Malam ini (3/7/16), aku baru saja keluar dari Golden Kitchen, semacam kafe yang ada di jalan Wijaya Kusuma, Surabaya, ketika seorang laki-laki menyapaku dari jarak 10 meter. Ia memanggil namaku, melambai dan tersenyum, membuatku memicingkan mata untuk mengetahui siapa dia. Dan ketika aku sadar, sontak aku berteriak, "Mas Yahya!"
Golden Kitchen Cafe
Aku memajukan motorku hingga didekat motornya, lalu ia mengajakku berbincang. Ia terlihat membawa dua buah carrier (tas gunung), yang membuatku cukup penasaran. "Ini mau berangkat apa barusan pulang?" tanyaku.
"Iya, ini janjian ama temen. Mau naik."
"Kemana?"
"Ke double S."
"Apa itu?"
"Halah, Sindoro-Sumbing di Jawa Tengah, lho. Masa gak tau?"
"Oalah jangkrik pengen pek hehe." kataku cengengesan. "Sama siapa?"
"Sama temen lah, ini mau ketemuan."
"Bukan ama anak Wanala? He aku KANGEN pekkkk sama anak 2014 (read: anak Diklatsar Wanala XXXVII)"
"Bukan lah. Halah kon se pake acara keluar (out dari Wanala segala)."
"Hm iyo cak, pegel se soale haha."
"Nanti loh aku nganterin tenda ke Doni, temenmu (Wanala), masih ingat kan?"
"Iyolah sek ingat semua. Mereka tak terlupakan, hehe." kataku dengan tertawa. "Kamu mau naik sendirian ta ini?"
"Enggak lah. Susah pek ngajak naik saat lebaran kayak gini. Ini aja untung-untungan dapat barengan naik gunung."
"Lho berangkat malam ini ta naik motor?" tanyaku dengan polos. Ia tertawa.
"Gak lah, gendeng opo ke Jawa Tengah sepeda motoran. Naik bis nanti."
"Walah... Berangkat sekarang?"
"Enggak, tanggal 7 Juli nanti. Aku lebaran disini lho mek 2 hari. Baliknya tanggal 11."
"Wih wih sangar." ucapku.
Kemudian dia duduk di jok motornya, dan bilang, "Nanti ini mau ketemu Doni didepan SMAN 5. Anterin yo? Kalo enggak, tak seri (hukuman fisik di Wanala, kayak push up/sit up/back up)."
"Wanjir, seri. Wes gak usum iku wkwk."
"Westalah anterin wah, haha." (njir mekso cak wkwk)
"Oke oke, santai."
Trus temannya datang, dia ngobrol sebentar sembari menyerahkan salah satu carrier ke kedua temannya yang datang. Lalu dia tiba-tiba udah di belakang motorku. "Ayo anterin."
((mbatin, tapi kudu ngakak))
"Ayo, kene tak bonceng."
Dan diatas motor, kami kembali ngobrol. "Ini kemana?" tanyaku.
"SMAN 5, disana ada Doni. Kamu gak kangen ta? Dia tambah ganteng lho pake brewokan segala, hahaha."
((mbatin again, nggapleki arek iki wkwkwk))
((pembicaraan ini tidak direkayasa))
"Wkwk kamu itu opo se, mas-mas. Dasar. Oh yo, kamu bukan e harus e wes sibuk ama proposal skripsi yo?"
Dia ngakak.
"Halah sekarang liburan, dipuas-puasin dulu seneng-senengnya. Urusan itu nanti, biar mengalir saja hehe."
"Wkwk dudul."
Kami kemudian sampai didepan SMAN 9, ternyata Doni menunggu disana. Mas Yahya menyapa, trus memperkenalkanku. "Hey, kon sek kenal karo arek iki?" (menuding ke arahku)
Doni memasang tampang tidak yakin, "Hm, aku dilupakan rek, wkwk."
Trus mereka berdua berbicara soal peminjaman tenda, pendakian, juga membicarakan LPJ, dan kepengurusannya dalam menyambut mahasiswa baru yang mau masuk UKM Wanala nanti. Tidak lama kok, tak sampai 5 menit malah. Setelah semua urusan selesai, kami pamit dari Doni dan pergi balik ke lokasi semula tempat ia memarkirkan motornya yakni di Golden Kitchen Cafe.
"Wes yo aku moleh." godaku padanya.
"Lha terus aku disuruh longmarch kesana? Loadcarry la'an. Kamu tau gak loadcarry?"
"Yo ero lah, aku mbiyen kan tau (pernah ikut sebelum keluar Wanala). Yok opo se mas wkwk."
Dan akhirnya dia kembali menumpang. Di tengah jalan ia berkata, "He yoopo zahwa?" tanyanya dengan cengengesan.
"He iya kita kemarin barusan rasan-rasan kamu lho haha."
"Iyo pek aku kangen. De'e se sibuk kerja terus."
"Ciee kangen wkkw. Kon seh mas ngajak keluar kok ke tempat-tempat yang jauh (baca: luar kota). Mana dia sempat?"
"Iyo seh haha. Salahan lho de'e wes duwe pacar jadi susah diajak keluar."
"Haha, cemburu ta kon mas?"
"Nggak lah, tapi kan pingin se sekali-sekali keluar bareng lagi kayak dulu. De'e lho semakin lekat pek sama si Indra, update terus haha."
"Iyo pak, hampir setiap hari malah mereka ketemu."
Tak lama, kami sudah sampai kembali di Golden Kitchen Cafe. Aku menurunkannya didepan sana, lalu pamit. "Duluan ya mas."
"Oke oke thanks."
Sepanjang jalan pulang, aku ngakak sendiri. Ya ampun nih anak gak pernah ketemu, jarang ngobrol, sekalinya ngobrol kok ceplas-ceplos kayak temen sendiri, haha. Mana dia kakak kelasku (di SMAMSA, di Wanala dan di UNAIR pula), harusnya diantara kami agak-agak sungkan, tapi kenapa tadi tidak sama sekali ya? Hehe.
Dan itu gak bakal terjadi kalau instingku tidak menuntun untuk mampir ke Golden Kitchen Cafe. Padahal aku tidak niat smaa sekali lho untuk kesana. Entah kenapa instingku mendorong untuk mampir. Aku kesana niatnya mau mereview kuliner pancake, tapi berhubung disana menu pancake cuma satu, alhasil aku cuma nongkrong sambil pesen minuman tadi. Sungguh ajaib ya kuasa Tuhan. Telat 1-2 menit saja pasti kami tidak akan bertemu dan ngobrol seperti tadi, hehe.
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)