Selasa, 26 Maret 2013

Band : Sebuah Kerjasama Tim, Bukan Proyek Individual yang Ambisius


                                                      Oleh : Nena Zakiah

Tahun ini merupakan tahun dimana aku merasakan kemajuan pesat dalam karir bermusikku. Ya, tepat pada tanggal 5 Maret 2013, aku resmi memiliki band bersama teman sekelasku. Burn Out, itulah nama yang diusung untuk band kami.
Tentu saja, siapa yang tak senang apabila bagian dari impiannya terwujud. Rasa semangat tersebut meluap-luap dan kami pun optimis, meski sempat ‘cemburu’ dengan band tetangga yang personilnya seabrek. Rasa itu kami tepis jauh-jauh dan percaya pada kemampuan kami masing-masing.


Sampai akhirnya pada latihan perdana, menurut mereka skill yang ku punya masih terlalu biasa bagi mereka. Maafkan aku, tapi ini lah aku, ini band pertamaku dan jelek bagusnya memang aku apa adanya. Aku sempat sedih namun itu tidaklah lama. Dunia masih terus berputar meski terasa menyesakkan. Beginilah rasanya berada didalam sebuah band, pahit manisnya harus mampu diterjang bersama.

Seorang temanku SMP dulu pernah mengatakan bahwa bandnya bubar begitu saja karena ketidak konsistenan dan keegoisan yang dimiliki personel-personelnya. Padahal seharusnya band itu ada dengan gagasan dan cita-cita serta gabungan visi, misi serta impian masing-masing anggotanya. Tentu, jika sudah menyangkut banyak kepala, rasa individualisme dan keegoisan harus diredam. Kepala sudah harus ‘dingin’ semenjak awal berkomitmen mendirikan sebuah band.

Namun, perlu diperhatikan, keinginan dan ambisi pribadi itu perlu diarahkan dan dikoordinasikan dengan baik supaya tidak berbenturan dengan keinginan personel lainnya. Sering terjadi, beberapa personel terlihat sangat dominan dan yang lain hanya sebagai pemanis saja. Padahal, siapapun pasti ingin dikenal sebagai bagian dari band tersebut.

Sebuah band didirikan atas dasar tujuan dan keinginan yang sama, diantaranya adalah untuk menyalurkan hobi bermusik, ingin dikenal, dsb. Selain itu, pada umumnya personel dalam band tersebut memiliki warna musik yang sama, cita-cita yang sama, ciri khas yang sama, dan seterusnya. Hubungan antar satu variabel ke variabel yang lain itulah yang mempengaruhi akan dikemanakan arah band tersebut. Apabila terjadi crashing atau benturan, apakah itu akan menjadi evaluasi dan pengalaman atau justru awal dari kehancuran.

Hubungan antar personel pun harus harmonis, karena musik tercipta karena keharmonisasian nada, irama dan tempo yang selaras. Apabila hubungan antar personel baik dan tidak ada masalah antar personel satu dengan yang lain, tentu kegiatan bermusik akan menjadi menyenangkan. Namun apabila ada personel yang memiliki masalah dengan personel lain, tentunya kurang tercipta nada yang enak didengar, malah yang ada justru mood bermusik akan memburuk dan akan berimbas pada band tersebut.

Band bukanlah tempat untuk menyalurkan ambisi pribadi salah satu personelnya saja. Band juga bukan wadah bagi personel-personel yang telah mahir saja. Didalam band juga terjadi suatu proses pembelajaran, pemahaman serta penyatuan selera dan karakter musik dan skill masing-masing anggotanya. Kerjasama yang baik antar masing-masing anggota akan menghasilkan karya yang bagus dan kegiatan bermusik pun akan terasa enjoy.

Band yang baik ialah dimana seluruh anggotanya diberi tempat yang layak dan sama rata. Ibarat pepatah, berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Dan band yang patut di apresiasi ialah bukan yang skill-nya setara dengan musisi dunia, melainkan band yang terus menerus belajar, bahu membahu menciptakan karya baru dan berbeda serta mampu menjaga keharmonisan masing-masing anggotanya, sehingga cerita ‘band bubar’ hanyalah tinggal kenangan belaka.

Salam hangat,
Drummer Burn Out.

0 komentar:

Posting Komentar

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template