Selasa, 20 Desember 2016

Diklat APS 2016 [Hari Kedua]

Hari ini (Sabtu, 17 Desember), aku cuman tidur satu jam setengah. Apalagi kalau bukan karena nulis live report diklat di blog. Aku terbangun jam 5 pagi, dan beberapa panitia sudah berdiri di depan pintu, saling ngobrol dan bercanda. Aku bergegas bangun, ambil hape dan DSLR milik Shella, lalu berlari ke pantai, tanpa cuci muka, ganti  baju atau mandi. Suara ombak yang berdebur keras membangunkan instingku, aku penasaran sekali pengen tau seperti apa wujud pantainya. Dan aku menemui satu pemandangan menonjol: laut.
Pagi dari Sowan!
            Kalau kondisi sudah terang begini terlihat indah sekali. Mari kita deskripsikan satu persatu. APS tinggal di rumah kayu kecil bercat warna biru muda dan putih, terletak hanya beberapa puluh meter dari bibir pantai. Halamannya berumput hijau segar, dan keluar dari sana ada jalan lebar. Ada tiga percabangan jalan: lurus, kiri atau kanan. Lurus menuju ke ujung tebing yang curam, menghadap langsung ke laut dengan ombaknya yang bergelora. Kiri, adalah dataran berpasir berkombinasi dengan rumput dengan pepohonan lumayan lebat, dan biasa digunakan untuk area camping. Sementara, kanan adalah jalan untuk menuju ke pantai. Jalan resmi, sudah dibikinkan setapak untuk memudahkan pengunjung berjalan-jalan.

            Karena belum ngerti mana tempat yang bagus, jadi aku berjalan lurus dan menemui ujung daratan yang curam, seperti tebing. Di bawah sana, sekitar 3-4 meter, sudah ada permukaan berpasir dan sempit, yang dari depan dihantam ombak dan pasirnya sendiri dipenuhi dengan...SAMPAH! Di tebing itu, ada kursi dari batu yang telah disemen, kalau mau duduk bisa, cuman agak berbahaya karena kondisinya terlalu dekat dengan jurang. Tapi aku tetep duduk disana, sembari berusaha mengumpulkan nyawa, mengucek-ucek mata dan menikmati pemandangan.
Masih serba biru
Ombak pagi~
Kotor yha
Tempat kita tinggal bukan di rumah yang itu btw
Langit masih berwarna biru, lama-kelamaan beranjak menjadi terang. Aku memotret beberapa gambar. Auliya datang dan memberitahu kalau pantainya ternyata biasa aja, masih bagusan pantai di pulau tempat dia tinggal. Maafkan kami yang norak, maklum jarang liat pantai (walau di Surabaya ada sih, tapi....begitulah). Lalu, anak-anak (APS 2014 dan 2015), jalan-jalan pagi berkeliling pantai. Ikutan aja jalan-jalan, siapa tau ada spot bagus buat difoto. Sesekali berhenti sebentar karena nemu objek bagus, kemudian jalan lagi.
Beauty
            Ternyata luas juga Pantai Sowan ini. Ada jalan setapak yang panjangnya beberapa kilometer, dan semakin jauh kita berjalan, semakin bagus pemandangan yang kita dapatkan. Yang menarik adalah pasirnya yang putih, pepohonannya yang lebat dan ada pohon cemara juga! Ukurannya bervariasi, mulai dari puluhan sentimeter, hingga 3 meter. Keren.
            Di beberapa titik, aku menemukan setumpuk bangkai kepiting yang dibiarkan membusuk. Baunya....mmm, sesuatu. Amis banget, kalau nggak terbiasa kita bisa muntah menciumnya. Asumsiku sih kepiting ini dijala oleh nelayan dan karena cuman kepiting kecil yang nggak berdaging dan nggak bisa dijual, akhirnya digeletakkan begitu saja sampai jadi bangkai. Selain itu, di setiap sudut hampir selalu ada sampah. Padahal, kalau bener-bener mau menjaga, potensi pantai ini besar banget untuk jadi terkenal di kalangan wisatawan! Nggak cuman Bali, NTB, NTT yang punya pantai bagus, disini juga bisa jadi pantai yang bagus asal terawat dan kebersihannya terjaga. Apakah salah pengunjung, yang ‘bodoamat’ membuang sampahnya ke sembarang tempat? Atau pengelolanya yang terlalu abai, karena tak menyediakan tempat sampah di kawasan wisata? Harusnya sih ada tempat sampah tiap beberapa meter sekali, dan ada poster dengan larangan untuk membuang sampah seenaknya. Kalau ketahuan petugas, bisa kena denda. Gitu mungkin bisa ya....kalau memang niat menjaga kebersihan pantai ini.
            Anak-anak mulai membahas hal kemarin, yang aku secara insidental jatuh dari pijakan kursi dan membuat kursi itu rusak. Awalnya sih masih biasa, tapi lama-kelamaan malah jadi bullying dan itu annoying. Seberapa lucu sih melihat temannya dapet musibah (walau dalam skala kecil) seperti itu? Jokes-nya lama kelamaan jadi basi dan menyakiti. I’m done with this, aku nggak marah sih, cuman risih aja, jadi aku berjalan menjauh tanpa menengok lagi ke belakang. Mencari sendiri tempat yang bagus untuk dipotret, serta menyepi dengan alam, seperti niat awal datang kesini.
Hidden Paradise~
Bersandar
Jejak kaki manusia
I was there for 30 minutes
Sit here and watch the sea
Lighting bomb!
Another one
Alright, aku berjalan dan terus berjalan. Kemudian, aku nemu spot yang lumayan bagus. Jalannya turun dan curam, tapi bisa kulalui dengan selamat. Tempatnya agak tersembunyi, dan di pasir putihnya masih banyak sampah. Langkah demi langkah ku lalui, dan aku menemukan secuil tempat yang lebih bersih dibanding tempat lain. Ada beberapa kapal bersandar di laut, tak jauh dari bibir pantai. Ada sekumpulan pohon-pohon cemara setinggi 2 meter dengan tanaman merambat yang ada di bawahnya. Lumayan indah, jadi aku memutuskan untuk duduk disana, di atas pasir yang steril dari sampah. Di pasir-pasir itu sering terlihat kepiting kecil dengan warna transparan keluar masuk.
            Aku berada disana selama sekitar 30 menit. Merenung, memandangi kejauhan. Disini sangat sepi orang, kalaupun ada nelayan itu hanya ada 1-2 orang dan jarak mereka denganku sekitar puluhan meter jauhnya. Ah, ombak yang menghantam bibir pantai terlihat lebih lembut, ingin rasanya ku menulis sepenggal puisi atau se-chapter kisah fiksi, namun aku tak membawa buku atau pulpen. Lalu, aku beranjak, berdiri di dekat air dan merasakan ombak menghempas kaki. Juga mengejar kepiting-kepiting, tapi mereka cepat sekali menghilang -_-
I wish you were here
Cemara yang sengaja ditanam
Siluuuuul 
Gadis di tepi pantai
Akhirnya, jam 06:20, aku pergi dari sini. Dan aku bertemu Shella di jalan setapak yang dekat dengan rumah kayu. Ia menuju ke arahku dan minta difotoin, lalu dia gantian motret aku, walau cuma 3 foto aja. Aku kemudian tersadar, sedikit banget fotoku disini -_- Padahal tempatnya bagusss banget, ciamik lah kalau buat hunting. Kok ga kepikiran ya.... Kebodohan mesti -_-
Kelompok Shutter
Kelompok Rontgen(?)
Kelompok Tripod
Bagi-bagi kamera buat hunting
Yuk berangkat!
Ikuti arah jalan
Setelah itu, mandi dan acara dimulai dengan hunting peserta diklat. Siap-siap mulai jam 8.30 dan resmi dimulai jam 8.50. Ada 3 kelompok, mereka adalah Shutter, beranggotakan 11 orang (pakai baju warna biru), Rontgen, anggota 7 orang (pakai baju warna putih) dan Tripod, anggota 9 orang (pake baju warna merah). Tiap kelompok punya PK, ada 3 PK, yaitu Fafa, Angger dan Shella. Aku sebagai pubdok ikut mendampingi kelompoknya Shella (kelompok Tripod).
Hunting ini ada aturannya. Yang pertama dan paling penting adalah jangan mendekati makam (kuburan) dan jangan memotret makam. Kedua, tiap kelompok dikasih waktu 1,5 jam dan boleh memotret maksimal 36 jepretan. Ketiga, ada 3 genre yang harus dipotret: landscape, macro, human interest dan still life (kalo ga salah). Apalagi, ya? Lupa, hehe.
Berhenti di sini sebentar
Arah panah untuk hunting
Pada sibuk semua niiih
Silul dan aquh :)
Oke, jadi aku, Shella dan tim Tripod langsung jalan-jalan. Pas di dekat padang rumput, mereka berhenti buat motret sekitar. Lalu, ada Zakky dan Shelby datang pakai motor sembari bawa DSLR dan kamera fish eye. Aku kepo pengen nyoba naik motornya Shelby dan akhirnya nyoba deh, keliling-keliling bentar. Ternyata NMAX gak seberat yang ku kira, walau body-nya gede.
            Jalan sebentar lagi, trus ada turunan ke bawah. Tim Shutter mulai turun ke bawah, dan aku duduk-duduk di gubuk. Ditanya-tanyain sama bapak-bapak, kayak kita dari mana, jumlahnya berapa, semester berapa, dan sejenisnya. Trus, kita semua berjalan menuju pantai. Berpencar semua deh di lokasi itu, karena pada sibuk motret sendiri-sendiri. Aku berjalan menuju pantai dan menjauh dari keramaian. Ada misi rahasia, yakni menulis pesan di kertas untuk beberapa orang hehe. Dan ada satu pesan yang ku tulis untuk seseorang, tapi jelas gak bakal ku upload kesini (malah masih mikir-mikir, apa bakal ku kirim ke dia).
For my gurl :3
Untuk Julistra Banyu Anggara,
seseorang yang pengen banget ku culik dan ku bawa pulang
       Dengan background laut, ombak, pasir dan langit, pesan-pesan di kertas yang ku potret ini jadi terlihat ciamik. Dan setiap kali jalan-jalan, gak pernah lupa ngirim buat Tita, sobatku yang paling cocok buat ngobrol soal apapun. Walaupun nyebelin sih karena dia selalu sibuk ama tugas-tugasnya. Ah, dasar anak akuntansi!
            Setelah selesai, aku kembali ke daratan berumput. Disana panitia sudah mulai banyak. Bahkan, mereka bikin video boomerang (khasnya Instagram), tapi aku telat datang, jadi nggak ikutan. Setelah itu, kami duduk-duduk sembari memandang laut. Ngobrol-ngobrol sembari guyonan gitu, malah kita bikin video klip ala-ala Meteor Garden wkwk geblek. Mau bikin Mannequinn Challenge tapi nggak jadi, katanya nanti aja pas di rumah kayu, soalnya disini keliatan kalau ada ombak yang gerak-gerak dan angin yang menghempas dedaunan.
            Tiba-tiba, ada bakul pentol lewat. Langsung deh, wajah-wajah kelaparan mulai mengerubungi. Gak lama, ludes pentolnya, soalnya hampir semua pada beli, wkwk. Setelah makan itu, pada nyari air karena kehausan. Lalu, sekitar jam 12 kita kembali buat ishoma dan beristirahat. Sebagian ada yang memanfaatkan waktu ini buat tidur. Lalu, jam 1 sampai jam 2 makan siang di rumah sebelah kantin. Disediakan nasi, telur dadar, tahu goreng dan sup (tapi gak ada sambal...hiks!) sementara untuk air bisa ambil dari panitia atau beli sendiri di kantin.
Kebun binatang mini
Suara mereka merdu lho
Pelihara ular juga
          Waktu itu, aku baru bangun dan Risca menyuruhku buat makan. Akhirnya, aku kesana sendirian. Sudah ada Ariani dan Auliya yang sedang makan, juga beberapa peserta diklat. Setelah itu, aku pergi ke kandang-kandang hewan yang ada di depan kantin. Ada kandang burung, kandang monyet (berisi 3 ekor monyet) dan kandang ular phyton. Karena wajah-wajah monyetnya yang melas, akhirnya aku menuju ke rumah sebelah kantin (tempat dimana makan siang peserta + panitia diklat disediakan) buat ambil sepotong tahu. Lalu, aku bagi jadi tiga dan ku kasih ke monyet-monyetnya. Untungnya, mereka nggak beringas dan tahunya secara langsung ku beri dari tanganku ke tangan monyet (bukan dilempar). Tiba-tiba, ada Inas dan Adel (peserta diklat) dan penasaran ingin ikutan ngasih makan monyet. Ambil tahu lagi sepotong dan dilemparkan ke monyetnya.
            Lalu, ada Fafa muncul dan ngasih tau kalau di diklat tadi dia ngeliat ular yang sama dengan ular yang ada di kandang, katanya lagi bergelantungan di pohon. Di sebelah mana ya, kok aku nggak liat? Lagi asyik-asyik ngobrol dan mau balik, tiba-tiba salah satu monyet menerjang dan hampir menyerang Ariani. Dia njerit, dan aku yang gak ikut diserang pun ikut njerit (LOL). Untungnya, mereka dibekali rantai, jadi nggak sampai melakukan tindak kekerasan wkwk.
            Kemudian, Shella muncul dan kita duduk-duduk di bangku kantin. Mulai deh sesi cerita-cerita soal doi. Lebih spesifik: doinya Shella, dan dia berada di ambang kegalauan harus memilih salah satu diantara dua cowok yang lagi deket dengannya, wkwk. Mana saat cerita ini, hujan lagi turun rintik-rintik pula.
Genk malam tahun baru
            Lalu, acara dilanjut dengan diskusi foto dan perencanaan pameran buat angkatan baru APS 2016. Dimulai jam 2.30 atau jam 3 sore, aku lupa. Ternyata, hasil fotonya anak-anak bagus juga ya. Semua foto yang dipilih adalah hasil kurasi dari beberapa panitia yang memang sudah expert di fotografi, juga dari alumni seperti Mas Yanu. Beberapa yang mengagumkan adalah foto kepiting yang hampir jatuh dari tali, foto still life mainan atau landscape yang terlihat natural. Kita juga membahas soal pameran yang akan diselenggarakan oleh calon anggota baru APS 2016, beserta kapan tanggal pameran, bakal diadakan dimana, serta apa judul dan tema utama pameran itu.
Yang pake baju item adalah ketua pameran angkatan 2016
Gaya bebas
Memaparkan konsep pameran
Diliatin banyak orang~
Panitia yang melihat
Diskusi soal pameran
            Jam 17.30, semuanya selesai. Ada jeda waktu untuk mandi dan shalat maghrib. Lanjut makan malam peserta, lalu giliran panitia. Jam 20.30, kita mulai lagi acaranya, yakni pemilihan ketua panitia pameran angkatan 2016. Ada 4 calon yang diajukan, yaitu Jo, Ulul, Dewa dan satunya lagi aku lupa namanya. Dan, berdasarkan keputusan rakyat, yang diberi amanah untuk jadi ketua panitia pameran adalah.... Dewa! Selamat buat Dewa! Keliatannya anak ini emang dewasa dan bisa diandalkan, gak heran temen-temennya banyak yang milih dia. Lanjut, ada pemilihan sekretaris dan bendahara sebagai pihak yang juga penting. Dibahas juga kesepakatan mengenai kapan rapat perdana buat pameran angkatan 2016. Kalau nggak salah, dipilih waktu Rabu malam (mulai jam 18.30-selesai).
            Kalau nggak salah, selepas Isya ada rombongan anak 2013, 2012 dan 2010. Mereka kesini naik mobil pribadi. Untungnya mereka datang sebelum sesi perkenalan dimulai, jadi ada kesempatan mereka buat memperkenalkan diri.
            Jam 21.00, semua panitia masuk ke ruangan. Dari angkatan 2015, 2014, 2013, 2012 sampai alumni-alumni. Sekarang adalah ajang perkenalan, dari kedua pihak yaitu pihak peserta dan pihak panitia. Dimulai dari peserta dulu. Perkenalannya mulai dari nama, asal jurusan, hobi dan status. Hobi dan status nggak boleh sama, disini kita harus betul-betul kreatif buat memilih kata. Ada yang bilang, hobinya tidur, makan, baca, olahraga (agak mainstream) dan ada yang bilang kalau statusnya, “Hidup” “Sedang bernafas” “Ada” (kayak BBM aja nih wkwk),  dan lain-lain. Kadang, celetukan mereka bisa bikin ngakak seluruh ruangan. Berikut ini foto dari peserta diklat APS 2016:
Ini anak yang baru nyusul hari kedua
Pak ketu 2016
Lumayan ;))))
Yang paling berizik di 2016 :)
Ulul, dipanggil Ucul juga :D
Adik kelasku di Komunikasi
Yang sering dipanggil Jessica :)
Adeeeel 
Inas, adiknya mz Hanif
Nabila, yang ku kenal di PUKM
            Lalu, giliran panitia yang memperkenalkan diri. Dimulai dari angkatan 2015, dan karena aku yang paling pojok, aku yang pertama memperkenalkan diri. Aku bilang kalau hobiku adalah “Keluar masuk hutan” (lalu seantero ruangan ngakak dan Fafa memberi body gesture sebagai monyet atau semacamnya....sialan), dan statusnya “Masih terkenang” (anjirrr...jijay). Lalu dilanjut oleh Ida, Auliya, dan lain-lain secara urut. Beberapa ada yang kocak dan sengaja dibikin agar orang-orang ketawa, sebagian lagi yang secara fisik keliatan cakep, langsung peserta pada tepuk tangan dan memandangi lekat-lekat, wkwk.
Sesi perkenalan ini dimulai dari jam 21.40 sampai 22.30. Memang lama, karena semua memperkenalkan diri tanpa kecuali. Tapi justru malam seperti inilah yang berkesan, karena dari sini kita bisa kenal semua orang, dan membuat suasana menjadi lebih hangat, erat dan akrab. Esensinya memang disitu.
Jam 11 itu semua peserta harus langsung tidur, beberapa panitia juga memilih buat langsung tidur, tapi sebenarnya itu adalah waktu khusus untuk membahas sesuatu. Apa itu? Tunggu kelanjutannya ya!


BERSAMBUNG ke malam ketiga.....

BACA JUGA:
Diklat APS 2016 [Hari Pertama]
Diklat APS 2016 [Hari Ketiga]

0 komentar:

Posting Komentar

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template