Memasuki bulan Ramadhan, stok darah di Rumah Sakit atau PMI biasanya menipis. Padahal, kebutuhan kantong darah selalu ada setiap saat, bahkan permintaan darah seringkali membuat stok darah di RS maupun PMI kosong. Oleh karena itu, CSR (corporate social responsibility) milik SCTV mengadakan program Pundi Amal SCTV, yang mengkhususkan untuk kegiatan bakti sosial. Salah satu wujudnya adalah bekerja sama rutin dengan PMI, untuk membantu meningkatkan awareness masyarakat akan pentingnya donor darah rutin, serta membantu pula untuk meningkatkan jumlah kantong darah di bulan Ramadhan.
Kegiatan Pundi Amal ini sudah berlangsung sejak bertahun-tahun silam, namun tetap rutin dan konsisten diadakan. Biasanya, program ini diadakan di kota-kota besar, seperti Jakarta, Jogjakarta, Surabaya, Bandung, Malang, dan lainnya. Meski begitu, kota dan kabupaten kecil pun juga disambangi, lho. Nah, tahun 2016 ini aku ikut (lagi) Pundi Amal SCTV 2016, untuk yang ketiga kalinya. Aku pertama kali ikut Pundi Amal SCTV pada Agustus 2013, saat usiaku mulai menginjak 17 tahun lebih 1 bulan. Lalu, aku ikut lagi pada tahun 2014 dan absen pada tahun 2015. Semuanya dilaksanakan di bulan Ramadhan, dan selalu dilaksanakan di kantor PMI Kota Surabaya, yakni di Jalan Embong Ploso.
Sejak awal bulan Ramadhan, aku sudah resah, tidak ada informasi secuil pun ku dapatkan mengenai kapan Pundi Amal SCTV 2016 dilaksanakan. Cari di web, gak nemu. Cari di Instagram, juga gak ada. Nge-chat admin Pundi Amal di Instagram, eh gak dibales-bales. Ada sih informasi Pundi Amal waktu sedang diadakan di kota-kota lain, bukan di Surabaya. Akhirnya, Tita, sobatku yang kebetulan lagi nonton TV, memberitahuku kalau Pundi Amal SCTV 2016 diadakan pada tanggal 29-30 Juni 2016. Ia mengetahuinya di cuplikan berita di SCTV, itu pun berupa teks yang bergerak dari kanan ke kiri, yang biasanya ada di bagian bawah layar TV.
Maka, sehari sebelum donor, aku langsung gila-gilaan. Aku mengonsumsi makanan lebih banyak dari biasanya, menambah konsumsi daging-dagingan, juga meminum corovit (multivitamin tambah darah) 4 butir sekaligus (2 butir pas sahur, 2 butir pas berbuka). Kalo aku tidak melakukan itu semua, dijamin aku bakal gagal donor, karena HB-ku pasti rendah (biasanya HB-ku berkisar antara 11,0-12,0 jika tanpa obat tambah darah).
Kamis, tanggal 30 Juni 2016, jam 19:00 aku berangkat ke PMI Embong Ploso. Aku berangkat bersama Tita. Sesampainya disana, sudah ada banyak orang. Kami langsung mengambil kertas donor, mengisinya, menyerahkannya ke petugas, lalu menunggu nama kami dipanggil. Ada hiburan berupa orkes dangdut dengan organ tunggal, juga penyanyi dangdut yang membuat kami merasa kalau kami sedang berada di mantenan (nikahan).
“Waduh, kita lagi ada di mantenan, biasanya lagu kayak gini diputar pas kita lagi makan soto.” selorohku, membuat Tita ngakak.
Tak lama, sekitar 10 menit, namaku dan Tita dipanggil. Kami menyerahkan kertas donor tadi di loket, setelahnya kami langsung tes HB. Alhamdulillah, HB-ku diatas 13 (angka aman), dan tensi darahku pun normal. Aku lolos! Yes!
Namun, nasib baik tidak berpihak pada Tita. Tensi darahnya rendah, bung! Tekanan diastoliknya 59, satu angka dibawah 60! Ya, hanya selisih satu angka saja dari kadar diastolik normal! “Sebel, cuma kurang satu angka saja jadi gagal.” gerutunya.
Sebagai kompensasi, Tita mendapat paket dari PMI berupa biskuit, susu bear brand dan corovit. Sementara aku diberi kaus Pundi Amal berwarna oren, memakainya langsung, dan menuju ke dalam ruangan donor di lantai 1. Tita menungguku diluar ruangan.
Bersama kaos Pundi Amal wkwk
Tak lama, aku langsung menuju ke bangku pojokan. Aku mendonor dengan lengan sebelah kanan, maka aku mencari bangku yang pas. Karena petugas donornya agak lama (aku dianggurin, hiks), maka aku foto-foto deh, wkwk.
Setelah itu, lenganku mulai dibersihkan dan ditusuk dengan jarum. Seberapa sering aku donor, tetap saja jarum itu terasa menyakitkan. Tapi, aku tetap stay cool hehe. Sekitar 10 menit kemudian, donor selesai dan aku menukarkan kuponku dengan paket dari PMI (susu bear brand, mie sedap soto, roti, corovit dan aqua), juga ada paket dari SCTV (paket makanan dari McDonald, yakni berisi nasi, dada ayam dan saus).
Donor darah selesai jam 20:40-an, tapi aku menghabiskan waktu beberapa puluh menit di lorong PMI lantai 1 untuk mengobrol dengan Tita. Ia banyak bercerita soal masalah kuliahnya, UAS-nya selepas lebaran hingga ia merasa tidak tenang, banyak tes (tes TOEFL, sertifikasi akuntansi, dll). Aku juga curhat soal betapa kejamnya tugas kuliah di semester 4, namun aku juga merasakan kemalasan yang amat sangat untuk kuliah di semester ini.
She's the best. The only person who could understand me COMPLETELY. Aku bisa membahas APAPUN dengannya, bisa bebas misuh-misuh, bebas menceritakan rahasia terdalamku. I would marry her if I were a man :p
Kami juga bercerita soal kehidupan pribadi kami di kampus, tentang persamaan kami sebagai seorang loner di jurusan kami, betapa seringnya kami dianggap “invisible” oleh teman-teman kelas, namun kami tetap menjalaninya dengan tangguh dan besar hati. Toh, aku memiliki Tita, dan Tita memiliki aku, aku juga punya banyak teman di jurusan lain. Aku memiliki pula sobat-sobatku dari SMP, SMA, dan kuliah (dari jurusan lain). Ada pula teman-teman dari komunitas backpacker dan pecinta alam diluar sana, juga saudara-saudaraku serta keluarga yang menyayangiku. At least, we have another happy life in another place. So, yeah, we did enjoy our life too.
Jam 21:30, kami pulang ke rumah masing-masing. Kami merencanakan untuk bertemu lagi minggu depan, saat aku mengajaknya liputan kuliner sebagai tugas magangku di Gogirl! Magazine, hehe. Disana kami bisa mengobrol lebih lama :)
0 komentar:
Posting Komentar
Think twice before you start typing! ;)