Betapa tidak tahannya aku harus melihat
pemandangan yang sama setiap hari. Melangkah keluar rumah, ada bungkus snack berserakan.
Berkendara di jalan, ada plastik bertebaran di aspal. Menunggu lampu merah, ada
orang yang dengan ‘asyik’ nya membuang apapun dari jendela mobilnya, lalu
bergegas tancap gas begitu saja, tanpa merasa bersalah. Lewat pasar atau warung
pinggir sungai, eh penjualnya buang sampahnya begitu saja dan membuat sungai
terlihat menjijikkan. Lagi nongkrong bareng temen, eh buang puntung rokok
dimana-mana. Lagi nyantai di taman, eh ada keluarga yang piknik dan sisa
makanan dibiarkan tergeletak sembarangan. Gila. Semua dilakukan dalam satu
fase, hop! Lempar dan buang begitu saja dan selesai lah persoalan
mereka. Yang penting, sampah itu sudah tidak berada di tangan mereka lagi.
Masalah yang ditimbulkan nanti bukan urusan mereka.
Sungai di Tanah Merah,
Surabaya
Aku pernah mendengar quote dari seorang tokoh terkenal (yang
lagi-lagi, ku lupa namanya). Ia pernah berkata bahwa jika kau ingin melihat mentalitas masyarakat
suatu negeri, lihatlah dari cara mereka memperlakukan sampah. Bisa
dilihat dengan nyata, orang kita (Indonesia) kebanyakan sangat tidak
bertanggung jawab soal sampah. Aku menemukan pola atas problem sosial yang
sudah mengakar ini.
Aku mencoba memetakan dengan logika dasar yang kuambil dari field of
experience serta frame of reference yang sering ku
dapat ketika mengobservasi realita. Jadi bukan merupakan penelitian/research yang
menggunakan prosedur-prosedur ilmiah. Tidak juga menggunakan literatur/pustaka
(padahal seharusnya perlu). Dan konteks Indonesia yang ku cantumkan, adalah
dilihat dari karakter manusia secara kolektif dan menggunakan sedikit
generalisasi (dan mencoba untuk objektif), bukan dipandang dari segi
kenegaraan/nasionalitas (tentunya) dan bukan juga bermaksud untuk menyudutkan.
Tanggung jawab dalam memperlakukan sampah
dimulai dari kesadaran akan rasa kepemilikan. Apakah orang tersebut menganggap
kepemilikan hanya berdasar barang pribadi mereka saja? Dengan adanya rasa
kepemilikan, maka orang akan cenderung untuk lebih bertanggung jawab untuk
menjaga lingkungan untuk masa depan bumi agar tidak terjadi bencana yang
diakibatkan oleh ulah manusia sendiri.
Selain
itu, orang juga cenderung mengandalkan pemerintah untuk mengatasi masalah
sampah. Mungkin, dengan merasa membayar pajak atau sejenisnya, membuat orang
menjadi pongah dan menganggap semuanya harus difasilitasi oleh pemerintah.
Okelah, pemerintah sudah menyediakan tempat sampah (meski pada kenyataannya,
jumlahnya masih kurang dari yang dibutuhkan). Tetapi, akan ada masalah apabila
orang tersebut tidak membuangnya di tempat yang telah disediakan. Belum lagi,
kendala teknis dari dinas terkait tentang pengangkutan sampah ke tempat
pembuangan akhir yang seringkali tidak rutin.
Selain itu, terdapat banyak sekali alasan
mengapa masih banyak orang membuang sampah sembarangan, seperti yang sudah
dijelaskan di bagan. Kebanyakan memang faktor internal dari individu yang
bersangkutan. Beberapa berasal dari budaya yang cenderung melekat erat (konteks
budaya disini adalah suatu hal yang sudah terpatri, menjadi kebiasaan, memiliki
nilai dan akhirnya menjadi budaya, bukan berkaitan dengan etnis, suku, ras dan
sejenisnya).
Semua lokasi yang berpotensi memiliki arus
massa manusia harus memiliki tempat sampah. Apalagi, yang berhubungan dengan
tempat umum dan lokasi wisata (terutama wisata alam). Tetapi, diluar itu juga
perlu diberikan tempat sampah dan yang paling penting, sampah di lokasi itu
harus diangkut secara rutin agar mencegah terjadinya penumpukan.
Sementara, untuk mengedukasi orang-orang
yang belum memiliki pengetahuan mengenai sampah, dapat dilakukan oleh siapapun,
tetapi yang paling mudah dan efektif adalah dari lingkungan keluarga dan
pergaulan, dimana keduanya memiliki andil untuk membentuk jati diri dan
kepribadian kita, jadi sosialisasi dari kedua pihak itu dirasa cukup efektif.
Solusi yang ku tawarkan cukup sederhana,
mengingat aku tidak menggunakan literatur dan sumber pustaka sama sekali, hanya
menggunakan frame of reference yang kudapat dari observasi
sepanjang hidupku. Tetapi, yang paling penting adalah masalah edukasi dan
tanggung jawab serta kesadaran pribadi untuk menjaga bumi ini agar tetap
bersahabat dengan manusia hingga kapanpun.
***
Kalau
berbicara soal pribadi, aku sendiri memiliki impian untuk mendonasikan tempat
sampah yang cukup besar muatannya dan jumlahnya banyak di titik-titik rawan
disinggahi oleh sampah. Mungkin juga bekerjasama dengan instansi pemerintah
yang mengelola sampah agar sampah tidak hanya di ‘evakuasi’ dari tempat yang kotor,
tapi juga ‘mengevakuasi’ pola pikir masyarakat yang menganggap sampah bukan
merupakan urusannya, menjadi sampah adalah tanggung jawab bersama tiap orang.
Edukasi itu sangat penting! Percuma saja tiap hari mengangkuti sampah tetapi
bila masyarakat tetap membuangnya sembarangan, percuma! Yang perlu dibenahi
adalah isi otak mereka yang tidak peduli menjadi peduli dan sadar.
Kita,
sebagai masyarakat, cuma perlu untuk membuang sampah pada tempatnya. Itu saja.
Sangat basic, tetapi jarang sekali terealisasi. Kita bahkan belum
mengolah sampah, belum menjalani hidup yang ramah lingkungan atau belum
memiliki inovasi di bidang teknologi dan science untuk
mengatasi sampah. Cuma perlu buang ke tempatnya aja susah banget Ya
Tuhan :)) Kalau nggak ada tempatnya, bisa bawa kantong plastik dari
rumah trus taruh didalam tas dulu untuk sementara dan membuangnya begitu nemu
tempat sampah. Melakukan hal sesederhana itu saja susah, gimana mau maju???
Atau
kita harus mengakui kalau mentalitas kita memang benar-benar payah?
Ayo, tumbuhkan kesadaran dan kepedulianmu mengenai sampah!!!
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)