Puncak Bayangan memang magis. Dalam kurun waktu tujuh bulan aku
sudah kembali di tempat yang sama, setelah pendakian di Gunung Penanggungan dan camp di Puncak Bayangan, Mei 2015 lalu. Kali ini aku datang
dengan tim yang berbeda, dengan agenda yang berbeda pula. Bukan lagi sekedar
pendakian dan camp biasa, tapi juga konservasi. Penanaman bibit pohon di areal Puncak
Bayangan. Kegiatan Konservasi Gunung Penanggungan (KGP) 2.Sounds great, huh?
Selalu ada keinginan untuk kembali
Jadi,
kenapa bisa aku terdampar kembali di Puncak Bayangan, 19-20 Desember 2015
kemarin, akan ku ceritakan semua disini. Aku kembali menceburkan diriku untuk
mendaki karena kangen akan suasana gunung. Maka, setelah menjelajah grup-grup
di Facebook, aku terpikat dengan ajakan pendakian dan konservasi dari komunitas
Indonesian Eagle. Aku memutuskan untuk ikut.
PRA PENDAKIAN
Setelah
dua kali ikut gathering dan dapat
sedikit informasi soal agendanya itu sendiri, aku sangat yakin untuk ikut. Misi
yang cukup mulia, karena kami tidak hanya naik dan bersenang-senang, kami
memiliki tanggung jawab untuk melestarikan alam lewat acara ini. Persiapan dari
komunitas Indonesian Eagle sendiri sudah baik dan sangat terencana, mereka
tidak hanya menanam sendiri, mereka mengundang individu dan komunitas lain yang
berminat. Indonesian Eagle juga menggandeng sponsor untuk membantu agenda
mereka, menggandeng pihak-pihak pengelola hutan dan areal Penanggungan pula. Lengkap.
Dan kesungguhan itu ternyata menarik minat banyak orang dan komunitas untuk
ikut. Dengar-dengar, total manusia yang ikut dalam misi ini adalah 300-an
orang. Angka yang fantastis.
Syarat
untuk kami yang ingin ikut cukup sederhana. Kami hanya diharuskan membayar uang
sebesar Rp. 80.000 dan mendapat imbal balik berupa kaos konservasi, pin,
piagam, snack (dari pihak sponsor
GarudaFood), selembar undian untuk doorprize, pembelian bibit dan ongkos masuk/perizinan Gn. Penanggungan. Worth it. Dibalik itu, ada syarat-syarat
lain yang harus kami patuhi dan memfokuskan diri pada agenda konservasi,
seperti yang sudah pernah ku jelaskan di artikel sebelumnya (baca di SINI)
Aku
sendiri tidak ada persiapan khusus untuk naik. Nekat. Tidak lari atau olahraga
juga. Meski aku tahu, itu akan membuatku berada pada situasi tolol dan
menyusahkan nanti.
PENDAKIAN
Sabtu, 19 Desember 2015, 05:21
Aku
sudah ada di tempatku janjian bersama Mbak Fitri, di pom bensin Sidoyoso. Kami
merencanakan berangkat bersama ke Penanggungan, naik motor. Dia berboncengan
dengan temannya, anak IE juga, Mbak Kinan, dan aku sendirian. Kami janjian jam
05:30.
Setelah
nunggu hampir satu jam (lama sekali, huhu, sampai gerimis pula), Mbak Fitri dan
Mbak Kinan datang, lalu kami bergegas untuk memacu motor segera ke
Penanggungan. Agak kewalahan ketika kami berada di area Sidoarjo (via jalan
tembusan di sekitar Bunderan Waru), karena dia ngebut (atau ini karena motorku
yang belum diservis ya? jadinya lambat dan kewalahan nyusul mereka yang
kecepatannya diatas 60-70km/jam). Beberapa kali saat lampu merah aku sampai request: “Jangan terlalu kencang dong,
Mbak.” (sambil pasang wajah melas)
Pagi, Mojokerto!
Kami
ambil jalur ke Penanggungan lewat Pacet, cukup ajaib kami bisa nyampai
Surabaya-Pos Tamiajeng, Penanggungan (Mojokerto) dalam waktu dua jam saja.
Apalagi menghadapi jalanan naik yang cukup curam (meski aspalnya sangat bagus
dan mulus), sepeda motorku sampai menggeram-geram mesinnya :( Kasihan :( Untunglah, siksaan itu tidak bertahan lama.
Mengurus bibit tanaman
Konsumsi peserta! Yay!
Serah terima bibit tanaman
Foto-foto (anjir, ngapain aku narsis
disitu??? sama pihak sponsor? padahal bukan hak-ku. WTF?? usir hayati bang!
usir!)
Sama community partner
Ketika
aku sampai, aku menemukan wajah-wajah familiar anak Indonesian Eagle yang sudah
stand by. Langsung absen, lalu
dikasih kaus, pin dan sebungkus Gery Crackers isi 24 biji. Piagamnya nyusul
seusai penanaman. Hari masih sangat pagi, tak banyak yang bisa dilakukan. Sempat
sibuk sama bibit tanaman yang datang, menyiapkan perlengkapan buat komunitas
yang ikut agenda konservasi dan kedatangan tamu dari pihak sponsor untuk
menanam di ladang sebelahnya pos perizinan serta penyerahan bibit secara
simbolis dan berfoto-foto ria (untuk formalitas saja). Aku sendiri tak bisa
membantu banyak karena bukan bagian dari panitia yang berwenang. Seusai
sarapan, godain kucing sampai dicakar, bengong-bengong bego, ngobrol ama
siapapun biar gak bosan, hingga ketiduran setengah jam. Barulah, penantian
panjang itu berujung manis: kami akan mendaki jam 12 nanti.
Pos perizinan pendakian
Mencatatkan nama-nama yang mau naik
Inilah tim kamiii
Kami
disini adalah tim kecil dari anak-anak IE: aku, Mbak Berliana, Mbak Wahyu, Mas
Peppy dan Mas Fahmi. Lima orang saja, memutuskan untuk naik siang ini. Aku
sendiri senang, karena belum pernah naik pas hari lagi terang-terangnya. Dua
kali pendakian selalu naik dalam keadaan gelap dan hanya mengandalkan senter
untuk meraba-raba jalanan.
Jam
12:20 kami mulai berjalan dari pos awal. Masih sempet bercanda, biasa, tau
sendiri track-nya masih “mulus” dan
belum menanjak, jadi cengengesan mulu. Oh ya, kami diserahin bawa 2 kantong
bibit (berisi 10 bibit), tapi aku ambil satu lagi jadi total 15 bibit yang kami
bawa. Gak berat sih, tapi membawanya agak ribet.
Pos 2!
Wajah-wajah sumringah
Kami
sampai di pos 2 dalam kurun waktu 40 menit. Normalnya sih 30 menit-an, tapi
masih wajar lah ya. Disana, kami duduk-duduk sebentar, 15 menit saja kemudian
kami jalan lagi. Mulai dari pos 2, tantangannya cukup terasa. Jalan dikit,
napas udah gak karuan. Mati. Salah siapa gak olahraga sebelum naik??? Nekat!
Untungnya, timku berisi orang-orang baik yang mau memaklumi kondisiku yang
payah, dan tidak melemparku ke jurang di kiri jalan hehe.
Eh malah ngakak, haha
20
menit kemudian, kami sampai di pos 3. Cepat nian. Wow. Ini pos yang paling
sepoi-sepoi dan nyaman, kata Mas Peppy, haha. Disini, kami berhenti agak lama, ngobrol-ngobrol,
makan agar-agar buatan Mbak Wahyu (sumpah enak mbak, btw, bikin lagi dong ahaha
*plakk*) dan nyantai.
Pos 3
Saking nyamannya, Mas Peppy sampai tiduran
Tapi,
keberuntungan tidak bertahan lama. Dalam perjalanan menuju pos 4, kami dilanda
hujan! Mulanya hanya rintik-rintik, tapi lama-kelamaan begitu deras hingga kami
berteduh di pinggir jalur pendakian, duduk-duduk di tanah berlumpur yang mulai
basah dengan mengenakan jas hujan. Hujan pertamaku dalam sejarah pendakianku
selama ini. 20 menit kami bertahan di posisi seperti itu hingga akhirnya Mas
Fahmi nggak tahan, dia bilang gak usah nunggu hujan reda, karena bisa
berjam-jam akan seperti ini terus. “Yuk jalan!” katanya.
Ow-ow.
Berjalan di tengah hujan dalam pendakian ternyata cukup tricky dan menyusahkan. Tanpa hujan saja aku harus deal dengan napas dan betisku yang
kelelahan, ditambah hujan? Aku harus menyesuaikan langkah kaki agar tak
terpeleset atau terbelit jas hujan poncho-ku
yang melambai-lambai. Belum lagi jalanan yang menjadi lebih licin serta tanah
pijakan yang jadi gembur dan mudah jatuh. Butuh waktu satu jam lebih untuk
mencapai pos 4 dari pos 3. Dan dari pos 4, disinilah pendakian sebenarnya dimulai.
Timku
berpisah di pos 4. Mas Fahmi, Mbak Berliana dan Mbak Wahyu jalan duluan,
sementara aku jalan sama Mas Peppy. Orang satu ini luar biasa sabar dan dengan
senang hati apabila aku memintanya break
di tengah-tengah jalan. Kami juga sempat bercerita tentang banyak hal, dan aku
bertanya beberapa hal soal pendakian, saat kami duduk di pinggir jalur dan
memandang kabut yang bergerak tipis, dibawah rinai hujan yang tak
berhenti-berhenti.
Nih, orang yang menemaniku naik dengan
kesabaran dan ketangguhan yang luar biasa. Makasih ya mas, hehe
Tim
kami bergabung menjadi utuh ketika berhenti di jalur menuju Puncak Bayangan.
Mas Fahmi, Mbak Ber dan Mbak Wahyu lagi duduk-duduk, nungguin aliran deras air
yang meluap berhenti. Terlalu riskan untuk meneruskan berjalan, karena
bisa-bisa terpeleset atau terseret arus yang mengalir deras di jalur. Maka dari
itu, kami berlima duduk-duduk sembari memandangi hutan yang lebat dengan kabut
yang menyelimuti, nun jauh dibawah sana.
“Kayak
film-film di National Geographic ya, Mbak?” ucapku pada Mbak Ber.
“Iya,
bagus banget.” jawabnya
Setelah
jalur kembali normal, tim kami kembali berpisah. Mereka bertiga ke atas dahulu,
baru aku dan Mas Peppy nyusul. Mereka lebih gesit, jadi gak masalah. Mungkin
juga udah capek saling tunggu-menunggu, hehe.
Nyampai Puncak Bayangan
Dengan
sisa-sisa tenaga yang tersisa, napas yang berantakan dan betis yang sakit,
pukul 17:20 aku dan Mas Peppy berhasil mencapai Puncak Bayangan. Total
perjalanan...5 jam! Wih wih, molor banget, mungkin karena hujan badai tadi.
Normalnya sih 3-4 jam. Tapi, asal selamat, gak masalah kan?
Sesaat
setelah sampai pos, aku memutuskan untuk langsung ganti baju yang sudah sangat
basah didalam tenda. Sayangnya (dan tololnya), kedua celanaku (training hitam yang dilapisi training abu-abu) aku pakai secara
bersamaan (dirangkap) dan keduanya otomatis basah kena hujan. Geblek. Jadi,
akhirnya aku habiskan malam yang super duper dingin dan berangin dengan celana
hitam (yang lebih kering dan lebih bersih dari lumpur). Terpaksa. Kok
bisa-bisanya aku jadi tolol begitu.
Beruntungnya,
diatas ada sinyal (dan selalu ada sinyal sih bagi pengguna Indosat sepertiku)
dan kami (aku, Mb Ber, Mb Wahyu) dapat dua piring kiriman mie goreng dari
anak-anak Indonesian Eagle yang lain. Hangat, gurih dan enak. Disantap dengan
memandang kerlap-kerlip lampu kota di kejauhan dari dalam tenda. Ugh, so sweet.
Setelahnya,
jam 9 malam aku tertidur. Hari esok akan datang segera.
PAGI HARINYA....
Tidurku
tidak terlalu nyaman. Dengan kakiku yang menjulur hingga keluar tenda (karena
gak cukup panjang untuk menampung kakiku yang ingin selonjoran), jadinya
sepanjang malam kakiku membeku. Menggigil. Gak pakai kaos kaki pula. Dan
celanaku belum kering-kering banget.
Selamat pagi, Puncak Bayangan~
Arjuno Welirang di pagi hari
Selamat pagi, Indonesia!
Aku
bangun jam 5 pagi, keluar langsung foto-foto wkwk. Dibawah jam 7 pagi memang
masih acara bebas, jadi terserah pesertanya mau ngapain. Sarapan? Jangan tanya,
aku cuma bawa roti, dua butir apel dan beberapa butir bengkoang, serta Gery
Crackers yang dikasih panitia, dan sama sekali belum tersentuh.
Makan pagi = nyemil snack, ahaha
Jam
7 pagi, peserta mulai dikumpulkan, pertama adalah sambutan-sambutan dari pihak yang bekerjasama dengan acara KGP 2, lalu kita
langsung angkut-angkut bibit ke tempat yang sudah di sediakan, tak jauh dari
lokasi penanaman.
Ngumpul dulu sebelum agenda penanaman
dimulai
Nama-nama community partner yang dipasang
untuk mengapresiasi mereka
Bibit cemara siap tanam
Area penanaman kita
Saat
penanaman, aku gabung sama tim dari Semen Indonesia (emang sudah diatur
begitu), dan aku cuma bawa sekop kecil, lalu menanam dua bibit saja, hehe.
Abisnya, peserta yang lain cepat-cepat, tiba-tiba acir bambunya udah ada bibit
cemaranya. Dan yang belum ditanam, di areal Semen Indonesia, cuman beberapa.
Jadilah, aku mengerjakan dua bibit sisanya yang terlewat, bersama Mbak Ovi dari
komunitas Vegan Hiking, komunitas luar biasa yang menganut gaya hidup vegan.
Suasana disekitar area penanaman
Peserta yang sibuk menanam
Di fotoin Mbak Ovi
Gaya dikit boleh dong ya
Tak
sampai dua jam, penanaman usai dilaksanakan. Mungkin cuma makan waktu satu jam
lebih dikit, mengingat pesertanya banyak sekali (dengan tenaga sebanyak itu,
1000 bibit bukan masalah besar). Setelah penanaman, ada pengundian doorprize
dengan hadiah tas-tas dari Eiger, entah tas selempang atau daypack. Gak
berharap sih, dengan peserta 300-an orang dan hadiah kurang dari 10, rasanya
agak mustahil
Cie yang menang
Foto-foto dulu dong ah
Setelahnya
agenda penanaman dan undian doorprize usai, satu persatu komunitas yang ikut
KGP 2 mulai turun gunung. Areal camp
Puncak Bayangan mulai sepi. Aku masih sibuk foto-foto, sementara yang lain juga
sama. Ada juga yang sibuk masak, dll. Pokoknya, timku, Indonesian Eagle, yang
punya gawe, pulang belakangan.
Sekalian ngecek bibitnya, apa udah tertanam dengan benar, juga bersih-bersih
area camp.
Mulai mendung dan berkabut...mau hujan nih
Masih ingat ama APS? Iyalah, mereka
segalanya bagiku
Jam
1 siang, setelah beres-beres, kami berdoa sebelum pulang, sedikit me-review
kegiatan hari ini, katanya jangan puas dulu dengan apa yang telah dicapai.
Setelahnya, meneriakkan yel-yel Indonesian Eagle, lalu pulang dibawah
rinai-rinai hujan yang membasahi tubuh ini.
Beberapa
puluh meter pertama, kami tidak lewat jalur, tetapi lewat jalanan samping
jalur. Sempat terpesona dengan kehadiran hewan langka didepan mata kami: burung
Elang! Pertama kalinya aku melihat burung sebesar itu terbang dengan bebas di
udara, seolah semua yang ada dibawah adalah wilayah kekuasaannya. Elang itu
terlihat begitu tenang, damai dan berwibawa. Sayang sekali, karena agak jauh
dan gerimis, jadi gak ku potret :(
Turun gunung!
Dua
jam setengah kami sampai di pos awal, dengan langkah kaki yang compang-camping
karena lelah. Jangan tanya, pastinya aku dan yang lain sering terpeleset,
akibat medan dan jalur yang licin. Pakaian juga agak basah karena hujan, meski
sudah pakai poncho. Sempat ketemu ama
member KOMPAAS di jalan menuju pos 1, tapi aku memilih gak nyapa karena gak tau
namanya, buahaha. Sesampainya di pos 1, aku langsung ganti pakaian dan menunggu
kepulangan menuju Surabaya. Lelah sangat hayati L Untunglah, pas pulang jam 19:00 aku ditebengi Mas Ian (tapi
pakai motorku), jadi sepanjang perjalanan aku cuma nyanyi-nyanyi dan lihat
kanan-kiri, ahaha asyiknya
*catatan pendakian naik
*catatan pendakian naik
PASCA PENDAKIAN
Tidak
ada yang istimewa, selain karena waktu naik adalah saat Minggu tenang (kalau
gak salah), jadi tidak ada cerita bolos kuliah karena kecapekan. Oh ya, ini
adalah berita yang diturunkan oleh Koran Jawa Pos atas kegiatan Konservasi
Gunung Penanggungan (KGP) 2 yang telah kami laksanakan dengan baik. So proud!
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)