Kamis, 15 Oktober 2015

Kenyataan Sesungguhnya Menjadi Anak PerLap BSK 2015

BSK (Baur Sedalu Komunikasi) 2015 yang melelahkan tapi fun akhirnya berakhir juga. Agak gak rela sih semua kebersamaan itu harus selesai L Di sisi lain seneng juga semua rasa lelah-ajur-pegel-ambruk tak terasa lagi.
Begitu banyak cerita, begitu banyak makna....
Oke, semua sudah tahu kalau aku tergabung dalam tim Perlengkapan dan Lapangan (PerLap) BSK 2015. Timku di komandoi Mas Dicky dan punya anak buah yang super tangguh dan perkasa : aku, Imoy, Choli, Taqi, Firman, Obel, Faya, Firhad (merangkap sie transportasi), Ebik, Filda, Andre, Fitria dan Ami Hamidah. Jobdesc kami lumayan berat dan menguras tenaga (dalam arti sesungguhnya), yakni mencari barang yang dibutuhkan sie lain, memastikan barang itu ada sebelum, saat dan sesudah BSK, meminjam barang (untuk menghemat anggaran), menyewa dan membeli barang juga. Mengembalikan barang. Survey ground, sewa dan urusan lapangan juga kami atasi. Segala hal tentang perlengkapan dan barang, kami handle.

Tapi ada satu hal yang baru ku sadari.


            Konteks “lapangan” bagi sebagian besar anak diartikan sebagai “ngurusi segala hal yang ada di lapangan/ground”. Maka “beruntunglah” kami, anak-anak sie lain minta bantuin pasang ini itu, mulai dari aksesori dekor, banner, tali temali, hingga ngurusi pasak tenda yang lepas dan tenda yang hampir rubuh! We’re not whinning, actually, kami melakukannya dengan fun dan hepi (dan dengan tenaga yang ada), tapi sedikit terkejut juga ternyata banyak sekali urusan ground yang menuntut kami untuk stay awake dan siap dimintai bantuan 24/7.
            Banyak sekali cerita yang membekas diingatan kami. Mulai dari gupuh before BSK (karena barang-barangnya banyak yg belum didapatkan, harga sewa/beli yang mahal, pemberitahuan mendadak untuk nyari barang, barang yg sulit dicari, dll), saat BSK (datang 2 hari lebih awal, masang ini itu, memastikan barang yg dipinjam kembali, panik saat tenda diterpa angin, pasak tenda lepas, tracking jalur jelajah HIMA, bantuin masang aksesori dekor, banner, layar, dapur, memastikan ground tetap bersih, trashbag dan buang sampah 24/7) dan pasca BSK (mengembalikan barang anak-anak dan maba 2015, yang hingga kini masih ada barang yg nebeng di rumah Mas Dicky)

            Khusus poin sampah, aku sendiri yang merasakan sekali betapa melelahkan dan “sakit” nya itu. Sampah begitu cepat numpuk, tapi yang tanggap untuk mengganti trashbag dan membuang ke lubang sungguh sedikit. Bahkan, ada yang dengan cueknya membuang dan membiarkan sampah itu berserakan di jalanan, dan baru dipungut bila ada perintah. Aku sama sekali gak pernah tahan dengan sampah (apalagi aku dibesarkan di kultur MAPALA yang sangat disiplin masalah sampah) dan melihat semua itu dibiarkan begitu saja.....begitu menyayat hatiku.

            Begitu banyak orang berpikir bahwa tanggung jawab ground hanya terletak di pundak anak PerLap, padahal menjaga ground tetap bersih adalah milik semua orang. Come on! PerLap bukan Sie super yang bisa mengatasi sendiri masalah itu. 100 panitia, 100 maba dan puluhan senior, alumni, dosen, yang mengatasi masalah kebersihan ground hanya anak PerLap? Tim kami pun hanya berjumlah 14 orang.

            Masalah sampah hanya satu-satunya keluhanku di BSK.

            Semoga menjadi evaluasi, kawan Komunikasi dan siapapun diluar sana J

With Love,
Kimberly (bukan nama sesungguhnya)

Anggota tim PerLap BSK 2015

0 komentar:

Posting Komentar

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template