Senin, 14 September 2015

KOMPAAS Wall Climbing at Phyxius : New Record for Me!

Sabtu malam (5/9), nongkrong di “basecamp” menunggu pendakian Ontoboego, Arjuno kemarin, aku sempat berbicara dengan Cak Mus tentang banyak hal. Salah satunya adalah kemungkinan untuk “request” kegiatan tertentu yang member inginkan. Pikiranku lantas terbayang-bayang pada asyiknya teknik Single Rope Technic saat di Wanala dulu. Wall climbing juga seru. Maka, aku mengusulkan itu pada Cak Mus dan dia mengatakan akan mengoordinasi segera.

            ‘Segera’ yang dijanjikan ternyata lebih cepat dari dugaanku. Tak lebih dari beberapa hari pasca obrolan itu, Cak Mus sudah fix mengadakan agenda wall climbing, yang akan diadakan pada hari Sabtu, 12 September 2015 di Phyxius, jalan Dukuh Kupang Timur XB. Bayar 10 ribu/orang untuk biaya sewa wall. Wah! Ngerasa senang sekali dong, secara aku ‘anak baru’ dan request-ku bisa langsung diadakan. Jadi makin respek sama komunitas ini.


            Jadi, Sabtu malam (12/9), jam 18:30 aku berangkat dari rumah dengan diantar ayahku. Motorku lagi di bengkel, nggak tau jalan Dukuh Kupang itu dimana pula. Belum lagi badan cukup lelah pasca tadi pagi sampai sore dari Claket, Pacet, survey ground dengan anak-anak PerLap (perlengkapan dan lapangan) BSK 2015. Tapi karena dibayangi perasaan eman kalau ngga ikut manjat, berangkat aja dah.
            Sempat beberapa kali salah jalan dan tanya warga sekitar, akhirnya sampai juga di Phyxius. Area wall climb indoor dan sungguh nyelempit didalam gang-gang. Huft. Sudah rame rupanya, maklum udah jam 19:30-an.
            Di Phyxius, ada beberapa area yang tingkat kesulitan dan tekniknya berbeda. Ada wall yang vertikal (poinnya buanyak dan jarak jangkauannya cukup dekat), ada yang miring ke dalam (poinnya dikit dan jarak jangkaunnya lebih jauh), ada yang horizontal (menggantung di langit-langit, sambil mikir “ini gimana manjatnya?”) dan ada yang di lantai 3, area panjatan setinggi 1,5 meter saja (mungkin ini tekniknya memanjat ke samping?). Cukup terperangah juga, fasilitasnya termasuk lengkap.



            Tak kurang dari 10 menit, aku sudah memasang harness di pinggang dan pahaku. Di belay ama Bang Darwin, aku memanjat wall yang miring ke dalam. Pikirku, lebih mudah daripada wall yang vertikal, meski poinnya jauh lebih sedikit dan jauh. Mbak Erma kuminta memotretku dari bawah, wkwk, makasih ya mbak ^^  #ManjatAjaPakePencitraan #Wakakaa
Belayer aja ada dua wkwkw

            Pijakan demi pijakan ku lalui. Beberapa kali sempat buntu mau manjat point yang mana, kaki juga sering gak nyampai. Akhirnya, di block nomor empat (ketinggian 6 meter-an/rumah dua lantai) aku memutuskan untuk turun (manual, masih belum berani pegang tali dan menendang wall untuk turun). Pakai jerit-jerit pula-_- Dasar amatir, haha


            Harness ku lepas dan aku menunggu cukup lama untuk memanjat kembali. Sementara yang lain memanjat wall sampai ujung, aku hanya sampai di ¾ wall saja. Payah. Akhirnya, setelah satu jam, aku manjat lagi di wall yang vertikal, yang point-nya cukup banyak dan dekat tapi gravitasinya lebih berat soalnya wall-nya tegak lurus.
            Cukup enak karena jangkauan antar point dekat, tapi lebih berat dari yang miring. Hanya tiga block aku turun, lebih tepatnya terpeleset dan jatuh dalam hitungan sepersekian detik. Disuruh turun pakai teknik menendang....niatnya mah gitu, tapi pas pegang tali, pijakan di kaki lepas-_- Dua kali nyobain wall vertikal dan nggak lagi deh.
            Setelah itu, ada yang nyoba replingan. Pakai alat lebih banyak dari manjat biasa. Mirip ama Single Rope Technic, tapi ga pake croll dan ascender/jumar. Tekniknya sama dengan yang pernah kucoba di Wanala dulu, yang pas hujan deras banget dan yang kuingat adalah aku gak sanggup mengangkat beban tubuhku keatas. Sampai dibantuin turun ama belayer-ku (anak Diklatsar 37 tapi aku lupa namanya-_-). And people here seems like interest with this technique.
            Jam 21:00, aku kembali mencoba naik di wall yang miring tadi (lagi). Masih penasaran! Dan kali ini pijakanku lebih tinggi satu block dari yang pertama. Ngerasa gak sanggup ampe puncak, akhirnya minta turun, tapi manual. Belayer-ku bilang gak boleh, harus nendang. How can I??? Aku memegang tali dan tetap memijak point, lalu berusaha memposisikan tubuh 90 derajat. Eh, ternyata bisa. Yippiee. Satu goal tercapai. Btw ini rekor, di Wanala dulu paling mentok dua block dengan ketinggian gak sampai 3 meter-_-
            Jam 21:30 member mulai berkurang. Jadi belasan orang aja, padahal tadi ada puluhan. Member yang tersisa masih penasaran dengan teknik replingan. Bagi yang udah paham mah dalam hitungan detik udah nyampai di puncak. Btw, di wall vertikal, Bang Darwin mencatat rekor 13 detik untuk manjat! Ketinggian wall-nya setara rumah tiga lantai. Kalian harus lihat sendiri betapa cepatnya dia manjat, wkwk. Sementara, yang normal-normal saja butuh 1-2 menit untuk sampai puncak wall.
            *btw tadi Cak Mus sempat dikerjai dan mau diguyur air soalnya “disangka ulang tahun” ternyata penipuan, ultahnya 19 September, KTP-nya pakai disidak segala haha kasian juga di bully member segitu banyaknya*
            Akhirnya, ku lepas harness, pamitan dan pulang di jam 22:15. Dear wall, aku janji akan menaklukanmu nanti! #MasihPenasaran #AdaTarget #Ambisius
Iki gak ero sopo-_- wkwk



[UPDATE: Satu hari setelah manjat, dua tanganku kaku banget dan kram...sampai detik pas nulis ini-_- Sudah pijet sih, minum obat anti-nyeri pula, tinggal tunggu aja hasilnya]

0 komentar:

Posting Komentar

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template