Minggu, 04 Desember 2016

PKL di Ngawi [Hari Ketiga]

Sabtu, 3 Desember 2016
Pagi ini diawali dengan belanja ke pasar. Aku ikut Angel dan Ilham belanja karena penasaran dengan pasar disini seperti apa bentuknya, hehe. Jam 6 pagi kami berangkat, aku membawa uang 20 ribu (buat nyari sarapan atau gorengan daripada kelaparan nunggu temen-temen masakin) dan kamera digital. Sekalian bikin video untuk ngerekam suasana sekitar.
            Setelah berjalan kurang dari 10 menit, kami sampai juga di pasar desa Pelangkidul. Rame juga, semua pada belanja jam segini. Pertama-tama, Angel menuju ke penjual sayur. Ia membeli kacang panjang 1000. Nyari kecambah buat pecel, tapi rata-rata pedagang menjual kecambah untuk rawon. Akhirnya nemu kecambah yang diinginkan dan membeli 3000 sekaligus. Kami membeli telur, bumbu, kerupuk dan aqua gelas sekardus juga. Sementara aku membeli 12 biji gorengan yang terdiri dari tahu isi, dadar jagung dan cireng goreng. Semuanya harganya Rp. 500. Jadi totalnya Rp. 6.000.

            Sesampainya di rumah langsung sarapan gorengan. Eh gorengan yang ku sangka cireng, ternyata ketan manis yang digoreng! Ya ampun, penampakannya mirip sumpah. Jadi, gak dimakan deh. Aneh banget, rasanya manis dan lengket-lengket gitu. Padahal aku beli 4 biji. Kan sayang juga kalau dibuang, tapi terpaksa deh.
            Namun, seperti pagi kemarin, pagi ini juga kami dimasakin oleh Bu Kades. Ngerasa sungkan juga sih, tapi gimana lagi. Belanja kami akhirnya dibuat untuk makan siang dan makan malam aja. Setelah sarapan, ada rapat kecil-kecilan yang dibuka Mela. Isinya saling mengingatkan antar anggota kelompok dan kesediaan untuk bekerjasama tanpa merasa keberatan. Kami juga rundingan soal pengabdian masyarakat dan tetep nyari responden hari ini karena kami kurang beberapa puluh orang.
Setelah rapat, kami langsung menyiapkan barang-barang untuk pengabdian masyarakat nanti. Fissa mengeluarkan balon warna-warni, alat pompa balon dan stick plastik untuk mencantolkan balon biar nggak terbang atau lari kemana-mana. Kami bekerjasama untuk menyiapkan balon. Ada yang mengisi angin ke balon, ada yang ngiket balon dan ada yang mencantolkan balon ke stick plastik itu. Rencananya, balonnya nanti bakal dikasih ke anak-anak yang kami undang untuk acara mendongeng sore ini.
Aku tepar dan ketiduran setelahnya. Sorry rek, hehe. Semalem aku tidur jam 1 malem akibat nulis di blog. Lalu bangun-bangun sudah jam 1 kurang, dan aku nyuci muka untuk bersiap nyari responden lagi sama Angel. Nggak ada target sih, jadi kami keluar masuk gang seraya berharap menemukan responden.
Kami melintasi jalanan kampung sebelah kiri, lalu tembus ke depan persawahan yang dulu kami lewati. Sepanjang perjalanan, kampung terlihat sangat sepi dan jarang ada orang. Mungkin pada istirahat atau tidur siang, mungkin juga pada santai sembari nonton TV di dalam rumah masing-masing. Di kampung juga banyak banget ayam dan anak-anaknya, membuat Angel terkesima. Lucu, katanya. Rasanya pengen dia pegang dan bawa pulang, tapi urung ketika melihat tampang galak induknya.
Kami lalu berjalan menuju sebelah kanan, ke arah balai desa. Aku sempat mengeluh soal telapak kaki dan betis yang sakit. Nggak sanggup deh buat jalan dan pengennya di rumah aja (dasar manja!). Gimana nggak, jalan hanya dengan sandal di setapak yang dipenuhi batu kerikil. Rasanya kayak pijat refleksi, haha. Bahkan, kayak naik gunung (dengan kontur jalan gak rata, becek dan berkerikil itu). Bedanya, jalannya datar dan nggak menanjak.
Kami menjamah gang yang belum pernah kami injak. Disana ada banyak anak kecil. tapi usia SD. Jelas bukan target responden kita. Disana juga ada anak perempuan kecil yang mengenal Angeline, anak itu terlihat ekstrovert dan bawel, beda dengan anak-anak lain seusianya. Ada juga anak kelas 4 SD yang bertanya apakah acara di rumah pak kades jadi diadakan. Angel menjawab, “Iya jadi. Setelah ashar ya,” katanya.
            Sudah jam 14.20 dan kami memutuskan balik ke rumah. Tak menemukan satupun responden yang berkeliaran jam segini. Sebelum itu, kami mampir ke warung deket pos ronda dengan poster Jokowi-JK. Aku membeli es dawet dan siomay, sementara Angel membeli es susu Frisian Flag. Setelah cangkruk sejenak, kami membeli aqua kardus (Rp.13.000), dan aku membeli jajanan buat di kereta besok. Angel membawa aqua kardusnya dahulu, kemudian bergantian dengan aku karena ia nggak kuat. Emang berat sih kardusnya. Pertama aku bawa di pundak tapi karena berat, aku angkat di atas kepala. Dan surprisingly, enteng dan gak sakit!
            Di depan Gotong Royong gang 1, Angel menemukan anak perempuan pakai seragam pramuka, SMP kelas 3 dan segera menjadikannya responden. Setelah itu kami balik ke rumah, dan menyiapkan buat pengabdian masyarakat. Tak hanya balon, kami juga menyiapkan gorengan sebungkus penuh (lalu ditaruh di piring), aqua gelas dan jajan rentengan.
            Satu persatu anak berdatangan kemudian. Ada yang diantar orang tua, kakak dan ada pula yang sepedaan sendiri kesini. Rata-rata anak SD kelas 1-3. Mereka ditanya-tanyain dulu, untuk membuat mereka nyaman dan akrab. Lalu, setelah ada 20-an anak, acara PengMas dimulai. Fissa yang memandu jalannya acara. Ia mengawali dengan pidato singkat mengenai pentingnya berbicara di depan umum, tapi tentu dengan gaya bahasa yang mudah dipahami anak kecil. Setelahnya, ada nyanyi bersama dengan lagu, “Kalau kau suka hati tepuk tangan”. Anak-anak terlihat ceria, riang gembira dan antusias.
            Lalu, Fissa mulai mendongeng. Ia menceritakan kisah mengenai Leon, si singa yang sombong. Ada wayang-wayangan dari kertas, bergambar gajah, singa, kodok, sapi dan kelinci yang digambar oleh kita tadi. Anak-anak terlihat antusias dan merespon ketika didongengin. Mereka tertawa-tawa gembira dan menjawab ketika ditanyai. Senengnya ngeliat mereka tertarik dengan dongeng.
            Setelahnya, anak-anak itu ditantang untuk maju ke depan. Dipilih 4 orang saja, karena stock hadiah yang terbatas. Hampir semuanya ngacung karena tertarik dengan hadiahnya, hehe. Lalu, mereka rata-rata nyanyi lagu anak-anak, dan nggak bercerita tentang dirinya. Mungkin lebih mudah nyanyi dibanding bercerita. Acara kemudian ditutup dan anak-anak keluar sembari membawa balon dan jajan, lalu pulang ke rumah masing-masing.
            Yeay! PengMas is over! Kami bersantai di depan teras sembari ngobrol-ngobrol. Kami juga membeli pentol bakar dengan uang kas hasil urunan. Lalu, mandi dan bersih-bersih, karena setelah magrib kami akan berkeliling untuk mencari responden lagi. Masak lalu makan dulu dong sebelum berangkat untuk mengisi energi. Gak pingin ribet, kami memasak mie dan telur, yang dimasak oleh Angel dan Ilham.
            Malam-malam jam 19.30, kami berangkat menembus malam. Oke, ini saturday night (satnite, a.k.a malam minggu) dan keadaan lumayan sepi. Beda bangetttt ama Surabaya, jam segini mah jalanan lagi macet-macetnya, dipenuhi orang-orang yang ingin kencan hehe. Namanya juga pedesaan, anak-anak disini hangout tak jauh dari rumah mereka. Cangkruk di rumah temen, balai desa atau di warung. Paling banter sih ke alun-alun di kota sana.
            Untungnya, di depan bengkel ada banyak anak cowok. Ada juga anak-anak cowok di depan teras rumah. Mereka rata-rata mau jadi responden, tapi mereka genit dan modus ke cewek-cewek wkwk. Bahkan, minta pin BB tapi Mela beralasan gak pake BBM. Ica malah dengan bonek (bondo nekat), nyamperin anak cowok dengan lagak preman lalu meminta Facebook atau BBM. Tujuannya buat mengetahui sih gimana aktivitas mereka di sosial media, bukan buat modus, ahahah.
            Lalu, kami pergi ke balai desa. Ada 2 mbak yang kemarin kita temui, yaitu Sherly dan Dewi (yang akrab disapa Dhewor). Mereka lagi WiFi-an gitu. Setelahnya, kami berjalan ke arah jalanan yang sepi (namun masih ada rumah), dan berharap menemukan responden lagi. Tapi, nihil karena lumayan sepi. Walau ada kejadian kita disamperin 2 anak cowok usia SD dan mereka minta nomor HP Angeline. Tapi mereka terlihat gupuh,  waktu dimintain balik kontak FB atau BBM, dikira kontaknya bakal dikasih ke polisi. Ngapain coba, dikira kita mata-mata aparat dan mereka bertindak kriminal? Dasar anak kecil wkwk.
            Jam 21.30 kami balik ke rumah, lalu merekap kuisioner yang 100% terisi! YEAH! Tapi kita belum input data, hanya merapikan saja. Nanti lah pas di Surabaya. Toh, diantara kami belum ada yang bisa pakai program SPSS. Gimana koding dan lain-lain, kita masih buta. Gitu kok nggak diajarin sama dosen sih. Dikira kita anak statistik yang canggih apa, diajarin juga nggak pernah hiks :(
            Jam 22.00, anak-anak tidur. Belum pada packing, karena mereka tumbang duluan. Aku baca novel sampai jam 23.00 lalu tidur.
Nggak kerasa ini hari terakhir.
Besok sudah pulang lagi ke Surabaya.

Dan aku belum siap menghadapi tugas-tugasku di dunia nyata. AHA! 

BACA JUGA!
·         PKL di Ngawi (Hari Pertama)
·         PKL di Ngawi (Hari Kedua)

·         PKL di Ngawi (Hari Keempat)

0 komentar:

Posting Komentar

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template