Sabtu malam (5/9), nongkrong di “basecamp” menunggu
pendakian Ontoboego, Arjuno kemarin, aku sempat berbicara dengan Cak Mus
tentang banyak hal. Salah satunya adalah kemungkinan untuk “request” kegiatan
tertentu yang member inginkan.
Pikiranku lantas terbayang-bayang pada asyiknya teknik Single Rope Technic saat
di Wanala dulu. Wall climbing juga seru. Maka, aku
mengusulkan itu pada Cak Mus dan dia mengatakan akan mengoordinasi segera.
‘Segera’
yang dijanjikan ternyata lebih cepat dari dugaanku. Tak lebih dari beberapa
hari pasca obrolan itu, Cak Mus sudah fix
mengadakan agenda wall climbing, yang akan diadakan pada hari
Sabtu, 12 September 2015 di Phyxius, jalan Dukuh Kupang Timur XB. Bayar 10
ribu/orang untuk biaya sewa wall. Wah!
Ngerasa senang sekali dong, secara aku ‘anak baru’ dan request-ku bisa langsung diadakan. Jadi makin respek sama komunitas
ini.
Jadi,
Sabtu malam (12/9), jam 18:30 aku berangkat dari rumah dengan diantar ayahku.
Motorku lagi di bengkel, nggak tau jalan Dukuh Kupang itu dimana pula. Belum
lagi badan cukup lelah pasca tadi pagi sampai sore dari Claket, Pacet, survey ground dengan anak-anak PerLap (perlengkapan dan lapangan) BSK 2015.
Tapi karena dibayangi perasaan eman
kalau ngga ikut manjat, berangkat aja dah.
Sempat
beberapa kali salah jalan dan tanya warga sekitar, akhirnya sampai juga di
Phyxius. Area wall climb indoor dan sungguh nyelempit
didalam gang-gang. Huft. Sudah rame
rupanya, maklum udah jam 19:30-an.
Di
Phyxius, ada beberapa area yang tingkat kesulitan dan tekniknya berbeda. Ada wall yang vertikal (poinnya buanyak dan
jarak jangkauannya cukup dekat), ada yang miring ke dalam (poinnya dikit dan
jarak jangkaunnya lebih jauh), ada yang horizontal (menggantung di
langit-langit, sambil mikir “ini gimana manjatnya?”) dan ada yang di lantai 3,
area panjatan setinggi 1,5 meter saja (mungkin ini tekniknya memanjat ke samping?).
Cukup terperangah juga, fasilitasnya termasuk lengkap.
Tak
kurang dari 10 menit, aku sudah memasang harness
di pinggang dan pahaku. Di belay ama
Bang Darwin, aku memanjat wall yang
miring ke dalam. Pikirku, lebih mudah daripada wall yang vertikal, meski poinnya jauh lebih sedikit dan jauh. Mbak
Erma kuminta memotretku dari bawah, wkwk, makasih ya mbak ^^ #ManjatAjaPakePencitraan #Wakakaa
Belayer aja ada dua wkwkw
Pijakan
demi pijakan ku lalui. Beberapa kali sempat buntu mau manjat point yang mana, kaki juga sering gak
nyampai. Akhirnya, di block nomor
empat (ketinggian 6 meter-an/rumah dua lantai) aku memutuskan untuk turun
(manual, masih belum berani pegang tali dan menendang wall untuk turun). Pakai jerit-jerit pula-_- Dasar amatir, haha
Harness ku lepas dan aku menunggu cukup
lama untuk memanjat kembali. Sementara yang lain memanjat wall sampai ujung, aku hanya sampai di ¾ wall saja. Payah. Akhirnya, setelah satu jam, aku manjat lagi di wall yang vertikal, yang point-nya cukup
banyak dan dekat tapi gravitasinya lebih berat soalnya wall-nya tegak lurus.
Cukup
enak karena jangkauan antar point
dekat, tapi lebih berat dari yang miring. Hanya tiga block aku turun, lebih tepatnya terpeleset dan jatuh dalam hitungan
sepersekian detik. Disuruh turun pakai teknik menendang....niatnya mah gitu,
tapi pas pegang tali, pijakan di kaki lepas-_- Dua kali nyobain wall vertikal dan nggak lagi deh.
Setelah
itu, ada yang nyoba replingan. Pakai alat lebih banyak dari manjat biasa. Mirip
ama Single Rope Technic, tapi ga pake croll
dan ascender/jumar. Tekniknya sama dengan yang pernah kucoba di Wanala dulu,
yang pas hujan deras banget dan yang kuingat adalah aku gak sanggup mengangkat
beban tubuhku keatas. Sampai dibantuin turun ama belayer-ku (anak Diklatsar 37 tapi aku lupa namanya-_-). And people here seems like interest with
this technique.
Jam
21:00, aku kembali mencoba naik di wall
yang miring tadi (lagi). Masih penasaran! Dan kali ini pijakanku lebih tinggi
satu block dari yang pertama. Ngerasa
gak sanggup ampe puncak, akhirnya minta turun, tapi manual. Belayer-ku bilang gak boleh, harus
nendang. How can I??? Aku memegang
tali dan tetap memijak point, lalu
berusaha memposisikan tubuh 90 derajat. Eh, ternyata bisa. Yippiee. Satu goal tercapai. Btw ini rekor, di Wanala dulu paling
mentok dua block dengan ketinggian
gak sampai 3 meter-_-
Jam
21:30 member mulai berkurang. Jadi belasan orang aja, padahal tadi ada puluhan.
Member yang tersisa masih penasaran dengan teknik replingan. Bagi yang udah
paham mah dalam hitungan detik udah nyampai di puncak. Btw, di wall vertikal, Bang Darwin mencatat
rekor 13 detik untuk manjat! Ketinggian wall-nya
setara rumah tiga lantai. Kalian harus lihat sendiri betapa cepatnya dia
manjat, wkwk. Sementara, yang normal-normal saja butuh 1-2 menit untuk sampai
puncak wall.
*btw tadi Cak Mus sempat dikerjai dan mau
diguyur air soalnya “disangka ulang tahun” ternyata penipuan, ultahnya 19
September, KTP-nya pakai disidak segala haha kasian juga di bully member segitu
banyaknya*
Akhirnya,
ku lepas harness, pamitan dan pulang
di jam 22:15. Dear wall, aku janji
akan menaklukanmu nanti! #MasihPenasaran #AdaTarget #Ambisius
Iki gak ero sopo-_- wkwk
[UPDATE:
Satu hari setelah manjat, dua tanganku kaku banget dan kram...sampai detik pas
nulis ini-_- Sudah pijet sih, minum obat anti-nyeri pula, tinggal tunggu aja
hasilnya]
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)