Setidaknya, baru ada dua orang dalam hidupku yang
mengatakan kepadaku secara langsung, “Untuk apa naik gunung?” “Kenapa harus
mendaki atau main jauh-jauh?” dan sejenisnya. Gestur tubuh dan raut muka mereka
menunjukkan ketidaksukaan. Bahkan, hampir terang-terangan melarang. Bagiku,
pertanyaan itu sama sekali tidak masuk akal, mengingat pendakian adalah suatu
aktivitas yang normal, tidak menyangkut kriminalitas dan tidak dilarang oleh
hukum. Tapi, lagi-lagi, pertanyaan tolol seperti itu masih terujar dari mulut
banyak orang.
Menghujat keindahan seperti ini? Yang
benar saja
Bisa
dibilang, pertanyaan seperti tadi bisa membuatku tersinggung berat. Bagaimana
tidak? Aku mencintai pendakian, sama seperti aku mencintai setiap jengkal
hidupku. Aku mencintai alam, aku mencintai petualangan, bahkan kecenderungan
itu sudah muncul ketika aku masih kecil. Aku suka berjalan-jalan, berkeliling
tanpa tujuan. Aku suka berada di taman. Aku sering kesasar ke suatu tempat yang
asing, tapi aku menikmatinya tanpa merasa gelisah. Aku suka berada di
tempat-tempat baru. Bahkan, aku sudah mendaki ketika usiaku masih 12 tahun. Ini
pilihanku. Ini caraku untuk lebih menghargai kehidupan yang Tuhan berikan
kepadaku. Ini jalan hidupku. Dan terlebih, ini tidak ada urusannya dengan
hidupmu. Kecintaanku pada alam sama seperti kecintaanmu pada hidupmu, pada keluargamu,
dan segala bentuk cinta yang ada tidak boleh dimusnahkan atau dilarang.
Aku
ingin tahu apa yang ada dipikiran orang-orang itu sebenarnya. Sepertinya kata
pendakian masih melekat dibenak mereka sebagai sesuatu yang negatif. Dari mana
dasar pemikirannya? Apa ada frame of
reference yang menggiring pada konklusi bahwa itu kegiatan yang “tidak
seharusnya dilakukan” ? Apa karena mereka masih konservatif dan kolot? Apa
jangan-jangan...hanya karena aku perempuan? Betapa seksis dan terbelakangnya
jika begitu! Atau sederhananya...karena itu “berbahaya”?
Here is the deal why I loved hiking and
another kinds of outdoor activity and why you should stop bother my life and my choice:
1.
Pendakian
membawamu pada tempat-tempat indah, yang tak akan pernah kau jumpai jika kau
hanya menghabiskan waktu di tempat yang itu-itu saja. Setiap hari aku berada di
kota besar seperti Surabaya. Penuh kebisingan, polusi dan rasa gerah akan
cuacanya. Hidup di tengah-tengah makhluk individualis yang seringnya bertikai
satu sama lain. Lelah rasanya. Aku butuh tempat untuk memulihkan diriku dari
semua kegilaan itu. Maka, apa yang salah jika aku memutuskan untuk ‘melarikan
diri’ ke tempat yang lebih tinggi, untuk sekedar menikmati ketenangan alam?
2.
Pendakian
adalah jalan hidup yang ku pilih untuk menikmati dan menghargai kehidupan yang
Tuhan berikan. Sama seperti kau mengabdikan dirimu pada hal yang kau suka.
Membuat detik demi detik dalam hidupmu lebih berharga.
3.
Pendakian
tidak ada urusannya dengan gender. Semua orang bisa melakukannya tanpa ada
diskriminasi pada gender tertentu. Enough
saying, jika kau berpikiran terbuka dan tidak picik, kau akan memahami ini
dengan mudah.
4.
Pendakian
adalah cara dirimu mengeksplorasi diri sendiri. Kau akan terkejut bahwa ada
sifat-sifat tertentu dalam dirimu yang baru muncul jika kau sudah merasa lelah
dan putus asa di tempat yang berada jauh dari zona nyaman seperti di alam
bebas. Sebaliknya, kau juga akan merasa bangga bila mendapati kau mampu
menaklukan dirimu sendiri, karena sejatinya, esensi dari kegiatan alam adalah
untuk mengenal dirimu sendiri lebih baik dari sebelumnya.
5.
Pendakian
mengajarkanmu cara untuk berbagi dan menolong tanpa pamrih, tanpa memandang
siapa kau atau apa status sosialmu. Kemanusiaan adalah yang paling utama, dan
ego adalah hal yang harus jauh-jauh disingkirkan. Tidak ada perbedaan, semua
menyatu dan berbaur layaknya keluarga. Di alam, semua orang memiliki status
sama: manusia.
6.
Pendakian
adalah caraku untuk mencintai alam yang telah Tuhan ciptakan dengan sedemikian
sempurna. Tidak ada yang lebih indah dibanding menikmati alam secara langsung
ketimbang dari wallpaper,
gambar-gambar di internet atau kalender. Apa yang bisa dinikmati dari tampilan
2 dimensi seperti itu? Ayolah!
7.
Pendakian
mengajarkanku untuk menahan ego dan sifat individualis, serta belajar bersabar,
tidak seenaknya dan menahan diri, karena tidak ada puncak yang bisa didaki
tanpa berlelah-lelah terlebih dahulu.
8.
Pendakian
membuat fisik, jiwa dan mentalmu lebih kuat, sensitif, pantang menyerah dan
peka. Kuat? Berjalan membawa tas yang sangat berat, melewati jalanan terjal dan
curam akan membuatmu kuat dan pantang menyerah. Keindahan alam akan menyentuh
jiwamu dan membuatmu lebih peka dan sensitif. Melihat teman satu tim-mu berada
dalam kesulitan atau seseorang dalam bahaya akan membuatmu lebih sadar bahwa
ada hal yang lebih diutamakan ketimbang keinginan dan ego pribadi kita.
Tapi, mungkin alam tidak diciptakan untuk semua
orang.
Tidak untuk orang-orang picik, berpikiran sempit,
tak peduli atau serakah.
Jelas tidak.
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)