Dudul Week #1 : Siapa Barusan???

By Payung Cantik

Satu tahun berkuliah, aku hanya berkutat disitu-situ saja. Kelas, nongkrong, pulang. Kelas, nongkrong, pulang. Parkiran sih, kadang. Eh, kantin juga. Masa ga kelaperan, dikata kita immortal? Suatu hari yang cerah, karena takdir menghendaki demikian akan bertemu teman dan mengunjunginya di kampusnya untuk mengembalikan sesuatu. Kampusku juga sih sebenernya. Hanya beda lokasi dan koordinat di peta (?)

Memasuki gerbang dan lorong-lorong dengan wajah ragu-ragu. Ini beneran boleh dinaiki motornya? Noleh ke kanan-kiri, parkirannya mana nih? Gak mungkin juga kalau underground, emang di mall? Bapak-bapak yang pake baju ijo cerah dengan sempritan di mulut kaga ada pula (untuk mempermudah, sebut saja tukang parkir). Aduh. Berasa tolol keliling-keliling gini. Sepeda motor butut pula. Untung udah lunas, jadi malunya gak dobel.

Ah, ada mas-mas lewat. Mahasiswa, pasti tau seluk-beluk tempat ini.

Nyegat dia lewat, mirip preman bener. Dia berhenti. Sebelum bibir sempat mengucap “Mas!”, memori di otakku berputar cepat kaya kincir angin. Kayaknya aku kenal dia deh. Dia kan.....kita pernah ikutan UKM yang sama dan sama-sama mutung-nya. Say goodbye ke UKM itu dengan linangan air mata #lebay #tapi #truestory. UKM idaman yang seleksinya susah naudzubillah, 350 pendaftar, yang keterima cuma 34 biji. Huft.

“Eh, hai (nama disamarkan). Parkirannya dimana nih?” sapaku sok akrab. Cengar-cengir kaya gaada dosa. Yang ditanya bingung, siapa nih makhluk astral yang tau nama guweh?! Apa gue punya fans? Apa kekasih yang dulu hilang, kini dia tlah kembali pulang? *malah nyanyi* Tapi, karena orang Indonesia baik dan ramah, jadinya dijawab aja.

“Eh...parkiran ya?” wajahnya terlihat bingung. “Kamu keluar aja dari sini trus belok kiri.”

“Disini gak boleh?” ucapku menunjuk depan perpustakaan. Ada beberapa motor terparkir disana. Nawar mode: on.

Bola matanya mengikuti pandanganku. “Ehm...gak tau juga. Coba aja. Eh, tapi tulisannya buat staff sih.” ada cengiran kecil yang terbentuk di sudut bibirnya. ketegangan berkurang, sepertinya dia mulai mengobrak-abrik memorinya dan mulai mengenalku. aaah, anak ini! iya, iya, aku inget!! (dalam hatinya) (sok tau banget saya-_-)

“Waduh, gimana ini?” hayati kebingungan. yang ditanya apalagi. “Yaudah, makasih ya, btw.” grengg..aku melaju menuju perpus. Celingukan dengan wajah mencurigakan. Eh, diusir sama bapak-bapak. Sialan.

Akhirnya gak jadi parkir. Dan dia tadi menghilang entah kemana. Di jalan aku mikir...tunggu, tunggu. Namanya tadi udah bener kah? Gimana kalo salah? Tapi kalo salah, gak mungkin dia tadi berhenti buat meladeniku. Meski itu bisa aja karena terpaksa sih, hehe

Mungkin, abis sesi “tanya-jawab” tadi, dia berlalu sambil mbatin: “sopo seh iku mau?” (garuk-garuk kepala)