Rabu, 03 Februari 2016

Pendakian Ketiga, Puncak Bayangan, (Konservasi Gunung Penanggungan 2), Desember 2015


Puncak Bayangan memang magis. Dalam kurun waktu tujuh bulan aku sudah kembali di tempat yang sama, setelah pendakian di Gunung Penanggungan dan camp di Puncak Bayangan, Mei 2015 lalu. Kali ini aku datang dengan tim yang berbeda, dengan agenda yang berbeda pula. Bukan lagi sekedar pendakian dan camp biasa, tapi juga konservasi. Penanaman bibit pohon di areal Puncak Bayangan. Kegiatan Konservasi Gunung Penanggungan (KGP) 2.Sounds great, huh?
Selalu ada keinginan untuk kembali

            Jadi, kenapa bisa aku terdampar kembali di Puncak Bayangan, 19-20 Desember 2015 kemarin, akan ku ceritakan semua disini. Aku kembali menceburkan diriku untuk mendaki karena kangen akan suasana gunung. Maka, setelah menjelajah grup-grup di Facebook, aku terpikat dengan ajakan pendakian dan konservasi dari komunitas Indonesian Eagle. Aku memutuskan untuk ikut.


PRA PENDAKIAN
            Setelah dua kali ikut gathering dan dapat sedikit informasi soal agendanya itu sendiri, aku sangat yakin untuk ikut. Misi yang cukup mulia, karena kami tidak hanya naik dan bersenang-senang, kami memiliki tanggung jawab untuk melestarikan alam lewat acara ini. Persiapan dari komunitas Indonesian Eagle sendiri sudah baik dan sangat terencana, mereka tidak hanya menanam sendiri, mereka mengundang individu dan komunitas lain yang berminat. Indonesian Eagle juga menggandeng sponsor untuk membantu agenda mereka, menggandeng pihak-pihak pengelola hutan dan areal Penanggungan pula. Lengkap. Dan kesungguhan itu ternyata menarik minat banyak orang dan komunitas untuk ikut. Dengar-dengar, total manusia yang ikut dalam misi ini adalah 300-an orang. Angka yang fantastis.
            Syarat untuk kami yang ingin ikut cukup sederhana. Kami hanya diharuskan membayar uang sebesar Rp. 80.000 dan mendapat imbal balik berupa kaos konservasi, pin, piagam, snack (dari pihak sponsor GarudaFood), selembar undian untuk doorprize, pembelian bibit dan ongkos masuk/perizinan Gn. Penanggungan. Worth it. Dibalik itu, ada syarat-syarat lain yang harus kami patuhi dan memfokuskan diri pada agenda konservasi, seperti yang sudah pernah ku jelaskan di artikel sebelumnya (baca di SINI)
            Aku sendiri tidak ada persiapan khusus untuk naik. Nekat. Tidak lari atau olahraga juga. Meski aku tahu, itu akan membuatku berada pada situasi tolol dan menyusahkan nanti.

PENDAKIAN
            Sabtu, 19 Desember 2015, 05:21
            Aku sudah ada di tempatku janjian bersama Mbak Fitri, di pom bensin Sidoyoso. Kami merencanakan berangkat bersama ke Penanggungan, naik motor. Dia berboncengan dengan temannya, anak IE juga, Mbak Kinan, dan aku sendirian. Kami janjian jam 05:30.
            Setelah nunggu hampir satu jam (lama sekali, huhu, sampai gerimis pula), Mbak Fitri dan Mbak Kinan datang, lalu kami bergegas untuk memacu motor segera ke Penanggungan. Agak kewalahan ketika kami berada di area Sidoarjo (via jalan tembusan di sekitar Bunderan Waru), karena dia ngebut (atau ini karena motorku yang belum diservis ya? jadinya lambat dan kewalahan nyusul mereka yang kecepatannya diatas 60-70km/jam). Beberapa kali saat lampu merah aku sampai request: “Jangan terlalu kencang dong, Mbak.” (sambil pasang wajah melas)
Pagi, Mojokerto!

            Kami ambil jalur ke Penanggungan lewat Pacet, cukup ajaib kami bisa nyampai Surabaya-Pos Tamiajeng, Penanggungan (Mojokerto) dalam waktu dua jam saja. Apalagi menghadapi jalanan naik yang cukup curam (meski aspalnya sangat bagus dan mulus), sepeda motorku sampai menggeram-geram mesinnya :( Kasihan :( Untunglah, siksaan itu tidak bertahan lama.
Mengurus bibit tanaman
Konsumsi peserta! Yay! 
Serah terima bibit tanaman 
Foto-foto (anjir, ngapain aku narsis disitu??? sama pihak sponsor? padahal bukan hak-ku. WTF?? usir hayati bang! usir!)
Sama community partner

            Ketika aku sampai, aku menemukan wajah-wajah familiar anak Indonesian Eagle yang sudah stand by. Langsung absen, lalu dikasih kaus, pin dan sebungkus Gery Crackers isi 24 biji. Piagamnya nyusul seusai penanaman. Hari masih sangat pagi, tak banyak yang bisa dilakukan. Sempat sibuk sama bibit tanaman yang datang, menyiapkan perlengkapan buat komunitas yang ikut agenda konservasi dan kedatangan tamu dari pihak sponsor untuk menanam di ladang sebelahnya pos perizinan serta penyerahan bibit secara simbolis dan berfoto-foto ria (untuk formalitas saja). Aku sendiri tak bisa membantu banyak karena bukan bagian dari panitia yang berwenang. Seusai sarapan, godain kucing sampai dicakar, bengong-bengong bego, ngobrol ama siapapun biar gak bosan, hingga ketiduran setengah jam. Barulah, penantian panjang itu berujung manis: kami akan mendaki jam 12 nanti.
Pos perizinan pendakian
Mencatatkan nama-nama yang mau naik
Inilah tim kamiii

            Kami disini adalah tim kecil dari anak-anak IE: aku, Mbak Berliana, Mbak Wahyu, Mas Peppy dan Mas Fahmi. Lima orang saja, memutuskan untuk naik siang ini. Aku sendiri senang, karena belum pernah naik pas hari lagi terang-terangnya. Dua kali pendakian selalu naik dalam keadaan gelap dan hanya mengandalkan senter untuk meraba-raba jalanan.
            Jam 12:20 kami mulai berjalan dari pos awal. Masih sempet bercanda, biasa, tau sendiri track-nya masih “mulus” dan belum menanjak, jadi cengengesan mulu. Oh ya, kami diserahin bawa 2 kantong bibit (berisi 10 bibit), tapi aku ambil satu lagi jadi total 15 bibit yang kami bawa. Gak berat sih, tapi membawanya agak ribet.
Pos 2!
Wajah-wajah sumringah

            Kami sampai di pos 2 dalam kurun waktu 40 menit. Normalnya sih 30 menit-an, tapi masih wajar lah ya. Disana, kami duduk-duduk sebentar, 15 menit saja kemudian kami jalan lagi. Mulai dari pos 2, tantangannya cukup terasa. Jalan dikit, napas udah gak karuan. Mati. Salah siapa gak olahraga sebelum naik??? Nekat! Untungnya, timku berisi orang-orang baik yang mau memaklumi kondisiku yang payah, dan tidak melemparku ke jurang di kiri jalan hehe.
Eh malah ngakak, haha

            20 menit kemudian, kami sampai di pos 3. Cepat nian. Wow. Ini pos yang paling sepoi-sepoi dan nyaman, kata Mas Peppy, haha. Disini, kami berhenti agak lama, ngobrol-ngobrol, makan agar-agar buatan Mbak Wahyu (sumpah enak mbak, btw, bikin lagi dong ahaha *plakk*) dan nyantai.
 
Pos 3
 
Saking nyamannya, Mas Peppy sampai tiduran

            Tapi, keberuntungan tidak bertahan lama. Dalam perjalanan menuju pos 4, kami dilanda hujan! Mulanya hanya rintik-rintik, tapi lama-kelamaan begitu deras hingga kami berteduh di pinggir jalur pendakian, duduk-duduk di tanah berlumpur yang mulai basah dengan mengenakan jas hujan. Hujan pertamaku dalam sejarah pendakianku selama ini. 20 menit kami bertahan di posisi seperti itu hingga akhirnya Mas Fahmi nggak tahan, dia bilang gak usah nunggu hujan reda, karena bisa berjam-jam akan seperti ini terus. “Yuk jalan!” katanya.
            Ow-ow. Berjalan di tengah hujan dalam pendakian ternyata cukup tricky dan menyusahkan. Tanpa hujan saja aku harus deal dengan napas dan betisku yang kelelahan, ditambah hujan? Aku harus menyesuaikan langkah kaki agar tak terpeleset atau terbelit jas hujan poncho-ku yang melambai-lambai. Belum lagi jalanan yang menjadi lebih licin serta tanah pijakan yang jadi gembur dan mudah jatuh. Butuh waktu satu jam lebih untuk mencapai pos 4 dari pos 3. Dan dari pos 4, disinilah pendakian sebenarnya dimulai.
            Timku berpisah di pos 4. Mas Fahmi, Mbak Berliana dan Mbak Wahyu jalan duluan, sementara aku jalan sama Mas Peppy. Orang satu ini luar biasa sabar dan dengan senang hati apabila aku memintanya break di tengah-tengah jalan. Kami juga sempat bercerita tentang banyak hal, dan aku bertanya beberapa hal soal pendakian, saat kami duduk di pinggir jalur dan memandang kabut yang bergerak tipis, dibawah rinai hujan yang tak berhenti-berhenti.
Nih, orang yang menemaniku naik dengan kesabaran dan ketangguhan yang luar biasa. Makasih ya mas, hehe

            Tim kami bergabung menjadi utuh ketika berhenti di jalur menuju Puncak Bayangan. Mas Fahmi, Mbak Ber dan Mbak Wahyu lagi duduk-duduk, nungguin aliran deras air yang meluap berhenti. Terlalu riskan untuk meneruskan berjalan, karena bisa-bisa terpeleset atau terseret arus yang mengalir deras di jalur. Maka dari itu, kami berlima duduk-duduk sembari memandangi hutan yang lebat dengan kabut yang menyelimuti, nun jauh dibawah sana.
            “Kayak film-film di National Geographic ya, Mbak?” ucapku pada Mbak Ber.
            “Iya, bagus banget.” jawabnya
            Setelah jalur kembali normal, tim kami kembali berpisah. Mereka bertiga ke atas dahulu, baru aku dan Mas Peppy nyusul. Mereka lebih gesit, jadi gak masalah. Mungkin juga udah capek saling tunggu-menunggu, hehe.
Nyampai Puncak Bayangan

            Dengan sisa-sisa tenaga yang tersisa, napas yang berantakan dan betis yang sakit, pukul 17:20 aku dan Mas Peppy berhasil mencapai Puncak Bayangan. Total perjalanan...5 jam! Wih wih, molor banget, mungkin karena hujan badai tadi. Normalnya sih 3-4 jam. Tapi, asal selamat, gak masalah kan?
            Sesaat setelah sampai pos, aku memutuskan untuk langsung ganti baju yang sudah sangat basah didalam tenda. Sayangnya (dan tololnya), kedua celanaku (training hitam yang dilapisi training abu-abu) aku pakai secara bersamaan (dirangkap) dan keduanya otomatis basah kena hujan. Geblek. Jadi, akhirnya aku habiskan malam yang super duper dingin dan berangin dengan celana hitam (yang lebih kering dan lebih bersih dari lumpur). Terpaksa. Kok bisa-bisanya aku jadi tolol begitu.
            Beruntungnya, diatas ada sinyal (dan selalu ada sinyal sih bagi pengguna Indosat sepertiku) dan kami (aku, Mb Ber, Mb Wahyu) dapat dua piring kiriman mie goreng dari anak-anak Indonesian Eagle yang lain. Hangat, gurih dan enak. Disantap dengan memandang kerlap-kerlip lampu kota di kejauhan dari dalam tenda. Ugh, so sweet.
            Setelahnya, jam 9 malam aku tertidur. Hari esok akan datang segera.

PAGI HARINYA....
            Tidurku tidak terlalu nyaman. Dengan kakiku yang menjulur hingga keluar tenda (karena gak cukup panjang untuk menampung kakiku yang ingin selonjoran), jadinya sepanjang malam kakiku membeku. Menggigil. Gak pakai kaos kaki pula. Dan celanaku belum kering-kering banget.


Selamat pagi, Puncak Bayangan~

Arjuno Welirang di pagi hari

Selamat pagi, Indonesia!

            Aku bangun jam 5 pagi, keluar langsung foto-foto wkwk. Dibawah jam 7 pagi memang masih acara bebas, jadi terserah pesertanya mau ngapain. Sarapan? Jangan tanya, aku cuma bawa roti, dua butir apel dan beberapa butir bengkoang, serta Gery Crackers yang dikasih panitia, dan sama sekali belum tersentuh.
Makan pagi = nyemil snack, ahaha

            Jam 7 pagi, peserta mulai dikumpulkan, pertama adalah sambutan-sambutan dari pihak yang bekerjasama dengan acara KGP 2, lalu kita langsung angkut-angkut bibit ke tempat yang sudah di sediakan, tak jauh dari lokasi penanaman.


Ngumpul dulu sebelum agenda penanaman dimulai
Nama-nama community partner yang dipasang untuk mengapresiasi mereka 
Bibit cemara siap tanam


Area penanaman kita

            Saat penanaman, aku gabung sama tim dari Semen Indonesia (emang sudah diatur begitu), dan aku cuma bawa sekop kecil, lalu menanam dua bibit saja, hehe. Abisnya, peserta yang lain cepat-cepat, tiba-tiba acir bambunya udah ada bibit cemaranya. Dan yang belum ditanam, di areal Semen Indonesia, cuman beberapa. Jadilah, aku mengerjakan dua bibit sisanya yang terlewat, bersama Mbak Ovi dari komunitas Vegan Hiking, komunitas luar biasa yang menganut gaya hidup vegan.
Suasana disekitar area penanaman

Peserta yang sibuk menanam
Di fotoin Mbak Ovi
Gaya dikit boleh dong ya

            Tak sampai dua jam, penanaman usai dilaksanakan. Mungkin cuma makan waktu satu jam lebih dikit, mengingat pesertanya banyak sekali (dengan tenaga sebanyak itu, 1000 bibit bukan masalah besar). Setelah penanaman, ada pengundian doorprize dengan hadiah tas-tas dari Eiger, entah tas selempang atau daypack. Gak berharap sih, dengan peserta 300-an orang dan hadiah kurang dari 10, rasanya agak mustahil
Cie yang menang

Foto-foto dulu dong ah

            Setelahnya agenda penanaman dan undian doorprize usai, satu persatu komunitas yang ikut KGP 2 mulai turun gunung. Areal camp Puncak Bayangan mulai sepi. Aku masih sibuk foto-foto, sementara yang lain juga sama. Ada juga yang sibuk masak, dll. Pokoknya, timku, Indonesian Eagle, yang punya gawe, pulang belakangan. Sekalian ngecek bibitnya, apa udah tertanam dengan benar, juga bersih-bersih area camp.
Mulai mendung dan berkabut...mau hujan nih
Masih ingat ama APS? Iyalah, mereka segalanya bagiku

            Jam 1 siang, setelah beres-beres, kami berdoa sebelum pulang, sedikit me-review kegiatan hari ini, katanya jangan puas dulu dengan apa yang telah dicapai. Setelahnya, meneriakkan yel-yel Indonesian Eagle, lalu pulang dibawah rinai-rinai hujan yang membasahi tubuh ini.
            Beberapa puluh meter pertama, kami tidak lewat jalur, tetapi lewat jalanan samping jalur. Sempat terpesona dengan kehadiran hewan langka didepan mata kami: burung Elang! Pertama kalinya aku melihat burung sebesar itu terbang dengan bebas di udara, seolah semua yang ada dibawah adalah wilayah kekuasaannya. Elang itu terlihat begitu tenang, damai dan berwibawa. Sayang sekali, karena agak jauh dan gerimis, jadi gak ku potret :(

Turun gunung!

            Dua jam setengah kami sampai di pos awal, dengan langkah kaki yang compang-camping karena lelah. Jangan tanya, pastinya aku dan yang lain sering terpeleset, akibat medan dan jalur yang licin. Pakaian juga agak basah karena hujan, meski sudah pakai poncho. Sempat ketemu ama member KOMPAAS di jalan menuju pos 1, tapi aku memilih gak nyapa karena gak tau namanya, buahaha. Sesampainya di pos 1, aku langsung ganti pakaian dan menunggu kepulangan menuju Surabaya. Lelah sangat hayati L Untunglah, pas pulang jam 19:00 aku ditebengi Mas Ian (tapi pakai motorku), jadi sepanjang perjalanan aku cuma nyanyi-nyanyi dan lihat kanan-kiri, ahaha asyiknya

*catatan pendakian naik


PASCA PENDAKIAN

            Tidak ada yang istimewa, selain karena waktu naik adalah saat Minggu tenang (kalau gak salah), jadi tidak ada cerita bolos kuliah karena kecapekan. Oh ya, ini adalah berita yang diturunkan oleh Koran Jawa Pos atas kegiatan Konservasi Gunung Penanggungan (KGP) 2 yang telah kami laksanakan dengan baik. So proud!

0 komentar:

Posting Komentar

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template