Senin, 05 Desember 2016

PKL di Ngawi [Hari Keempat]

Minggu, 4 Desember 2016.
Malam ini tidurku nggak nyenyak. Sedikit-sedikit terbangun, lalu tidur lagi. Akhirnya, jam 4 pagi aku memutuskan untuk bangun saja, sembari melenggang ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus berganti pakaian. Setelah aku, giliran anak-anak untuk mandi. Segera ku kemas-kemas barang bawaan dan ku masukan ke tas. Lalu, aku membuka laptop untuk menuliskan artikel “PKL di Ngawi [Hari Ketiga”. Satu jam kemudian tulisanku selesai dan ku unggah langsung ke blog.
Sesudah packing, kami bersiap-siap untuk pamitan. Kami menyerahkan satu kotak yang berisi satu set teko beserta uang dalam amplop ke Bu Kades. Beliau berpesan agar hati-hati di jalan sekaligus kalau ada kesempatan main ke Ngawi lagi, jangan sungkan-sungkan untuk menginap di rumah beliau. Kami berfoto bersama di depan rumah bersama Pak Kades, lalu pamitan dan memasukan tas ke dalam mobil.

Ugh... Kami bakal rindu deh rumah kayu jati yang memesona ini. Rumah kayu yang sejuk, dingin dan nyaman. Begitu pula kamar mandinya yang luas dan teras depannya yang langsung menghadap ke arah sawah. Kangen juga saat berburu responden remaja dan melihat ekspresi mereka yang salting waktu ditanya-tanyain. Kangen gorengan enak di deket pos ronda juga. Satu-satunya yang nggak dikangeni sih jalanannya yang bergelombang, becek dan berkerikil, bikin sakit soalnya haha.
Jam 06:10 kami sudah dalam perjalanan ke Stasiun Paron. Kami melewati jalanan aspal sempit yang berlubang-lubang, namun tak lama kemudian kami lewati jalanan aspal yang agak luas. Kanan-kiri dipenuhi dengan area persawahan padi, semuanya masih hijau karena masih berusia muda. Rupanya, kami datang di saat musim tanam tiba. Jangan lupakan bahwa Ngawi adalah salah satu lumbung padi terbesar di Jawa Timur. Mungkin karena sebagian besar areanya adalah dataran rendah, maka amat cocok bila ditanami dengan padi.
Sekitar 20 menit kemudian, kami sampai di Stasiun Paron. Disana sudah ada kelompoknya Chera dan Farkey. Kami berpamitan dan berterima kasih dengan mas-mas yang mengantar kami, lalu menaruh tas di tangga dekat pintu masuk stasiun.  Lalu, karena rasa lapar melanda, kami beranjak menuju warung bakso dan mie ayam. Satu kelompok memesan bakso dan dibayari oleh uang kas yang tersisa, hehe, senangnya gratisan :)
Baksonya lumayan juga, walau kuahnya biasa saja. Satu mangkok berisi 4 butir bakso kecil dan satu butir bakso berukuran besar. Wah, walaupun tanpa nasi atau lontong, kayaknya bakal kenyang nih. Seperti biasa, aku membubuhkan satu sendok penuh berisi sambal, itu pun masih kurang pedas. Harganya cuman 10.000 per mangkok, nambah minum juga ukuran 1,5 liter air mineral dingin cuma 5.000! Nggak rugi, apa ya?
Setelah itu, kita cangkruk di dekat tas yang kita taruh sembarangan. Semakin lama, semakin banyak anak yang berdatangan. Wajah anak-anak begitu hepi dan dipenuhi aura kegembiraan. Entah gembira karena bakal balik ke Surabaya, atau gembira melihat temen-temennya lagi. Langsung deh, begitu naruh tas mereka langsung heboh ngobrol satu sama lain, menceritakan pengalaman masing-masing di desa tempat mereka tinggal.
Nunggu kereta dateng lumayan lama, jadi kami habiskan waktu dengan mengobrol. Katanya sih, kereta datang jam setengah sepuluh. Jam 8.30, kami memasuki area dalam stasiun. Seperti biasa, menunjukan boarding pass warna oranye dan KTP, lalu duduk di ruang tunggu.
Sekitar jam 9, barulah kami dipersilahkan memasuki area peron. Menanti di jalanan yang serem banget, karena jaraknya dengan rel kereta cukup sempit. Harus berhati-hati juga supaya nggak jatuh. Kami mendapat jatah di gerbong nomer 5, seperti biasa nomer kursiku terpisah dari temen sekelompok. Aku dapet nomer 22D, entah nanti bakal duduk sama siapa. HIKS! :(
Anak-anak mulai memasuki gerbong, mencari kursinya masing-masing. Aku dapet nomer 22D, tapi ambil kursi 22E karena pengen ngeliat pemandangan dari jendela. Selalu dan selalu betah liat pemandangan, membiarkan pikiranku mengembara kemana-mana. Agak stres karena sadar akan kewajibanku nanti di dunia nyata, yakni tugasku sebagai koor pubdok sekaligus bagian pendanaan di event UMC After Exam. Tapi, mengingat waktuku tinggal 1 minggu saja di UMC, membuatku senang! Setelah menggarap video dokumentasi, aku bisa bebas! Kecuali... kalau dananya nggak mencukupi (merugi) dan mau-nggak mau harus jualan lagi di CFD Bungkul :)
Ternyata, aku duduk sama Riris (di sebelahku), Firman (di depanku) dan Ilham (di samping Firman). Firman terlihat lelah (katanya abis begadang nggarap SPSS) dan memutuskan untuk segera tidur begitu mendapat kursi. Lol, aku jadi inget kelompokku belum input data sama sekali (sedih), SPSS pun nggak ada yang bisa. Yaa.. bukan salah kita sih (sepenuhnya), harusnya dosen juga mengajari dulu sebelum kita berangkat, bukan malah melepaskan begitu saja, hehe. Tapi, ngurusin itu nanti dulu deh. Sekarang di kereta saatnya istirahat ^_^
Kereta mulai berjalan perlahan-lahan. Semakin lama, laju kereta semakin cepat. Selamat tinggal Ngawi, yang menggoreskan kesan mendalam di hati kami. Terima kasih buat temen-temen panitia PKL dengan segala fasilitas dan kerja kerasnya. Terima kasih juga buat warga kecamatan Kedunggalar, kabupaten Ngawi, dengan segala keramahan dan penerimaannya pada orang asing seperti kami semua. Rasanya, 4 hari berlalu sedemikian cepat. Padahal masih betah :(
Aku memandang Lawu yang berdiri kokoh di kejauhan. Ah, Lawu, kau terlihat magis dan memesona. Ia terlihat begitu tinggi dan gagah perkasa dari tanah tempatku berpijak sekarang. Mungkin, karena aku sekarang tengah berada di dataran rendah, maka gunung setinggi 3.265 mpdl itu terlihat begitu menjulang ke angkasa. Puncak Lawu hampir selalu tertutup awan tebal, kecuali saat pagi hari, dimana aku menjumpainya bersih dari awan.
Tak bisa dipungkiri, aku memang selalu terpesona dengan gunung. Bagiku, gunung adalah tempat yang suci, sakral dan spiritual. Jauh dari hingar-bingar peradaban dan kegilaan perkotaan. Tempat dimana kau jauh dari segala zona nyaman, tempat dimana kesombongan adalah hal yang mutlak harus disingkirkan. Berada diatasnya membuatku dekat dengan Tuhan, sekaligus juga sangat dekat dengan kematian apabila kita tak cukup berhati-hati dan mawas diri. Tapi, gunung mengajarkan kita menjadi pribadi yang lebih sederhana, namun juga menempa diri untuk lebih kuat, tangguh dan tidak manja. Itulah kenapa, aku sangat terobsesi dengan gunung, walaupun aku hanya bisa mendaki 3 sampai 4 kali saja dalam setahun. Angka yang terlalu sedikit bagi seseorang yang selalu ingin berada di dalam lebatnya hutan, dinginnya udara malam, tidur di bawah tenda dan memandang kerlap-kerlip lampu kota dari puncaknya.
Sepanjang jalan, aku hanya membisu, menatap areal persawahan yang luas, sungai-sungai yang sesekali terlihat, gunung di kejauhan dan rumah-rumah penduduk yang berdiri tak jauh dari rel kereta api. Pikiranku berkelana, sembari mendengarkan Kellin Quinn berteriak-teriak melalui headset di telingaku. Pengennya nyanyi, tapi nggak dibolehin sama Ilham soalnya orang-orang pada tidur, wkwk.
Kereta dijadwalkan tiba di Stasiun Gubeng pada pukul 2 siang. Sempet ketiduran 20 menit, kemudian bangun lagi. Bosen. Akhirnya aku memutuskan untuk nelpon Tita via LINE, tapi nggak kedengeran karena suara kereta yang berisik (this is the reason why I hate train and more prefer to bus). Padahal kan kangen. Pingin ngobrol juga soal segala yang terjadi saat kami berdua tak bertemu, hehe.
Jadi, aku nge-chat Tita. Nggak puas kalo cuman nge-chat, tapi gimana lagi.
Di Stasiun Sepanjang, sebagian anak pada turun. Entah Dwinita, Yanu, dll. Rumah mereka di Sidoarjo, nggak heran mereka milih tempat yang lebih deket dari rumah. Begitu pula sebagian anak yang turun di Stasiun Wonokromo. Tapi memang sebagian besar pada turun di Stasiun Gubeng, termasuk aku.
Alright, aku harus hati-hati buat jalan karena rasanya sobekan di celana jeansku bagian paha semakin besar saja. Ini mengingatkanku agar olahraga! Sudah berapa banyak celana yang sobek dan nggak muat. Kemarin malah jas hujanku yang mahal juga sobek bagian paha, rasanya pengen nangis aja karena jas hujan itu amat dibutuhkan saat naik gunung Januari nanti! :(
Aku menemui Ayahku lalu beranjak pulang ke rumah. Ditawarin beli makanan, tapi lagi males. Lebih seneng kalo ketemu kasur dan segera tidur! Ehehehehe. Tepar hayati. Kayaknya besok Senin bolos kuliah aja deh hihi.

Thanks to:
·         Tuhan yang meridhoi setiap langkah kita
·         Orangtua yang nggak henti-hentinya berdoa supaya semoga baik-baik saja
·         Dosen tersayang Bu Ida dan Pak Yayan
·         All Commers 2014 (dan beberapa Commers 2013 dan 2012)
·         Kelompok 12 PKL (Ilham, Angel, Fissa, Ica, Mela)
·         Pak Kades dan Bu Kades sekeluarga
·         Seluruh penduduk desa Pelangkidul, kecamatan Kedunggalar, kabupaten Ngawi
·         Semua responden remaja yang telah kami tanya-tanyain hehe
·         Anak-anak SD yang bersedia ikut acara dongeng yang antusias dan ceria (program Pengabdian Masyarakat kita)
·  Anak-anak SMP yang bersedia datang buat materi fotografi, walau ujung-ujungnya mereka....kayak gitulah :(

BACA JUGA!
·         PKL di Ngawi (Hari Kedua)
·         PKL di Ngawi (Hari Ketiga)

0 komentar:

Posting Komentar

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template