BSK (Baur Sedalu Komunikasi) 2015 yang
melelahkan tapi fun akhirnya berakhir
juga. Agak gak rela sih semua kebersamaan itu harus selesai L Di sisi lain seneng juga semua rasa
lelah-ajur-pegel-ambruk tak terasa lagi.
Begitu banyak cerita, begitu banyak
makna....
Oke, semua sudah tahu kalau aku
tergabung dalam tim Perlengkapan dan Lapangan (PerLap) BSK 2015. Timku di
komandoi Mas Dicky dan punya anak buah yang super tangguh dan perkasa : aku, Imoy, Choli, Taqi, Firman, Obel,
Faya, Firhad (merangkap sie transportasi), Ebik, Filda, Andre, Fitria dan Ami
Hamidah. Jobdesc kami lumayan berat
dan menguras tenaga (dalam arti sesungguhnya), yakni mencari barang yang
dibutuhkan sie lain, memastikan barang itu ada sebelum, saat dan sesudah BSK,
meminjam barang (untuk menghemat anggaran), menyewa dan membeli barang juga. Mengembalikan
barang. Survey ground, sewa dan
urusan lapangan juga kami atasi. Segala hal tentang perlengkapan dan barang,
kami handle.
Tapi ada satu hal yang baru ku sadari.
Konteks
“lapangan” bagi sebagian besar anak diartikan sebagai “ngurusi segala hal yang
ada di lapangan/ground”. Maka “beruntunglah” kami, anak-anak sie lain
minta bantuin pasang ini itu, mulai dari aksesori dekor, banner, tali temali, hingga ngurusi pasak tenda yang lepas dan
tenda yang hampir rubuh! We’re not
whinning, actually, kami melakukannya dengan fun dan hepi (dan dengan tenaga yang ada), tapi sedikit terkejut
juga ternyata banyak sekali urusan ground yang menuntut kami untuk stay awake dan siap dimintai bantuan
24/7.
Banyak
sekali cerita yang membekas diingatan kami. Mulai dari gupuh before BSK (karena
barang-barangnya banyak yg belum didapatkan, harga sewa/beli yang mahal,
pemberitahuan mendadak untuk nyari barang, barang yg sulit dicari, dll), saat
BSK (datang 2 hari lebih awal, masang ini itu, memastikan barang yg dipinjam kembali,
panik saat tenda diterpa angin, pasak tenda lepas, tracking jalur jelajah HIMA, bantuin masang aksesori dekor, banner, layar, dapur, memastikan ground tetap bersih, trashbag dan buang sampah 24/7) dan
pasca BSK (mengembalikan barang anak-anak dan maba 2015, yang hingga kini masih
ada barang yg nebeng di rumah Mas
Dicky)
Khusus
poin sampah, aku sendiri yang merasakan sekali betapa melelahkan dan “sakit”
nya itu. Sampah begitu cepat numpuk, tapi yang tanggap untuk mengganti trashbag dan membuang ke lubang sungguh
sedikit. Bahkan, ada yang dengan cueknya membuang dan membiarkan sampah itu
berserakan di jalanan, dan baru dipungut bila ada perintah. Aku sama sekali gak
pernah tahan dengan sampah (apalagi aku dibesarkan di kultur MAPALA yang sangat
disiplin masalah sampah) dan melihat semua itu dibiarkan begitu saja.....begitu
menyayat hatiku.
Begitu
banyak orang berpikir bahwa tanggung jawab ground
hanya terletak di pundak anak PerLap, padahal menjaga ground tetap bersih adalah milik semua orang. Come on! PerLap bukan Sie super yang bisa mengatasi sendiri masalah
itu. 100 panitia, 100 maba dan puluhan senior, alumni, dosen, yang mengatasi
masalah kebersihan ground hanya anak
PerLap? Tim kami pun hanya berjumlah 14 orang.
Masalah
sampah hanya satu-satunya keluhanku di BSK.
Semoga
menjadi evaluasi, kawan Komunikasi dan siapapun diluar sana J
With
Love,
Kimberly
(bukan nama sesungguhnya)
Anggota
tim PerLap BSK 2015
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)