Minggu, 17 Januari 2016

Pendakian Kedua, Ontoboego (Pos 2 Gunung Arjuno), September 2015

Karena kecintaanku pada gunung, 4 bulan berselang setelah pendakian di Gunung Penanggungan, aku memutuskan untuk naik gunung lagi. Kali ini, tawaran naik bareng datang dari komunitas yang berbeda, KOMPAAS (Komunitas Pecinta Alam Arek Suroboyo). Aku dapat infonya dari Facebook, ceritanya ada anniversary komunitas pecinta alam juga, dan mereka merayakannya dengan mengadakan camping rame-rame (istilahnya camcer, atau camping ceria) dan lokasi yang dipilih adalah Gunung Arjuno, tepatnya di Pos 2 Gunung Arjuno, Pos Ontoboego, jalur Purwosari, Pasuruan, pada tanggal 5-6 September 2015.

          Modalku hanya nekat ikutan. Padahal aku belum pernah sekalipun kopdar sama KOMPAAS, eh datang-datang malah minta ikut. Rasanya ga tau diri banget, ahaha. Tapi, karena sifat khas dari komunitas pecinta alam adalah terbuka, ramah, suka menolong dan menerima apa adanya (ini serius, emang bener), maka siapapun yang join akan diterima dengan lapang dada. Begitu pula yang terjadi kepadaku. Maka, aku bersyukur sekali dan berterima kasih karena telah diizinkan ikut seolah sudah lama kenal dan gabung ama mereka.
          Jadi... Inilah kisahku, kawan.


PRA-PENDAKIAN
          Berbeda dengan pendakian Gunung Penanggungan, 2-3 Mei 2015 lalu, kali ini aku datang sendirian. Tak masalah, justru ini kesempatanku untuk mengenal lebih dalam orang-orang yang ada di komunitas ini. Logikanya, kalau ada temen yang kita kenal kan kita cenderung nempel terus ama mereka, jadi gak berbaur sama yang lain, berbeda kalau sama sekali gak kenal, kita akan melakukan apapun untuk mengenal dan diterima oleh mereka. Semacam penebusan dosa karena aku ngerasa gak deket sama anak-anak Jatim Backpacker pas naik di Penanggungan silam.
          Alhamdulillah, mereka sangat baik kepadaku. Bahkan, aku yang bilang gak ada motor buat kesana, jadi di-tebengi ama salah satu anggotanya. Baik banget. Tau sendirilah, motorku kalau dibawa naik ke dataran tinggi kayak gimana? Aku kan udah pernah cerita di postingan sebelumnya, hehe
          Sebelum naik, aku menyempatkan untuk jogging satu kali, meski track jogging yang ku ambil tidak panjang, tapi semoga itu bisa membantuku nanti dalam mengatur napasku yang mudah terengah-engah. Sebelum naik pula aku browsing di internet, kalau pendakian dari pos 1 ke pos 2 hanya makan waktu 1 jam. Sungguh singkat, ga ada apa-apanya dibanding di Penanggungan kemarin. Ya, namanya juga cuma ke Pos 2, bukan puncak, kan? Tujuannya juga cuma camping. Kalau puncak, bisa 2-3 hari hehe

PENDAKIAN
          Untuk menuju ke meeting point (Angkringan Mayangkara, dekat RSAL) aku minta diantar sobatku, Atul, karena ga bawa motor. Sempat nyasar, tapi berada disana tepat waktu, sesuai janji, yakni jam 18:00. Atul pulang beberapa saat kemudian dan aku masuk ke dalam, menemui Cak Mus, ketua komunitas KOMPAAS, yang sudah menunggu didalam dari tadi. Belum ada anggota lain. Aku menyapa dan mengobrol dengannya. Dia ga bisa ikut naik karena istrinya lagi sakit.

Suasana di angkringan Mayangkara
Beberapa saat kemudian, satu persatu anggota datang. Aku mengenal tiga anggota perempuan yang ikut KOMPAAS, mereka adalah Mbak Fitria, Mbak Dewi dan Mbak Dila. They’re super nice and friendly. Anggota lainnya laki-laki dan jumlah totalnya ada belasan orang. Mereka mengecek, re-packing barang bawaan dan setelah sudah yakin beres, jam 19:16 kami ngumpul di parkiran, untuk mendapatkan pengarahan dari Cak Mus dan doa bersama sebelum berangkat. Jam 19:25 kami berangkat. Aku ditebengi Mas Fanani, salah satu anggota KOMPAAS juga

Berangkaaaat!
Jam 22:25 kami sampai di Pos pertama Gunung Arjuno via Purwosari, Pasuruan. Lokasinya seperti dusun kecil yang memiliki perkebunan jagung dan kopi. Ada banyak rumah-rumah penduduk. Jalanan ke desa ini sungguh terjal, penuh bebatuan dan lama menempuhnya. Ada sekitar satu jam lebih untuk menuju desa dari jalanan aspal besar jalur Surabaya-Malang. Dengan melihat jalanan ini, untunglah aku tidak membawa motor karena jalan ini cukup parah. Sampai, langsung makan-makan dulu, karena ada yang bawa bekal jadi dikeroyok rame-rame, ahaha. Aku kok gak kepikiran ya bawa nasi dan lauk seperti mereka. Seenggaknya, sebelum naik kita punya energi lebih, hehe.
Pendakian dilakukan di malam hari. Mungkin kalian bertanya, kenapa kok malam? Bukannya gelap? Lebih dingin? Banyak hewan yang keluar malam? Kenapa gak siang aja? Ya, ada alasan khusus kenapa dipilih pendakian malam. Aku bertanya ke banyak orang, dan ini alasannya:
1.     Pendakian malam dilakukan karena ada anggota yang pulang kerja sore hari, jadi baru bisa berangkat malam dan otomatis, pendakiannya malam pula
2.    Pendakian malam lebih menantang, karena gelap jadi kita gak tau udah dekat atau belum dengan pos berikutnya dan ini membuat kita tetap jalaaaan terus. Beda kalau siang, kita melihat track-nya dengan jelas dan kadang kita mikir, “Aduh, masih jauh ya?” “Aduh, kelihatannya terjal nih.” dan sebagainya.
3.    Pendakian malam lebih sejuk. Tidak ada istilah ‘dingin’ kalau kita tetap mendaki dan berjalan, karena tubuh kita membakar kalori dan mengeluarkan rasa hangat. Sementara, pendakian siang, meski bisa melihat pemandangan yang bagus, tapi panas, jadi tubuh kita membakar kalori dan energi lebih banyak, yang membuat kita menghabiskan lebih banyak air dan makanan daripada pendakian malam.
4.    Setelah mendaki malam hari, kita bisa langsung pasang tenda dan tidur, hahaha
5.    Soal hewan, aku pribadi belum pernah melihat hewan, terutama yang buas, di malam hari. Mungkin karena jam terbangku saja yang kurang tinggi, tapi potensi bahaya tetap ada baik siang atau malam, jadi tingkat kewaspadaan harus tetap tinggi, tak peduli pendakian itu dilakukan siang atau malam

Sampai di pos pendakian 

Langsung budal
Jam 22:55 kami mengisi form data pendaki, setelah itu langsung naik. Jalanan yang semula paving, berubah jadi setapak. Belum apa-apa, track-nya sudah curam, bahkan seringkali sampingnya jurang. Widih. Sebenarnya ada dua jalur, yang sama-sama mengarah ke Pos 2, tetapi kita pilih yang curam dulu karena katanya setelah ini jalanan bakal enak, mulus dan lebar.

Jalannya jadi lebar
 
Break dulu
Benar juga, track yang curam ini cukup singkat, tak sampai 15 menit. Setelah itu jalanannya berubah jadi lebar dan tak terlalu curam. Kami berjalan dengan nyantai, melodi lagu yang disetel berbaur dengan suara jangkrik dan suasana yang sunyi. Tak jarang, ada yang bilang, “Ayo semangat, kurang 10 menit lagi!” Perasaan dari tadi bilang 10 menit terus tapi gak nyampe-nyampe, haha.

Sampai cuy!
Jam 23:50, kami sampai di Pos 2 Gunung Arjuno, Pos Gua Ontoboego. Dengar, hanya 50 menit? You serious? Tiba-tiba udah sampai aja, waw. Kami langsung salam-salaman ama member dan komunitas lain, seperti dari Komunitas KOPIALAS (Komunitas Pecinta Alam Bebas), lalu langsung ikut bantuin masak-masak. Mbak Fitria malah mengeluarkan rujak dalam porsi besar!

Masak tengah malam

Siluet dalam kegelapan
Setelah masak dan ngicip makanan, aku nyoba jalan-jalan disekitar area camp. Mengobservasi. Ada yang ngobrol, ada yang masak-masak, ada yang nyanyi dan gitaran disekitar api unggun. Dan... ada kamar mandi cuy! Cukup mengejutkan, mengingat di Penanggungan dulu kamar mandi = semak-semak. Selain itu, ada area yang di keramik, ada patung dan juga gua Ontoboego, yang menurut internet, dikeramatkan. Beberapa bangunan dan monumen tertulis: dibangun oleh KOSTRAD. Oh wow.
Jam 02:00 aku masuk tenda dan tidur, satu tenda isi empat orang (aku, Mb Fitria, Mb Dila dan Mb Dewi), lalu bangun jam 05:00. Disini, jam 5 pagi pun sudah sangat terang, matahari menyinari dan seluruh area yang kulihat sudah terang benderang. Cerah, Setelah mengerjapkan mata, aku langsung merekam suasana sekitar. Tempat ini sangat bagus! Akhirnya, tanpa mencuci muka atau apa, aku langsung jalan-jalan mengelilingi sekitar area camp, main-main dulu lah bentar hehe



Pagi, Arjuno! 

Tendaku
Monumen naga

Rame cuy! 

Gua ontoboego, dari inilah nama pos 2 berasal 

Kelihatan ga, bangunan kamar mandinya?
Menuju puncak!

Wih asik, tempat tidur gantung :(( 

Pamer ular hehe
Jam 05:45 aku balik dan lihat tim KOMPAAS udah mulai masak-masak. Bahannya lengkap, mulai dari protein hewani (sosis, ikan teri) sampai protein nabati (tempe, tahu, sayuran), hehe. Gini jadi kepikiran lagi, harusnya aku bawa bahan mentahan kalau tau ada yang bawa alat masak. Seperti biasa cuma bawa roti. Duh gak berguna peranku disini. 

Masak, masak sendiri *nyanyi* 

Nyantai sambil nunggu masakan jadi
Yaudah, akhirnya bantuin dikit, sampai semua member selesai nyamil atau makan, jam 08:00 pagi ada pelatihan singkat navigasi darat oleh seorang bapak-bapak handal yang aku lupa namanya. Banyak orang mengerubungi, jadi aku ikutan. Kali aja dapat ilmu yang berguna, hehe


Pelatihan singkat navigasi darat 

Bapak pelatihnya

Membidik kompas dengan baik dan benar hehe
Cuma satu jam aku ikutan pelatihan, suasananya kurang kondusif karena banyak orang dan alatnya terbatas, kata bapaknya kalau alatnya banyak, orang-orang boleh praktekin. Jadi yang ku dengerin cuma sebatas teori plus lihat peragaannya saja dari bapaknya, kaya baca peta atau bidik kompas. Ya, kalau memang bener-bener minat dan mau menguasai navigasi darat, kontak aja bapaknya, kali aja dapat pelatihan privat hehe
          Jam 09:30-an, aku ngajakin Mb Fitria, Mb Dewi dan Mb Dila hunting foto. Kami menjelajahi seluruh ground, mencari-cari background menarik. Eh, nyasarnya malah foto-foto sama orang-orang ini. FYI, mas yang pake seragam SD itu katanya sering naik gunung pake sepeda tua lho. Dan dia sudah menapaki banyak gunung dengan cara unik itu.





This is us, hehe


Ceritanya ‘hunting’ 

Mbak Dew, fotomu tak pajang ya? Bagus soalnya ^^
          Sejam lebih hunting, tiba-tiba udah disuruh packing lagi. Mau turun katanya. Okelah. Lagian camp ground udah mulai sepi. Banyak yang udah balik jam 10 tadi. Habis beres-beres, mulai deh gabut dan nganggur. Ngelihatin Mbak Fitria minta dibikinin gelang ama Bang Wanto, sampai eyel-eyelan soalnya minta dibikinin banyak tapi Bang Wanto gak mau haha. Ngobrol-ngobrol juga sama yang lain, ada pula yang beresin tenda, nimbun sampah makanan di tanah atau mungutin sampah buat dibawa turun. Itu baru pecinta alam sejati, hehe 


Ceritanya lagi bikin gelang

Dibawah naungan pepohonan 

Tanda cinta dari hutan
          Enak-enak tiduran di atas rumput, dibawah rimbun pohon, ternyata aku ketiduran. Sejuk sih. Sepoi-sepoi gitu. Dan terima kasih Tuhan, pas aku bangun ternyata anak KOMPAAS masih ada, gak ditinggal haha. Jam 13:00 semuanya udah beres dan saatnya turun gunung!
Camp ground udah mulai sepi





Balik ke peradaban
          Oh ya, sekedar cerita. Banyak sih yang tanya gini ke aku, “Ngapain mbak ngerekam-ngerekam?” (nada penasaran, bukan nada ofensif) atau “Lagi bikin video dokumenter ya?” Hm, semencolok itukah aksiku? Wkwk. Tapi akhirnya ku jelaskan juga kalau aku memang bikin video dokumenter untuk kepentingan pribadiku, bukan untuk tugas. Sekedar seneng aja sih. Lagian, kalau niat buat dokumenter serius, please, siapapun tidak akan pernah memakai kamera compact/kamera saku untuk merekam. Pakai yang HD (720 p) pun masih jelek banget :(( Gampang shaking, gak ada manual fokus, auto fokus payah, kadang gelap, wes pokoknya jelek pol lah. Apalagi kalau malam, noise tok isine :(( Tapi, bagaimanapun, ini satu-satunya kamera yang ku miliki :’) 


 Alhamdulillah nyampe peradaban


Suasana sekitar pos perizinan pendakian
          30 menit saja kami sudah sampai di pos perizinan! Jam 13:00 sampai 13:32, singkat sekali. Wah senangnya. Setelah melaporkan identitas kami di pos perizinan (semacam check out), jam 14:00 aku langsung pulang. Maklum nebeng, dan yang ditebengi (Mas Fanani) ada acara nanti malam, jadinya langsung balik secepatnya, sementara yang lain masih duduk-duduk di pos perizinan.

PASCA PENDAKIAN
Pulaaang pulaaang
Pendaki yang berseragam SD itu beneran ngontel, kawan!
          Aku request ke Mas Fanani agar diturunkan di Terminal Bungurasih, mengingat aku gak bawa motor. Nanti bisa naik bis kota ke JMP lalu lanjut naik mikrolet/bemo ke rumah. Asik. Aku justru seneng punya kesempatan untuk naik kendaraan umum, jarang-jarang ada kesempatan kayak gini. Suasananya berbeda dibanding naik motor (dan paling utama : keadaan mengharuskan demikian). Anyway, thanks poll buat Mas Fanani, atas tumpangannya.
Terminal Bungurasih 

Didalam bis tujuan JMP, Surabaya
          Satu setengah jam (14:00 ke 15:30) berkendara dari Purwosari, Pasuruan menuju Terminal Bungurasih. Hari memang sudah tidak terik tapi debu berterbangan dimana-mana. Jangan tanya seberapa kucel wajahku. Setelah berterima kasih dan berpamitan ke Mas Fanani, aku langsung melangkahkan kaki menuju dalam terminal. Mencari bis jurusan JMP, Surabaya.
          Jam 15:37 aku sudah duduk diatas kursi bis yang keras. Bis belum berangkat, tapi mesinnya meraung-raung karena lagi dipanaskan. Biasa, bis belum penuh, kursi-kursi masih banyak yang kosong dan demi kejar setoran, pengemudi bis masih setia menunggu penumpang selanjutnya. Bis kemudian berjalan ketika sudah penuh.
          Mulanya tak ada yang mencurigakan. Bis berjalan dengan kecepatan sedang. Aku memandangi siluet gunung yang angkuh dan sombong, yang baru saja kudaki semalam. Gunung itu bisa terlihat apabila cuaca cerah tanpa ada awan yang menghalang. Aku jadi ingat Novel Bumi Manusia yang kupinjam dari temanku, Ardila. Di novel ini menceritakan tokoh Anneliesse, anak orang kaya yang blasteran (keturunan Indonesia-Belanda), yang suka memandangi gunung dari rumah megahnya di daerah Wonokromo. Aku jadi curiga, gunung yang dimaksud adalah gunung Arjuno-Welirang ini. Kenapa? Karena memang gunung ini bisa terlihat dari Surabaya, seperti yang kulihat tadi, terlihat jika cuacanya cerah. Dari jauh ia lebih memesona ^^ Oke, aku jadi ngobrol kemana-mana. Dan aku jadi ingat kalau novelnya Ardila sudah ada di aku selama satu semester *merasa bersalah*


Bisnya bermasalah, penumpang gelisah :((
          Tapi, tiba-tiba, bis berhenti ketika berada didalam area tol. Mesin dimatikan, sopir bis turun untuk mengecek dan penumpang mulai gelisah. Tak lama, sopir bis mengumumkan bahwa ada masalah pada bis dan kita disuruh untuk cari bis lain. Waduh. Sekali naik bis, eh dapet yang bermasalah, hehe. Tapi aku masih nyantai. Justru menarik bagiku.
          Belasan menit kami menanti, ada bis yang berhenti dan penumpang berkejaran, berebut masuk. Tapi yang bisa terangkut hanya sebagian. Sisanya, sekitar 10 orang (termasuk aku) menanti bis selanjutnya. Aku tanya ke ibu-ibu yang tadi duduk disebelahku, kira-kira bayar lagi gak ya? Katanya sih gak, karena bisa jadi hal ini sering terjadi dan sopir bis biasanya kenal dengan sesama supir bis, yang menjadikan mereka sering membantu jika dilanda situasi seperti ini.
          Setelah sabar menanti, aku dan ibu berbaju hijau tosca masuk, dan duduk terpisah. Tadi ngobrol sebentar katanya dia mau ke rumah anaknya di daerah Bulak Banteng. Malah disuruh mampir pula. Tapi kutepis tawarannya dengan halus, sembari menjelaskan bahwa esok pagi aku ada kelas.


Didalam bemo R2
          Turun dari bis, kami berjalan beriringan mencari bemo yang sama, yakni R2 berwarna hijau muda. Tinggal dua bemo tersisa, karena hari sudah hampir gelap. Bersyukur, masih ada bemo. Kalau lewat maghrib, jangan harap ada R2 nangkring di JMP :’)
Bemo berjalan lambat, jam 17:30, mengantarkan kami ke tujuan masing-masing. Agak sedih melihat penumpangnya bisa dihitung jari (kalau gak salah, cuma 6, padahal kapasitas sekali angkut bisa 15 orang (termasuk sopir). Ditengah jalan ada sih, 2-3 orang yang naik. Aku jadi mikir, sebanding gak ya? Apa nutupin biaya bensinnya? Dapet berapa ya sopirnya hari ini? Bisa nutup setoran gak ya? Aku jadi kepikiran. Ngerasa bersalah karena gak bisa bantu banyak, karena tiap hari naik kendaraan pribadi terus.
Tapi... Yaudahlah. Namanya juga kehidupan. Semangat pak sopir angkutan umum, dimanapun kalian berada!

NOTE:
-      Maaf jika kualitas foto yang kutayangkan jelek. Beberapa foto memang diambil dari screenshoot file video HD 720 p, kameraku (Nikon S3500) memang jelek kalau urusan video.

-      Kalau mau lihat video dokumenter yang telah ku buat, mampir di sini ya (LINK YOUTUBE) : https://www.youtube.com/watch?v=4QpSVaITtJo

0 komentar:

Posting Komentar

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template