIN. Are
you normal, Fa? batinku. Tapi memang bukan itu yang ku maksud (alhamdulillah, tebakan Fafa meleset
terus). “He, bukan Fa. Bukan itu dasarrr.”
Bener-bener obrolan gak penting ya, hahaha.
Tapi aku senang bisa ngakak-ngakak sama orang-orang dudul ini (terutama Fafa
sendiri, yang selera humornya bagus, good
listener, peduli, antusias, heboh dan responsif, membuatku betah
berlama-lama dengannya). Aku merasa sangat nyaman berada didekat mereka, dan
gak sungkan buat nunjukin siapa diriku sebenarnya. Tanpa merasa gengsi atau
sungkan, seperti pada teman-teman di
jurusanku sendiri bahkan. Dengan anak APS, aku bisa jadi diriku sendiri.
Aku tak pernah menutup-nutupi. Aku gak pernah gengsi atau jaga jarak. Aku bisa
langsung membuka obrolan atau bercanda spontan dengan siapapun, tak pernah
dipikir lama-lama seperti pada teman jurusanku. Aku nyaman dengan mereka. Aku
betah ngobrol, bercanda, nongkrong berlama-lama dengan mereka. Itulah sebabnya,
aku suka banget ke sekre, sekedar main-main, ngumpul atau bahkan nginep/tidur
disana. Aku merasa diterima, aku merasa seolah telah mengenal mereka dalam
waktu yang lama dan aku bakal mempertahankan mereka selamanya.
Something
worth to fighting for.
Aku merasakan kebahagiaan menyusup perlahan
saat berada bersama anak-anak APS, gak peduli mereka teman angkatanku maupun
angkatan atas/senior-senior. Aku lebih merasa menjadi anak UKM/anak sekre,
dibanding anak kuliahan. Aku lebih suka berkutat lama-lama di sekre, se-gabut apapun itu, dibanding di
FISIP/departemen. Seneng banget bisa menjadi bagian dari keluarga besar APS.
Gak nyesel meskipun telat diterima jadi anggota hehe :)
Oke, kembali ke pesta UKM. Keren banget band-band-nya,
tariannya, yang lebih keren adalah saat ketua Forkom tahun lalu nyusun buku,
isinya tentang kisah-kisah 36 UKM itu. Achievement
yang luar biasa, gak pernah terpikir olehku jika sampai dibukukan.
Late dinner :)
Jam 9 malam, Auliya yang baru dari KOPMA
(Koperasi Mahasiswa) bilang kalau udah boleh ambil makanan dibawah. Tapi, gak
ada anak-anak APS yang mau ku ajak turun, karena mereka udah terlanjur beli nasi
goreng. Alhasil, aku turun sendiri, lalu antri di depan stand soto ayam. Aku tengah memotret suasana dengan kamera hape, saat seseorang menyapaku dari
belakang.
“Nen!” ucapnya, setengah berteriak. Ada
nada antusias, riang dan heboh didalam suaranya. Aku lantas menoleh dan
menemukan....WYDAN!
Aku heboh sendiri, dan membalas jabatan
tangannya. Ya ampun, gak nyangka ketemu Wydan di saat-saat seperti ini, haha.Tak
terduga, sumpah. Ryzky Aprilia pasti heboh kalau tahu ini terjadi, wkwk. Btw, Wydan itu temenku yang ku kenal
dari Diklatsar 37 WANALA, tahun 2014 silam. Dari FH 2014.
Penampilan Wydan belum berubah. Dan dia
masih sangat ramah, mau menyapaku di saat anak wanala lain gengsi menyapaku,
atau bahkan lupa aku pernah berada bersama mereka.
Aku
tiba-tiba nyerocos, “Eh, aku sekarang udah di APS, lho.” (maksudnya, secara
implisit bilang kalau aku sudah punya UKM sendiri, walaupun bukan Wanala, dan
aku sudah berhasil move on dari
Wanala).
“Oh
ya?” sahutnya, masih dengan nada yang riang. “APS itu apa?”
“APS
lho.. UKM Fotografi.”
“Oalah.”
“He,
gimana rek, gak pernah ngajak jalan-jalan bareng.” (maksudnya jalan-jalan di
alam bebas, dan sama anak-anak Diklatsar 37, bukan berdua saja wkwk)
“Iya.
Jangankan kamu, kita yang didalam (anggota Wanala sendiri) pun jarang diajak.”
balasnya, dengan nada yang heboh. Ku tangkap, ada sedikit kekecewaan dibalik
kalimatnya barusan.
“Ha,
sumpah?” sahutku. “Udah jarang kumpul-kumpul ya, selepas diklat?”
“Iya,
jarang banget, apalagi selepas Dikjut (diklat lanjutan) kemarin.”
“Wah, eman (sayang).”
Obrolan
kami terputus, karena antrian didepan stand
soto sudah berkurang, dan tinggal aku yang berada didepan. Padahal, aku masih
mau banget ngobrol lama-lama sama Wydan. Dia merespon-ku dengan sangat baik,
terlihat antusias, heboh dan peduli, suatu hal yang cukup LANGKA ditemukan pada
orang yang sudah lama tak berjumpa (kebanyakan orang mah gengsi, tapi dia gak).
Aku masih perlu mengorek-orek kisah soal anak-anak Diklatsar 37, karena meski
kami sudah tak bersama, mereka tetap BERARTI
di hidupku. They are my savior.
Mereka yang susah-payah berjuang untuk masuk Wanala, mau ikutan susah demi aku.
Tapi, meskipun kisahku berakhir menjadi pecundang (dengan out dari Wanala), anak-anak Diklatsar 37 masih tetap berharga dalam
hatiku.... Apalagi Wydan, yang sering banget “menyeretku” saat aku kelelahan
lari pas binjas dulu. Bener-bener orang yang talk less do more banget, dan aku masih ingat sosoknya yang jadi
ketua paling bertanggung jawab dan peduli ke anggota-anggota lain waktu kelas
dulu. Keren.
Akhirnya,
karena situasi tidak memungkinkan, aku bilang “Duluan ya.”
“Oh
ya, Nen.” ucapnya dengan ramah.
Aku pergi,
naik ke sekre APS dengan tersenyum, masih mengingat itu dengan baik,
menyimpannya dengan rapi di memoriku.
***
Aku kembali ke sekre dan menemukan Mas Adi,
Ida, Auliya, Fauzi dan Fafa membahas soal kunjungan ke pameran fotografi UNEJ
kemarin. Ya ampun, mereka mbahas soal copet di bus antar kota -_-
Eh, tapi seru juga yang dibahas wkwk. Dan
seperti biasa, kalau ngumpul sama mereka, selalu ada saja hal lucu yang bisa
ditertawakan. Kami membahas apapun, dari yang gokil sampai yang serius.
Jam 21:50, aku dan anak APS (Fafa, Mas Adi,
Fauzi, Ida, Auliya dan Mas Wawan) turun ke bawah, sekalian langsung pulang,
jadi sekre digembok lagi. Mereka turun untuk ambil makanan (ya tuhan, jadi nasi
goreng barusan gak kerasa ya di perut-perut badak mereka-_-), sekalian mau
nonton D’Kadoor. Hampir di penghujung acara soalnya.
Antri makan :D
Tak lama, diatas jam 10 malam, D’Kadoor
yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul. Aku dan Fafa maju ke depan, dekat dengan stage, sementara anak APS lain masih sibuk
makan. Agak norak juga ya, maju ke depan kayak gini. Padahal nge-fans juga gak -_-
D'Kadoor
Yang nonton sekampung :v
Hm, setelah D’Kadoor muncul, aku mulai
menerka-nerka KENAPA anak-anak muda suka dengan orang satu ini. Oke, dia artis
Instagram. Kalau boleh jujur, aku tak
menemukan suatu hal yang benar-benar lucu dari dia. Tidak ada konsep yang
jelas dari bercandaan D’Kadoor, kecuali fakta bahwa D’Kadoor sering sekali
genit ke cowok, berpura-pura dandan ala Waria, atau menasehati anak-anak muda
dengan hal-hal yang “bermoral” (dengan tanda kutip). Seperti, menasehati cewek
supaya gak tampil berlebihan atau jadi bitchy-bitchy gitu, atau menasehati cowok
supaya gak jadi playboy.
Jam 22:40, aku pamit ke Fafa buat balik ke
rumah, dan ditengah jalan kehujanan. Deras pula. Tapi... Keseluruhan hari ini
memang luar biasa. Aku pulang dengan rasa bahagia, disamping kedinginan karena
keguyur hujan -_-
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)