Jumat, 21 Juni 2013

Trip to Bromo #2nd Day : Lautan Pasir, Gunung dan Tanjakan yang Luar Biasa


Aku memandang layar handphoneku. Tertera angka 03:51 disana. Gawat, kami sedikit terlambat! Momen sunrise yang kami impikan hilang sudah. Tapi kami tak kecewa, karena sunrise bukanlah satu-satunya momen dan objek yang membuat kami excited. Masih banyak yang bisa dieksplor dari wisata alam yang tenar hingga mancanegara tersebut.
Sesudah mandi atau cuci muka, kami lantas berpamitan dan berterima kasih kepada saudara Ipul atas segala kebaikan yang mereka berikan dan segera menuju ke Bromo, diantar salah satu sepupunya. Sempat mampir ke pom bensin dulu untuk memenuhi tangki motor kami. And.. Here we go! Perjalanan dimulai!




3 kali aku berganti teman untuk memboncengkanku. Rupanya mereka menyerah atas trek yang sangat curam ditambah berat badan serta tarikan motorku yang kurang mantep. Sampai akhirnya, mas Renbud, alumni, memboncengkanku. Tak ku sangka, dibalik tubuhnya menyimpan tenaga yang luar biasa besar. Terbukti, ia mampu mendahului teman-temanku yang lain dalam memboncengkanku.
Belum terhitung tanjakan curam yang mencapai 45-60 derajat, membuat ia harus berusaha keras mengemudi secara zig-zag demi mencapai ujung tanjakan. Kecepatannya pun luar biasa, hingga kadang aku perlu memegang erat ranselnya kala sepeda motor ini nyaris keluar batas. Takut masuk jurang euy -_-

Kami sempat berhenti disuatu perkampungan penduduk untuk menunggu yang lain sekaligus bertanya-tanya pada penduduk lokal. Sekaligus foto-foto, ga lupa dums ;)

Meski sempat berkendara bareng, namun akhirnya kami terpisah lagi dengan teman yang lain. It's okay, kita bisa ketemu disana. Dan, ya, we're met again in Penanjakan, lalu menuju lautan pasir bersama-sama. Yippie. It's fun to riding on there, harus hati-hati biar motor ga terperosok ke dalam pasir.
Kami berhenti di pinggiran lautan pasir, memarkir motor, membentangkan banner pinjaman dari sekolah dan mulai berpiknik. Haha. Bromo seolah milik sendiri, yang lain mah bayar sewa :D
                                               Dex, ini bukan ruang tamu rumahmu -_-

Burn Out juga memanfaatkan kondisi untuk mengambil foto. Lumayan, mungkin suatu saat bisa jadi cover album kami nantinya ;)
Setelah puas mengambil gambar di lautan pasir dan berlatar belakang Gunung Batok, aku, Ipul, Jihan dan Agung kepo ingin naik ke atas Bromo dan menyaksikan kawah yang setiap saat selalu mengepulkan asap belerangnya itu, sebelumnya kami mampir dulu di bekas cekungan sungai pada zaman prasejarah dahulu ini.
Puas, kami memutuskan untuk naik. Harus ekstra hati-hati agar tidak terperosok atau menginjak kotoran kuda saat berjalan mendaki. Belum lagi, kuda-kuda yang disewakan terkadang berada diluar kendali sehingga kami harus mengawasi apabila ada kuda yang datang dari arah depan maupun belakang. Dan, ya, berkali-kali kami berhenti untuk mengambil napas dan mengistirahatkan kaki kami yang kram. Biasa, ini resiko dari orang kota yang jarang berolahraga dan berjalan melawan gravitasi :D
Kami memilih transit di sebuah warung kecil untuk beristirahat sebentar dan mengisi ulang energi dengan membeli sebuah sereal hangat. Perut terisi, energi jalan lagi. Cabut!
Anak tangga berjumlah ratusan itu menjadi saksi betapa ngos-ngosannya kami saat itu, tapi meski berhenti berkali-kali, akhirnya kami berhasil mendaki hingga ujung! And, yeah, everything was so fuckin' beautiful from up here!
Wisata satu ini memang sudah go internasional. Banyak sekali wisatawan mancanegara, khususnya kaukasia, yang wira-wiri disini. Bahkan beberapa diantaranya tak segan untuk berciuman di muka umum! Gosh, this is INDONESIA, negara yang menjunjung tinggi etika, not in ur country where you can have sex anywhere like animal! That was annoying!

Hampir 20 menit berada diatas gunung Bromo ini, kami memutuskan untuk turun, selain karena sudah puas, juga karena motor salah satu teman seperjalanan kami mengalami mogok. Terrible. Antrian turun jauh lebih panjang daripada antrian naik. Tanpa pikir panjang, aku turun melalui pinggiran tangga, yang curam dan terjal. Kelamaan, pikirku. Selain itu turun melalui tangga sudah terlalu mainstream :D
Turun pun ngga kalah berbahaya. Memang, gaya gravitasi sangat berperan dalam mendorong kami turun dengan cepat. Tapi kalau ngga hati-hati, terperosok di pasir yang penuh kotoran kuda adalah resikonya.

Dengan cepat, kami menuju ke arah teman-teman kami yang lama menunggu. Aku melihat isi tangki bensin motorku. Glek. Gawat, tinggal 3/4 liter. Apa kuat untuk sampe ke pom bensin selanjutnya yang berjarak 3-4 kilometer? Bismillah, ucapku seraya menstater motor kuningku.
                                                                 Time to go home!
 Perjalanan pulang tak kalah berbahayanya dengan pergi. Turunan yang tajam dan licin membuat kita sebagai pengendara motor harus pintar-pintar main rem dan menyeimbangkan kendaraan agar ga masuk jurang. Belum lagi, di trek berbahaya macam ini, aku yang memboncengkan vokalis paling bawel sedunia :D

Setelah memenuhi tangki dengan premium di pom bensin terdekat, kami langsung bergegas untuk cabut. Diantara kami bersepuluh, hanya Ipul yang memiliki SIM. Kita mah bondo nekat aja, asal ga ngelakukan kesalahan dalam berlalu lintas, why not?
                                                             Really nice trip, guys!
Lelah menjalari sekujur tubuh kami, namun kami merasa sangat puas atas touring kali ini. Touring ini banyak memberi pelajaran akan persahabatan, solidaritas dan memperkuat mental serta fisik dalam menghadapi touring selanjutnya yang rencananya akan diadakan di Pacet atau Malang. Semoga.

1 komentar:

  1. tanjakan 45-60 derajat??? mending turun deh, jangan bunuh diri, 45 derajat saja hanya trail yang sanggup plus orang berpengalaman, kalau 60 derajat itu namanya akrobat sirkus ...

    BalasHapus

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template