Minggu, 24 Februari 2013

Outbond IPM : Sepenggal Kisah Dari Pos 5


“Hari yang panjang...” gumamku pada diri sendiri ketika acara outbond telah berakhir.
Aku dan rekan satu posku, Rizal, yang juga menjabat sebagai Bendahara IPM, bertugas menjaga dan menghandle pos 5. Terletak paling ujung dan akhir, membuat kami menunggu satu jam lebih kedatangan para peserta di pos kami.
Berhari-hari sebelum acara dimulai, kami menyiapkan game-game edukatif dan hukuman yang mendidik. Pada H-1, kami sepakat bahwa ada 2 buah game, dan 2 buah hukuman. Dan kami harus pintar-pintar memanajemen waktu agar game dan hukuman tersebut terselesaikan dalam waktu 10 menit.

Kelompok yang datang wajib memberi salam, menyanyikan yel-yel dan membawakan kode dari pos sebelumnya, seperti checksound. Lalu permainan pun dimulai.

Permainan pertama ialah memasukan tubuh ke holahop secara dengan berbaris kebelakang. Tapi, tidak semudah itu ku buat permainan ini. Aku akan mengacaukan konsentrasi mereka dengan memberi pertanyaan yang harus mereka jawab dengan jujur sembari mereka sibuk memasukkan tubuh mereka kedalam holahop. Pertanyaannya seperti : “apa kejelekan kamu ketika marah” atau “apa yang paling kamu takuti didunia ini?”. Dan kami beri waktu untuk permainan ini hanya 1 menit saja. Lewat dari waktu yang ditentukan, akan mendapat hukuman berupa tebak lagu –kali ini kupilih lagu dangdut– dan mereka semua secara kompak harus menyanyikan bagian reff lagu tersebut dengan gerakan pula. Sayangnya, seluruh peserta berhasil lolos dalam game pertama ini, jadi ga ada hiburan dengerin mereka nyanyi dan joget dangdut deh :D
Permainan kedua ialah mengambil 12 batang korek api dan menyisakan 5 buah kotak dari 9 kotak yang terdiri dari 48 batang korek api. Satu kotak itu berbentuk persegi dan tiap sisinya berjumlah 2 batang korek api. Disini kami beri waktu 1 menit 30 detik harus sudah selesai. Dan, diantara 5 kelompok, hanya satu kelompok yang mampu menyelesaikannya dengan baik.

Hukuman untuk kelompok ini ditangani dan diciptakan oleh Rizal, yaitu memidahkan api secara estafet. Seluruh anggota kelompok tadi berbaris kesamping dan duduk, masing-masing diberi 1 batang korek api yang telah dipotong ¼ batangnya. Kami memberi api  dari ujung satu dan harus masih menyala diujung yang lain. Kami hanya memberi 1 kali kesempatan lagi apabila mereka gagal.

Pak Solikin datang di posku sebelum peserta datang dan mengusulkan satu buah game lagi yaitu menjatuhkan (lebih tepatnya menjentik dengan jari, Jawa : nyelentik) bagian atas korek api yang telah dipasang dengan satu mata ditutup dan berjalan tanpa berhenti. Butuh kejujuran dan ketelitian untuk menjatuhkan batang korek api tersebut karena kami telah mencoba melakukan itu tapi yang kami bisa lakukan ialah menjentik angin. Hanya satu kelompok yang melakukan game ini dan yang lainnya tidak karena keterbatasan durasi waktu yang dimiliki.

Setelah itu, kami memberi tanda ‘bintang’ pada ID Card ketua kelompok dan nilai plus (kisaran satu hingga empat) pada masing-masing peserta. Apabila peserta tersebut aktif dan kreatif serta tak terlihat malas maka plus yang diberikan bisa sampai tiga ataupun empat. Namun apabila peserta tersebut pasif, diam atau berpangku tangan maka akan diberikan plus hanya satu atau dua atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Pemberian nilai selesai dan kelompok tersebut diminta kembali ke pos 4 untuk beristirahat dan mengisi perut.
Ternyata, menjadi panitia tak semudah apa yang pernah ku pikirkan. Mempersiapkan properti, rapat dan diskusi, memandu peserta, mengawasi tiap  peserta dan menjaga image ialah apa yang ada dibalik layar seorang panitia. Tak kukira mereka lebih lelah dari peserta sekalipun. Peserta, mungkin hanya mempersiapkan perlengkapan untuk masing-masing dari mereka. Namun panitia, mempersiapkan perlengkapan untuk semua peserta.
Hari kami akhiri dengan senyum mengembang dan bersantai sejenak untuk mengisi perut. Setelah itu kami mampir ke museum sebentar untuk melihat-lihat peninggalan bersejarah atau hanya sekedar berfoto saja. Terakhir, kami pulang ke sekolah dengan naik angkutan umum bagi peserta dan pulang dengan sepeda motor bagi sebagian panitia.
Betapa panjangnya hari sabtu ini. Tapi, meskipun lelah mendera tubuh, kami merasa puas karena kami bisa melihat kinerja dan sifat masing-masing anggota IPM. Kami akan melihat siapa diantara mereka yang pantas memimpin IPM tahun depan. Paling tidak, kami sudah ada bayangan dan pandangan siapakah Mr. Right tersebut untuk memajukan IPM ditahun selanjutnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template