This love
was out of control
Tell me where did
it go?
–Pierce The
Veil
Seminggu
terakhir, aku terbangun jauh lebih lambat dari alarm yang ku pasang. Tapi, khusus hari ini, aku bisa kembali terbangun
tepat waktu. Sebenarnya, aku masih ingin berkubang di dalam kesenyapan,
menghabiskan hari bergelung di ranjang dan mendengarkan lagu cengeng hingga
petang menjelang. Namun, hari ini aku sudah berjanji pada Robbin, staf HRD, untuk masuk. Satu hari lagi ku
habiskan tanpa keterangan, maka SP1 akan dilayangkan. Aku tidak mau membuang waktu
untuk mencari pekerjaan baru di tengah usia 27 seperti ini.
Dengan malas, kusibakkan tirai.
Langit masih berwarna kebiruan, larik-larik jingga menghias ufuk timur. Alam
masih menampakkan keindahannya, rupanya. Ku kira, tak ada lagi yang bersahabat
denganku. Kondisi luar kamar apartemen rupanya berbeda jauh dengan di dalam.
Jangan tanya kenapa tumpukan box pizza
belum dibuang, bungkus saus berceceran maupun pakaian tergeletak di seluruh ruangan.
Dalam kondisi kejiwaan yang normal, aku tak betah membiarkan debu sedikitpun
bersarang di kamar. Tapi, sungguh berbeda dengan yang terjadi selama seminggu
terakhir.
Ayo,
Dave, lawan setan-setan yang bersarang di kepalamu, bisik suara itu.