Jumat, 01 April 2016

Pesta UKM : A HAPPY TIME



This is could be the best moment I ever had. Mau tahu kenapa?
            Semua bermula dari ajakan Ketua APS (Airlangga Photography Society) yang baru, mas Adi, buat ikut di acara bernama Pesona Airlangga. Itu nama resmi dari acara yang akan ku datangi Rabu lalu (30/3). Dari poster viral-nya, menyebutkan bahwa acara itu bakal berisi dengan launching buku UKM (yang menceritakan tentang 36 UKM yang ada), pesta UKM (makan-makan bareng) dan diisi dengan banyak bintang tamu, baik dari internal (UKM-UKM itu sendiri yang perform) hingga eksternal (kayak ITS Jazz dan D’Kadoor). Diadakan di Student Center (SC) kesayangan.

            Wah, menarik dong. Apalagi, per UKM hanya diberi kuota 15 orang saja untuk dapat voucher makan, tapi siapapun boleh datang kemari sebenarnya. Selepas kuliah Penulisan Kreatif, aku langsung ke Student Center. Saat aku datang, panitianya lagi sibuk ngurusin ini-itu, penontonnya pun belum banyak, paling hanya di bawah lima puluh orang, yang duduk di tangga kecil lantai satu. Aku langsung naik ke atas, ke sekre kesayanganku (sekre APS) dan menemukan bahwa pintunya dikunci.

            Untungnya, kurang dari 5 menit, Fafa datang, lalu ia membukakan pintu sekre (karena aku lupa password gemboknya-_-). Tak lama, Mas Wawan, Ketua APS periode tahun lalu datang. Hanya ada kami bertiga, sementara dibawah acaranya sudah dimulai. Band akustik dari UKM Orkestra, disusul dengan band dari ITS Jazz, mulai tampil. Kami sama sekali tidak berminat untuk turun, karena dari lantai tiga pun kami sudah bisa menonton acaranya (emang mager sih ahaha). Alih-alih, justru kami sibuk sendiri, Fafa dengan tugasnya dan Mas Wawan sibuk otak-atik komputer sekre. Aku? Aku bolak-balik keluar masuk sekre, nyari WiFi (lemot gila) ama nonton penampilan band di luar hehe. Sambil nge-chat di grup UMC (Unair Music Community), mempersuasi mereka untuk datang ke SC, sambil ngirimin foto-foto acara. 
Performer :)
            Namun, hujan deras datang sebelum pukul 7 malam, hingga membuat penampilan ITS Jazz bubar dan panitia kelabakan. Acara ditunda hingga belasan menit kemudian saat hujan sudah reda. ITS Jazz kembali tampil, disusul dengan penampilan tari dari anak UKTK (tari-karawitan). Fafal dan Mbak Pipit datang setelah hujan, mereka hanya stay sebentar (cuma untuk minjam peralatan sekre, lalu pulang). Tak lama, Ida dan Auliya (temen angkatanku) datang.
            Sebelum Fafal, Mbak Pipit, Ida, Auliya datang, aku sempat ngobrol sama Fafa tentang satu hal yang ku risaukan. Butuh keberanian untuk mengajukan pertanyaan dan pengakuan seperti ini:
            “Fa, setelah diklat, temen angkatanmu memang bubar sendiri-sendiri ta? Soalnya angkatanku sendiri kayak gitu.” curhatku padanya.
            “Hm, iyo ancen. Emang problem tiap tahun seperti itu. Apalagi sehabis pameran, buyar dewe-dewe.” katanya.
            Tak lama kemudian, aku bilang gini: “Fa... Kamu tau gak, kenapa aku bertanya seperti itu?”
            Dipancing seperti itu, Fafa penasaran. “Opo’o emang?”
            Duh, bilang gak ya, batinku dalam hati. Tapi nanggung banget. Akhirnya aku katakan: “Soalnya... Soalnya ada anak di angkatanku yang ku suka..”
            Langsung Fafa ngakak dan Mas Wawan ngejek aku, wkwk. Fafa bilang, “Sopo? Sopo? Adik kelas SMA-ku ta?”
            Aku mikir, siapa anak angkatanku yang adik kelasnya Fafa. Lalu aku merespon cepat: “Bukan itu, Fa!”
            Fafa belum menyerah, dia mulai menebak lagi. Dia menunjukkan foto dua cowok angkatanku di LINE-nya. “Pasti ini, ya, kan?”
            Aku memicing, lalu menggeleng. “Bukaaaan. Duh, tapi jangan diurutin satu-satu dong, nakalan, lama-lama bisa ketahuan juga nanti.”
            Kami ngakak dan aku gak tahan sendiri jadinya. Rasanya pingin ngakak, malu dan blushing sendiri kayak orang tolol. Uncontrolled gestur tubuh selalu terjadi di saat-saat seperti ini. Jadi, daripada salah paham, aku ngeloyor pergi dan bersandar diluar, sembari bilang, “Pokoknya aku gak mau komentar. Sebelum ada statement resmi dariku, berarti semua itu salah.” (yaelah, sok seleb banget sih wkwk)
            Eh, namanya juga Fafa, meskipun dia pendengar yang baik dan responsif, tapi dia juga bukan penyimpan rahasia yang baik, jadinya dia lapor-lapor saat Mas Adi, Ida dan Auliya datang kalau aku suka temen seangkatanku. Heboh lagi deh sekre, mereka mulai menebak-nebak juga. Well, aku sih gak masalah Fafa lapor ke siapa aja, toh dia gak tau 100% siapa yang ku maksud, hehe.
            Lalu, Fafa mulai menyangkutpautkan dengan capture-an chat-ku di Instagram yang ku upload. Mereka mulai menggojloki-ku tentang “kebinalan” ku, menyukai cowok yang bibirnya seksi dan kiss-able, haha. Fafa bilang gini, “Eh Nen, aku tahu siapa yang kamu suka.” ucapnya dengan nada misterius.
            “Siapa? Jangan sok tahu.” (sembari deg-degan kalau bener gimana huaha)
            “Itu.. Yang biasanya men-desainkan pameranmu. Bibirnya kan agak gimana gitu.”
Aku ngakak. Ya Tuhan, bisa-bisanya dia mengingat bentuk bibir LAKI-LAKI LAIN. Are you normal, Fa? batinku. Tapi memang bukan itu yang ku maksud (alhamdulillah, tebakan Fafa meleset terus). “He, bukan Fa. Bukan itu dasarrr.”
Bener-bener obrolan gak penting ya, hahaha. Tapi aku senang bisa ngakak-ngakak sama orang-orang dudul ini (terutama Fafa sendiri, yang selera humornya bagus, good listener, peduli, antusias, heboh dan responsif, membuatku betah berlama-lama dengannya). Aku merasa sangat nyaman berada didekat mereka, dan gak sungkan buat nunjukin siapa diriku sebenarnya. Tanpa merasa gengsi atau sungkan, seperti pada teman-teman di jurusanku sendiri bahkan. Dengan anak APS, aku bisa jadi diriku sendiri. Aku tak pernah menutup-nutupi. Aku gak pernah gengsi atau jaga jarak. Aku bisa langsung membuka obrolan atau bercanda spontan dengan siapapun, tak pernah dipikir lama-lama seperti pada teman jurusanku. Aku nyaman dengan mereka. Aku betah ngobrol, bercanda, nongkrong berlama-lama dengan mereka. Itulah sebabnya, aku suka banget ke sekre, sekedar main-main, ngumpul atau bahkan nginep/tidur disana. Aku merasa diterima, aku merasa seolah telah mengenal mereka dalam waktu yang lama dan aku bakal mempertahankan mereka selamanya.
Something worth to fighting for.
Aku merasakan kebahagiaan menyusup perlahan saat berada bersama anak-anak APS, gak peduli mereka teman angkatanku maupun angkatan atas/senior-senior. Aku lebih merasa menjadi anak UKM/anak sekre, dibanding anak kuliahan. Aku lebih suka berkutat lama-lama di sekre, se-gabut apapun itu, dibanding di FISIP/departemen. Seneng banget bisa menjadi bagian dari keluarga besar APS. Gak nyesel meskipun telat diterima jadi anggota hehe :)
Oke, kembali ke pesta UKM. Keren banget band-band-nya, tariannya, yang lebih keren adalah saat ketua Forkom tahun lalu nyusun buku, isinya tentang kisah-kisah 36 UKM itu. Achievement yang luar biasa, gak pernah terpikir olehku jika sampai dibukukan. 
 
Late dinner :)
Jam 9 malam, Auliya yang baru dari KOPMA (Koperasi Mahasiswa) bilang kalau udah boleh ambil makanan dibawah. Tapi, gak ada anak-anak APS yang mau ku ajak turun, karena mereka udah terlanjur beli nasi goreng. Alhasil, aku turun sendiri, lalu antri di depan stand soto ayam. Aku tengah memotret suasana dengan kamera hape, saat seseorang menyapaku dari belakang.
“Nen!” ucapnya, setengah berteriak. Ada nada antusias, riang dan heboh didalam suaranya. Aku lantas menoleh dan menemukan....WYDAN!
Aku heboh sendiri, dan membalas jabatan tangannya. Ya ampun, gak nyangka ketemu Wydan di saat-saat seperti ini, haha.Tak terduga, sumpah. Ryzky Aprilia pasti heboh kalau tahu ini terjadi, wkwk. Btw, Wydan itu temenku yang ku kenal dari Diklatsar 37 WANALA, tahun 2014 silam. Dari FH 2014.
Penampilan Wydan belum berubah. Dan dia masih sangat ramah, mau menyapaku di saat anak wanala lain gengsi menyapaku, atau bahkan lupa aku pernah berada bersama mereka.
            Aku tiba-tiba nyerocos, “Eh, aku sekarang udah di APS, lho.” (maksudnya, secara implisit bilang kalau aku sudah punya UKM sendiri, walaupun bukan Wanala, dan aku sudah berhasil move on dari Wanala).
            “Oh ya?” sahutnya, masih dengan nada yang riang. “APS itu apa?”
            “APS lho.. UKM Fotografi.”
            “Oalah.”
            “He, gimana rek, gak pernah ngajak jalan-jalan bareng.” (maksudnya jalan-jalan di alam bebas, dan sama anak-anak Diklatsar 37, bukan berdua saja wkwk)
            “Iya. Jangankan kamu, kita yang didalam (anggota Wanala sendiri) pun jarang diajak.” balasnya, dengan nada yang heboh. Ku tangkap, ada sedikit kekecewaan dibalik kalimatnya barusan.
            “Ha, sumpah?” sahutku. “Udah jarang kumpul-kumpul ya, selepas diklat?”
            “Iya, jarang banget, apalagi selepas Dikjut (diklat lanjutan) kemarin.”
            “Wah, eman (sayang).”
            Obrolan kami terputus, karena antrian didepan stand soto sudah berkurang, dan tinggal aku yang berada didepan. Padahal, aku masih mau banget ngobrol lama-lama sama Wydan. Dia merespon-ku dengan sangat baik, terlihat antusias, heboh dan peduli, suatu hal yang cukup LANGKA ditemukan pada orang yang sudah lama tak berjumpa (kebanyakan orang mah gengsi, tapi dia gak). Aku masih perlu mengorek-orek kisah soal anak-anak Diklatsar 37, karena meski kami sudah tak bersama, mereka tetap BERARTI  di hidupku. They are my savior. Mereka yang susah-payah berjuang untuk masuk Wanala, mau ikutan susah demi aku. Tapi, meskipun kisahku berakhir menjadi pecundang (dengan out dari Wanala), anak-anak Diklatsar 37 masih tetap berharga dalam hatiku.... Apalagi Wydan, yang sering banget “menyeretku” saat aku kelelahan lari pas binjas dulu. Bener-bener orang yang talk less do more banget, dan aku masih ingat sosoknya yang jadi ketua paling bertanggung jawab dan peduli ke anggota-anggota lain waktu kelas dulu. Keren.
            Akhirnya, karena situasi tidak memungkinkan, aku bilang “Duluan ya.”
            “Oh ya, Nen.” ucapnya dengan ramah.
            Aku pergi, naik ke sekre APS dengan tersenyum, masih mengingat itu dengan baik, menyimpannya dengan rapi di memoriku.
***
Aku kembali ke sekre dan menemukan Mas Adi, Ida, Auliya, Fauzi dan Fafa membahas soal kunjungan ke pameran fotografi UNEJ kemarin. Ya ampun, mereka mbahas soal copet di bus antar kota -_-
Eh, tapi seru juga yang dibahas wkwk. Dan seperti biasa, kalau ngumpul sama mereka, selalu ada saja hal lucu yang bisa ditertawakan. Kami membahas apapun, dari yang gokil sampai yang serius.
Jam 21:50, aku dan anak APS (Fafa, Mas Adi, Fauzi, Ida, Auliya dan Mas Wawan) turun ke bawah, sekalian langsung pulang, jadi sekre digembok lagi. Mereka turun untuk ambil makanan (ya tuhan, jadi nasi goreng barusan gak kerasa ya di perut-perut badak mereka-_-), sekalian mau nonton D’Kadoor. Hampir di penghujung acara soalnya. 
 
Antri makan :D
Tak lama, diatas jam 10 malam, D’Kadoor yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul. Aku dan Fafa maju ke depan, dekat dengan stage, sementara anak APS lain masih sibuk makan. Agak norak juga ya, maju ke depan kayak gini. Padahal nge-fans juga gak -_-
 
D'Kadoor
 
Yang nonton sekampung :v
Hm, setelah D’Kadoor muncul, aku mulai menerka-nerka KENAPA anak-anak muda suka dengan orang satu ini. Oke, dia artis Instagram. Kalau boleh jujur, aku tak menemukan suatu hal yang benar-benar lucu dari dia. Tidak ada konsep yang jelas dari bercandaan D’Kadoor, kecuali fakta bahwa D’Kadoor sering sekali genit ke cowok, berpura-pura dandan ala Waria, atau menasehati anak-anak muda dengan hal-hal yang “bermoral” (dengan tanda kutip). Seperti, menasehati cewek supaya gak tampil berlebihan atau jadi bitchy-bitchy gitu, atau menasehati cowok supaya gak jadi playboy.
Jam 22:40, aku pamit ke Fafa buat balik ke rumah, dan ditengah jalan kehujanan. Deras pula. Tapi... Keseluruhan hari ini memang luar biasa. Aku pulang dengan rasa bahagia, disamping kedinginan karena keguyur hujan -_-

0 komentar:

Posting Komentar

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template