Selasa, 01 Maret 2016

#BukuBulanIni (Februari 2016)



Bulan ini, Februari 2016, masih sama dengan bulan lalu. Bacaanku masih didominasi oleh buku-buku fiksi seperti novel. Bahan bacaan yang sama untuk menunjang dan memperluas wawasanku akan sastra. Meski sebenarnya cukup was-was untuk menanti semester berikutnya yang bisa jadi “lebih seram” dimana aku butuh memperkaya wawasanku dengan literatur ilmiah, tapi setidaknya untuk bulan ini aku masih bisa bersantai dengan bacaan fiksi di tangan. Dan target akan tulisanku harus tetap berjalan.

Oke, jadi inilah deretan buku-buku yang telah ku baca bulan ini, Februari 2016. Happy reading, fellas!


1.      Hujan dan Pelangi

Penulis: Idawati Zhang, Mikayla Fernanda, Ch. Marcia
Penerbit: Plot Point
Tahun terbit: 2013

Sabrina adalah sosok paling populer dan paling berpengaruh di sekolahnya, SMA Pelita Nusa. Sebagai sosok ketua dari Pensa Dance, wakil ketua OSIS dan anggota aktif klub basket, hampir tidak ada murid di SMA Pelita Nusa yang tidak mengenal dirinya. Sabrina juga populer karena latar belakang keluarganya yang sangat berkecukupan dan memacari sosok ketua OSIS dan bintang basket di sekolahnya, Aldo, selama dua tahun terakhir. Selain itu, Sabrina juga terkenal karena sosoknya yang bossy, selalu ingin menjadi pusat perhatian, ME-oriented, selalu ingin menang dan tidak peduli akan perasaan orang lain yang bisa saja sakit hati karena ulahnya.
      Sementara itu, Camm, atau Cammelia adalah murid baru, yang pindah dari SMA Bhinneka Bangsa pada pertengahan tahun ajaran. Sosoknya ditampilkan secara misterius, cuek dan sarkastik, memiliki kemampuan bagus dalam hal memainkan kata-kata dan mental lawan bicaranya. Alasan Camm pindah ke SMA Pelita Nusa adalah karena ibunya, Lydia Fransiska, yang seorang instruktur koreografi tari terkenal, meninggal karena sakit. Dan ia harus pindah ke SMA Pelita Nusa atas dasar permintaan kerabatnya.
      Dengan terus terang, Camm menyatakan keinginannya pada Sabrina untuk mengikuti kegiatan dan klub-klub yang Sabrina ikuti, dengan alasan kegiatan dan klub itu pastilah keren dan bergengsi (karena ada Sabrina, sang Queen Bee terpopuler didalamnya). Sabrina, yang terkejut karena keterus-terangan dan statusnya sebagai anak dari koreografer tari terkenal, langsung menyetujuinya untuk bergabung dalam klub tari. Tanpa Sabrina sadari, dibalik permintaan itu, Camm menyimpan rencana tersendiri untuk Sabrina.
      Well, novel ini dikerjakan oleh tiga orang sekaligus dibawah tangan seorang penulis dan editor terkenal, Clara Ng. Aku suka bagaimana novel ini menggambarkan konflik, apalagi saat novel ini berusaha bicara blak-blakan mengenai seks sebelum menikah dan kehamilan diluar pernikahan, meski pada ujungnya novel ini menyebarkan pesan moral tersembunyi bahwa seks pranikah is really bad thing to do. Beberapa kata bahkan pantas untuk dibuat quote, namun sayangnya, novel ini mengambil tema tipikal dan klise: lagi-lagi berputar di cewek populer yang masuk ekskul populer: dance, basket dan OSIS. Secara implisit menegaskan bahwa diluar ekskul itu tidaklah terlalu keren dan populer. Apalagi saat Sabrina memacari Aldo yang ketua OSIS,  sementara Sabrina sendiri adalah wakil OSIS, apa sebegitu kebetulannya? Apa memang harus yang populer berpacaran dengan yang populer? Klise. Begitu tipikal literatur sastra chicklit SMA. Mungkin penulisnya punya alasan tersendiri mengapa mengambil konsep seperti ini, tapi aku sendiri lebih menyukai apabila kita mengeksplor hal lain, seperti misal, menonjolkan ekskul Saman, Paskib, Pramuka atau Pecinta Alam, instead of OSIS, Basket, Band, Cheerleader atau Dance? Atau menonjolkan kisah cinta dari dua orang yang berbeda “kasta” ?
      Dan, dari awal sudah bisa ditebak siapa Camm dan apa niat tersembunyinya terhadap Sabrina. Memang sedikit tricky sih, untuk memberikan kejutan akan status dari sebuah tokoh di kisah fiksi, kebanyakan akan berakhir dan ditebak dengan mudah, bahkan sebelum sampai ke konflik utamanya. Tapi, penggambaran Sabrina sebagai “cewek pelangi” yang hidupnya selalu indah dan berpihak kepadanya dan Camm sebagai “cewek hujan” yang hidupnya ironis, sengsara dan menyedihkan, sudah cukup tepat, karena relasi simbol dan pemaknaan kata Pelangi/Hujan dan apa persepsi orang mengenai hal tersebut, memiliki arti yang sudah dipahami oleh banyak orang.

Skor: 7/10
Baca gih bagi kamu-kamu yang suka literatur fiksi SMA, tapi kalau aku sendiri, ini bukan seleraku.

2.      Bachelorette #1

Penulis: Jennifer O’Connell
Penerjemah: Farah Rachmat
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2009

Sarah Divine Holmes, penulis artikel majalah Femme yang sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak balita, ditugaskan untuk menyusup menjadi peserta The Stag, acara yang pesertanya adalah wanita muda, lajang dan berpenampilan sangat menarik. Sarah ditugaskan oleh Suzanne, atasannya, untuk membongkar “kebusukan” acara tersebut, karena dianggap telah membuat harga diri perempuan jatuh demi mengejar seorang laki-laki. Panggilan The Hen bagi 24 perempuan yang terpilih untuk mendapatkan cinta seorang laki-laki, juga tak kalah menurunkan derajat wanita. Maka, berangkatlah Sarah untuk menuliskan artikel tentang The Stag dari sudut pandang dirinya sebagai satu dari 24 Hen, yang satu demi satu berguguran dalam waktu lima minggu karantina. Sarah terpaksa harus meninggalkan Jack, suaminya dan Katie, anak perempuannya, demi menjalani lima minggu karantina sebagai peserta The Stag.
Mulanya, pandangan Sarah pada acara The Stag sama dengan banyak orang: perempuan yang ikut acara itu pastilah sudah putus asa dan kurang percaya diri untuk mendapatkan cinta, perempuan cantik dengan pikiran yang dangkal dan murahan, perempuan yang diam-diam menusuk, membicarakan di belakang hingga menyabotase peserta lain demi keuntungannya sendiri agar diperhatikan oleh laki-laki. Laki-laki yang menjadi Stag pun ia anggap sebagai laki-laki brengsek yang oportunis dan suka mempermainkan wanita. Laki-laki yang dengan kekayaan dan status sosialnya, bisa dengan mudah mendapatkan wanita manapun yang ia inginkan, dan membuang wanita manapun yang ia kehendaki. Lengkap sudah alasan Sarah untuk membongkar “kebiadaban” acara televisi The Stag.
Tetapi, setelah mengenal satu persatu peserta yang menjadi Hen dalam acara The Stag, pandangan Sarah pun perlahan berubah. Perempuan-perempuan itu sebenarnya adalah perempuan baik, yang memiliki alasan-alasan tersendiri untuk mengikuti acara The Stag. Alasannya beragam, mulai dari dikhianati kekasihnya, didorong oleh ibunya, mempecundangi mantan kekasih yang telah menyia-nyiakan dirinya, mencari cinta terakhir, hingga murni ambisi pribadi untuk menikahi pria yang kaya dan memiliki status sosial yang tinggi. Memang ada satu peserta yang sesuai dengan stereotype Hen, yakni Holly Simpson, yang masuk dalam kategori “Mean Girl”, yang akan melakukan apapun demi mendapatkan si Stag sebagai kekasih dan bakal suaminya nanti. Siapa sangka, Sarah Divine Holmes yang semula antipati pada The Hen dan si Stag, kini berbalik bersimpati pada mereka (kecuali Holly dan produser acara, Arnie dan Sloane, yang menampilkan The Hen menjadi wanita buruk, murahan dan menyedihkan). Sarah pun berusaha keras untuk tidak jatuh cinta pada Chris, si Stag, dan mempertahankan ikatan pernikahannya yang sempat goyah sedikit karena acara tersebut. Bagaimana nasib Sarah selanjutnya? Akankah ia rela jatuh hati demi Chris dan meninggalkan keluarganya? Akankah ia terpilih hingga akhir? Atau gugur dalam malam seremoni lilin, yang berarti gagal mendapatkan artikel untuk majalah Femme?
Novel ini seperti tipikal novel pop-culture Amerika, tapi berbeda dengan novel “Love for Sale” kemarin, novel Bachelorette #1 ini jauh lebih segar! Gaya penulisan yang asyik, dari sudut pandang Sarah sebagai orang pertama, menceritakan dirinya dan acara The Stag dengan apa adanya. Dialog-dialog yang segar. Diksi-diksi yang terkadang sedikit bereksperimen, namun sangat menarik. Monolog yang cukup introspektif dan berusaha jujur pada seluruh personalitas dan kondisi emosional Sarah. Sangat pop-culture, “So-American”, kosmopolitan dan modern. Aku bisa bertahan berjam-jam membaca novel yang memiliki 328 halaman ini.

Skor? 9/10
Mau baca lagi suatu saat, hehe.

3.      Kerling Si Janda

Penulis: Taufiqurrahman al-Azizy
Penerbit: Diva Press
Tahun terbit: 2013

Kematian Kasiyem, istrinya, saat tengah melahirkan anak kedua, membuat langit Hardiman, seorang supir Angkudes (angkutan desa), runtuh. Setelah perlakuannya yang buruk pada istrinya selama ini, kematian Kas membuatnya menyesal dan merasa sangat bersalah. Terbayang kebiasaannya mabuk-mabukan, mengasari Kas, mengabaikan Pras –anaknya, hingga berselingkuh dengan Munah, seorang janda cantik idaman setiap laki-laki. Hardiman merasa begitu hancur dan bertekad kuat pada dirinya untuk melakukan dua hal: membesarkan kedua anaknya (Pras dan Imran) dan tidak lagi menerima wanita baru lagi di kehidupannya. Imran, anak yang baru dilahirkan itu kini dirawat bertiga, oleh Hardiman sendiri, oleh Mbok Pah, seorang wanita tua dan suaminya, serta Ginah, sebagai ibu susu bagi Imran yang masih bayi.
Hardiman akhirnya menikmati perannya sebagai orang tua tunggal bagi Pras dan Imran. Meski berat, senyum dan tawa Pras dan Imran mampu membuat hatinya kembali bahagia. Tidak ada lagi yang ingin Hardiman lakukan, kecuali membahagiakan kedua anaknya. Hardiman juga sempat mempertimbangkan saran Pak Haji untuk menjadi petani dan menggarap lahan, meninggalkan pekerjaannya sebagai sopir angkudes, karena mimpi berkesan yang mendatanginya suatu malam.
Dalam perjalanannya “kembali ke jalan yang benar”, ada saja gangguan yang menghalangi Hardiman. Mulai dari godaan dari teman sesama supir angkudes yang mengajak Hardiman untuk kembali ke dunia yang gelap, bisik-bisik mengenai hubungannya dengan Munah, Munah yang ingin kembali menjalin hubungan dengannya, hingga rencana jahat pada Hardiman dari Muniri, sesama supir angkudes yang dulu adalah ‘sahabatnya’. Apakah Hardiman sanggup menghadapi masalah demi masalah yang mendatanginya? Dan apakah Hardiman mampu memenuhi janji dan ikrarnya untuk tidak lagi menerima wanita baru di kehidupannya, pasca kematian Kas?
Novel jenis ini sudah seringkali ku baca. Tipikal novel yang menceritakan tentang kegetiran dan kesulitan hidup orang-orang “cilik”, dilema dalam menghadapi masalah, sedikit banyak berbau religi, namun tetap berakhiran happy ending. Kisah biasa mengenai kehidupan orang kecil. Meski punya kecenderungan yang bisa ditebak, namun aku tetap menikmati novel ini. Plot kisah “ayah sebagai orang tua tunggal” cukup baru, mendobrak (karena orang tua tunggal selama ini kita pahami diperankan oleh ibu) mampu membuatku tertarik. Ditambah momen-momen emosional di bab awal kematian Kas dan kesedihan Hardiman, mampu mengoyak-oyak kesedihanku. Meski gaya penceritaannya cenderung biasa saja, namun bisa ku terima.

Skor : 7/10
Not so impressing, tapi lumayan untuk mengisi waktu senggang.

4.      Situs Masalah (Terjemahan dari judul The Worry Website)

Penulis: Jacqueline Wilson
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2007 (di Indonesia, di negara aslinya 2002)

Mr. Speed, seorang guru sekolah dasar yang eksentrik, kesulitan mencari cara untuk mendengarkan masalah dan keluhan anak didiknya, semenjak metode “lingkaran curhat” tak terlalu efektif (karena beberapa anak merasa malu dan sungkan menceritakan seluruh masalahnya didepan murid-murid lain). Maka, Mr. Speed menemukan metode baru untuk membuat anak didiknya bercerita: membuatkan website khusus untuk curhat! Tiap anak boleh mengutarakan masalahnya, lalu anak-anak lain akan mengomentari masalah itu dengan sudut pandangnya masing-masing.
Dimulai dari Holly yang akan memiliki ibu tiri baru (semenjak ibu kandungnya pergi karena depresi dan telah memiliki kekasih sendiri, sementara selama bertahun-tahun, ayah Holly merawat kedua anak perempuannya seorang diri). Namun, Holly tak begitu senang dengan kehadiran calon ibu tirinya, apalagi calon ibu tirinya adalah perempuan baik-baik, plus statusnya sebagai guru pre-school bagi adik perempuannya. Holly justru menginginkan ibu tiri yang jahat, supaya ia bisa leluasa membenci ibu tiri barunya tersebut dengan alasan yang jelas.  
Lalu, Greg, anak laki-laki yang bercerita kalau ia sedang menyukai gadis di kelasnya. Semua orang menduga bahwa Greg menyukai Samantha, gadis berambut pirang yang tercantik di kelasnya, namun Greg menyukai seseorang yang lain. Seseorang yang tidak mengingatkannya dengan adik perempuannya yang usil, pengganggu dan manja. Seseorang yang cerdas dan punya ciri khas. Siapakah orang itu? Dan apakah Greg berhasil mendapatkan gadis itu?
Begitulah intinya. Tujuh orang anak-anak itu memiliki masalahnya sendiri-sendiri. Ada William yang merasa minder dan kurang percaya diri karena dia menganggap dirinya tak bisa apa-apa, ada Samantha yang terus menerus merindukan ayah kandungnya yang pergi dan berkhianat dari istrinya, ada Claire yang sering bermimpi buruk dan dilanda ketakutan, ada Lisa yang memiliki masalah dengan kekerasan yang terjadi pada ibu dari ayahnya yang tidak bertanggung jawab, namun memilih untuk tidak bercerita secara gamblang, dan ada Natasha, seorang gadis yang lumpuh, tak bisa berbicara, yang merasa tidak ada seorangpun yang mau menerima kondisinya apa adanya, kecuali beberapa orang tertentu. Dan, Mr. Speed sendiri yang periang, namun dibaliknya adalah seorang suami yang gagal mempertahankan pernikahannya.
Novel ini ditujukan untuk anak-anak, namun aku menemui beberapa kata-kata yang terdengar kasar dan mengandung violence,  dan juga topik-topik yang anak-anak tidak terlalu paham seperti kekerasan dalam rumah tangga, kisah cinta atau perselingkuhan (meskipun itu digambarkan dalam bahasa anak-anak). Well, bagiku sendiri, novel ini tidak ditujukan spesifik bagi anak-anak Indonesia, karena beberapa kata tak pantas dan topik yang tidak relevan untuk dibaca anak-anak. Mungkin saja di Amerika, novel seperti ini memang dikhususkan untuk anak-anak, tapi tidak untuk anak Indonesia (dengan kebudayaan dan gaya hidup yang berbeda). Namun secara pribadi, aku menyukai ini dan gaya bertutur serta humornya yang segar, khas Amerika.

Skor: 8/10
Not recommended for children, jadi orang tua harus mendampingi ya, kalau membolehkan anaknya (dibawah 10 tahun) untuk membaca.

5.      Romansick

Penulis: Emilya Kusnaidi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2015

Audrey ‘Dre’ Kahono, adalah seorang editor di majalah fashion ternama, yang memiliki gaya hidup high class dan hedonis. Dre memiliki sifat yang tempramental, blak-blakan, frontal, namun memiliki masalah pengendalian diri (terlihat dari begitu mudahnya ia getting drunk setiap kali ada masalah yang menimpa), alih-alih menyelesaikan masalahnya, Dre justru menyelesaikannya dengan mabuk-mabukan.
Dre memiliki rekan kerja yang sangat baik, dan dua orang sahabat cowok semenjak SMA yang selalu berada di sisinya. Kelihatannya sempurna: karir sukses, mapan secara finansial, rekan kerja yang baik, sobat yang menerima apa adanya, ya kan? Tapi, ternyata, Dre tidak selalu sebahagia itu, nyatanya, ia kian tersuruk kala mengetahui bahwa Eren, sobatnya sendiri yang telah ditaksirnya sejak SMA, akan melamar kekasihnya yang tinggal di New York.
Dre tersuruk kian dalam, hingga ia kalut dan salah menarik orang yang ia kira Tara, sobatnya yang lain. Cowok itu, Austin, adalah cowok ganteng, mapan namun sangat moody dan manipulatif. Meski mati-matian mengaku, namun dalam hatinya, Dre sangat terpikat oleh Austin. Di kala Dre kian hancur melihat Eren yang akan melamar Ayuna, sebuah ide dilontarkan oleh Austin: mengajak berlibur sebentar ke Pulau Bintan bersamanya. Dre merasa sangat senang mendapati dirinya terlepas dari beban tentang Eren dan pekerjaan yang terasa mencekiknya, apalagi ia mendapati perasaannya terhadap Austin kian menguat. Namun, siapa sangka, di kala ia semakin yakin bahwa Austin benar-benar menyukainya, ia harus mendapati bahwa Austin hanya memanfaatkan kehadirannya saja untuk suatu hal. Hatinya yang telah hancur oleh Eren, menjadi kian hancur oleh perlakuan Austin terhadapnya. Apakah setelah peristiwa itu Dre akan melupakan Austin? Atau justru membuangnya jauh-jauh dari kehidupannya? Atau malah memaafkannya dan menerimanya kembali?
      Novel ini termasuk genre baru di Indonesia. Menyorot sisi lain dari kehidupan masyarakat high class. Memang cukup baru sih, karena kita jarang tahu bagaimana kehidupan masyarakat high class, dan sangat jarang yang menuliskannya menjadi sebuah novel. Meski novel ini tetap membiarkan stereotype itu dilanggengkan (seperti stereotype bahwa orang kaya itu egois, tak peduli pada orang lain, hanya memikirkan diri sendiri), namun setidaknya, tema utama yang disorot bukanlah kehidupan high class-nya, namun kisah asmaranya. Kisah asmaranya sendiri cukup tipikal, mulai dari jatuh cinta pada sahabat, namun ujung-ujungnya berakhir bersama dengan orang asing yang mulanya kita benci (spoiler).
Meskipun begitu, target audience novel ini bukan untuk semua orang, target audience novel ini lebih spesifik, yakni untuk mereka yang juga termasuk dalam golongan masyarakat high class, pecinta mode dan fashion, pelaku/pekerja di majalah dan sejenisnya. Hingga, diksi-diksi dan vocabulary yang digunakan pun menyesuaikan dengan kehidupan mereka, seperti memakai dialog yang seringkali menyelipkan bahasa inggris, gaya hidup serta kebiasaan mereka. But, overall, apa sih yang tidak untuk sebuah karya sastra?

Skor: 7/10
Benar-benar kisah Roman yang Sick (sesuai judulnya dan melihat begitu hancur dan hebohnya kehidupan asmara Dre, tokoh utamanya, haha)

0 komentar:

Posting Komentar

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template