“Tak ada cinta muncul
mendadak,
karena dia anak
kebudayaan, bukan batu dari langit.”
Bumi
Manusia – Pramoedya Ananta Toer
Bahkan apa yang kau katakan mengenai cinta pada
pandangan pertama yang begitu palsu, basi dan mengada-ada, sebenarnya nyata.
“Tidak, tidak ada yang seperti itu.” ucapmu sambil membuang muka. Hanya kau lah
yang menutup diri dari rintik asmara yang jatuh menggerimis pada permukaan hati
yang selalu kau selimuti dengan tameng baja. Memproteksi diri agar cinta yang
kau bilang lemah, tidak hadir tiba-tiba dan mengacaukan segalanya.
“Cinta hanya ada karena
kebiasaan.” begitu ujarmu selalu. Kau hanya percaya pada kebersamaan yang
menumbuhkan benih-benih suka. Tidak pada selarik pandang, kurang dari delapan
detik, yang kau bilang terlalu dangkal dan gila. Kau bilang, jika pandang pertama,
cinta datang begitu rendah karena memandang aspek fisik saja. Dan, cinta yang
muncul karena penampilan fisik tidak bisa dipertahankan untuk selamanya.
“Karena
manusia tidak selalu muda. Dan aku mencari cinta yang rela menerima apabila
kerut-kerut dan uban menghiasi kulit dan kepala.”
Sekarang,
aku mulai paham dengan apa yang kau bicarakan.
Biarlah
kau dengan cinta yang terbiasa, bukan yang muncul tiba-tiba, karena itulah yang
kau damba. Aku tak berhak memaksa.
Credit picture: Google Image
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)