Kamis, 13 Agustus 2015

Ngurus SIM C di Satpas Colombo (PART 1)

Hari Jum’at ini (31/7), aku berencana untuk mengurus SIM C. Yep, setelah berkendara selama bertahun-tahun di jalanan (dari kelas 1 SMP) sampai tembus Malang Selatan (Desember 2014) dan Probolinggo (Bromo) (Juni, 2013) tanpa punya SIM, ditilang 3 kali (di Jl. Basuki Rahmat, Jl. Pacar Keling dan......Pasuruan! Bayangno ditilang di Pasuruan, luar kota mennnn! Sidang pula! Eh, semuanya sidang sih kecuali di Basra, panik, waktu itu masih 2 SMA) akhirnya kuputuskan juga untuk mengurusnya. Bukan apa-apa, aku punya cukup waktu luang di libur kuliah semester 2 ini. Satu bulan lebih beberapa minggu, kiranya cukup, apalagi dengan mengkalkulasikan kegagalannya nanti.
            Sebenarnya, niat ngurus hari Kamis (30/7), tapi hari itu aku benar-benar deg-degan dan don’t know what to do, apalagi setelah baca thread di Kaskus tentang pengalamannya “dipersulit”.
Rabu malam itu bahkan saking campur aduknya, aku sampai menangis. “Besok bakal diapain ya?” “Aduh, dibentak-bentak ini” dan sebagainya, menari-nari dipikiranku. Apalagi, ketika kurasakan aku belum cukup untuk membaca dan belajar tentang ujian teori, meski faktanya aku punya tiga buah buku KHUSUS yang membahas tentang mengurus SIM. Rabu malam itu aku berada dalam tekanan batin yang luar biasa, dengan opini publik yang berpendar-pendar yang telah kubaca, bahwa akan dipersulit, ngulang berkali-kali, ribet bolak-balik dan lainnya.
            It just scares me.
            Jadi, dengan gemuruh di dada, Jum’at pagi ku niatkan untuk berangkat. Setelah dua hari sebelumnya membaca-baca ketiga buku itu, rasanya sudah cukup lah bekal teoriku. Mungkin aku hanya akan ngulang di Praktek, it doesn’t matter. Tidak usah berharap muluk-muluk di kesempatan pertama.
            Jum’at pagi, 06:58
            Aku, dengan diantar Ayahku (yang bahkan sampai izin dari kerja hanya untuk menemaniku) sampai di Satpas Colombo, Surabaya, yang terletak di jalan Ikan-ikanan (?). Parkiran masih sepi, hanya ada beberapa sepeda motor terparkir. Setelahnya, kami berjalan ke arah spanduk gede yang menerangkan lokasi-lokasi yang ada di tempat ini.
            Lalu, what we do next? Ayahku bertanya pada seorang petugas dibalik kaca, dan prosedur pertama adalah tes kesehatan. Loh, dimana? Perasaan gak ada deh, di peta, tulisan klinik atau semacamnya. Ternyata, lokasinya ada di luar area Colombo. Di sebuah petak kecil di gang tanpa gapura, beberapa meter dari Colombo, yang bisa dicapai dengan berjalan kaki tak lebih dari 30 detik.
            Di klinik itu, aku menjumpai seorang mbak-mbak berusia 20-25 tahunan, curvy dan berambut lurus panjang, sedikit kemerahan, menanti kliniknya buka sembari memainkan hp. She seems nice. Dan sepertinya tak menggunakan jasa calo. Dia hanya sendirian disana, mengenakan kemeja garis-garis dan celana jeans. Kami berbicara sebentar lalu saling sibuk sendiri, menanti kliniknya buka, pukul 08.00.
            #NP: Little Heroes – Sejenak Lupakan Mimpi. Menetralisir kegugupan.
            Dua sepeda motor, bebek dan matic, berjalan ke arah klinik. Diatasnya, bertengger anak muda laki-laki usia 25-an dan perempuan berusia sekitar 30-an. Di motor matic, ada bapak-bapak usia 40-50 tahunan, mengenakan jaket dan topi. Mereka berdua berbicara dan saling “bekerja sama”. Lalu, bapak itu menoleh ke arahku dan bertanya:
            “Ngurus SIM apa?”
            “C” jawabku sambil menampakkan raut tak bersahabat.
            “Mau dibantu?”
            Aku menggeleng, menambah intensitas kejutekan di wajahku. Benar kan, praktek kotor ini masih ada? Dan bapak itu diam, lalu pergi. Sssh, sssh, go away!!
            Detik demi detik berlalu, orang yang bertandang ke klinik yang masih tutup ini makin banyak. Beragam kisaran usia, mulai 20 tahun hingga 40 tahun lebih. Perempuan dan laki-laki. Berpakaian kemeja rapi, flowery, hingga baju muslim. Sendirian atau ditemani.
            08:11
Seorang wanita berusia 30-an datang dengan sepeda kayuh, berjilbab pendek pink dan mengenakan tas kecil. Sepertinya ini dokternya, tukas Ayahku. Dan ternyata benar. Wanita itu merogoh sakunya, menemukan kunci dan membuka pintu. Dibantu oleh seorang wanita tua yang memintai KTP asli kami masing-masing. Aku berada di nomor urut ketiga, disalip oleh orang lain satu nomor. Ugh.
            Klinik itu sangat kecil, berukuran kira-kira hanya 3,5 x 2 meter. Ada kursi plastik tunggu untuk kami, pemohon SIM, berjumlah 5-6 buah. “Mbak-yang-terlihat-baik” tadi dipanggil untuk ditanyai tentang usianya, tinggi badan dan disodori buku tentang tes buta warna, yang kurasa hanya sekedar formalitas belaka. Gimana gak formalitas, kita hanya disodori satu lembar gambar tes buta warna dan disuruh menyebutkan angkanya, lalu sudah. Ditarik biaya 55 ribu, 30 ribu untuk premi asuransi (yang bahkan kami tidak diberitahu tentang ini kecuali dari banner) dan 25 ribu untuk tes “kesehatan”.
            Yaay, aku sehat! Aku bisa baca angka di tes buta warna! *sarkas*
            Setelah tes “kesehatan”, aku mendapatkan selembar kertas berwarna pink yang menunjukkan nama, usia, tinggi badan, sehat dan apa gitu, lupa. Dan disuruh langsung ke prosedur berikutnya. Ke ruangan dimana kita menyerahkan fotokopi KTP dan hasil tes kesehatan, dan langsung diberi satu map berisi formulir pendaftaran. Kertas formulir dan map-nya bagus. Modal lah.
            Aku membawa map itu keluar dan mengisinya sambil bersandar di tembok, bernyanyi-nyanyi lagu dari Little Heroes tadi. Mengisinya dengan hati-hati, lalu membaca ulang, takut ada yang salah. Setelah itu, aku menuju ke Knowledge Room, membuka pintunya dan bertanya pada petugasnya. Rupanya salah alamat, bung. Formulir ini ya diserahkan ke tempat awal tadi aku pertama mengambilnya. Dari sini, aku mendapat nomor urut (058) dan harus menunggu untuk masuk ke Knowledge Room.
            Di Knowledge Room (yang aku sendiri suka namanya), ada puluhan kursi single seperti kursi kuliah, diatasnya ada diktat yang berisi soal-soal ujian SIM yang sudah dikasih jawaban yang benar. Ada 80 soal untuk teori SIM C, tapi hanya 30 soal pertama yang ada jawabannya. Aku menempati kursi terdepan. Membaca isinya, menghapal beberapa keywords-nya. Mencoba menyerap sebanyak mungkin yang ku bisa. Ada slideshow di samping kiri yang menampilkan video sosialisasi patuh lalu lintas dan beberapa kecelakaan berdarah-darah. Mengerikan.
            Lima atau tujuh menit berlalu, seorang polisi dengan nama Budi P, memasuki ruangan. Ia berusia kira-kira lima puluhan, dengan tubuhnya yang masih tegap dan terlihat gembira. Laki-laki yang memiliki sedikit uban dirambutnya itu menyapa ruangan dengan gaya yang friendly sekali, memperkenalkan dirinya dan mulai bercerita tentang betapa pentingnya taat lalu lintas.
            “Saudara-saudara sekalian, saya harap ketika anda pulang dari sini, anda akan jadi pribadi yang patuh pada lalu lintas!” Pak Budi mengakhiri arahannya. “Sekian dan terima kasih.”
            09:15
Keluar dari Knowledge Room, kami langsung berjalan menuju Ruang Tunggu Teori, yang ada di pojokan dan dekat dengan gudang arsip. Ada puluhan orang yang duduk disana, kebanyakan menampilkan raut tegang diwajahnya. Ada beberapa anak SMA yang masih mengenakan seragam, pramuka atau batik, sama-sama menunggu untuk mengurus SIM.
            Di ruang tunggu, aku masih membaca-baca buku yang ku bawa. Adib Bahari, S.H, 2009, Panduan Praktis Ujian SIM, Mengurus STNK dan BPKB. Buku yang ku beli beberapa tahun yang lalu di Gramedia Basuki Rahmat. Harganya sekitar 10 ribu. Obralan, hehew.
            Ketika bosan menghapal keywords, aku melihat spanduk yang berisi gambar-gambar rambu dan menghapalnya. Atau melihat tayangan preview tentang cara mengerjakan ujian teori. Menurut preview, caranya adalah :
1.      Isi nomor registrasi dengan nomor KTP, klik enter 3 kali
2.      Setelahnya, akan muncul tiga soal pertama sebagai pemanasan, ada soal dengan empat pilihan jawaban. Tekan A, B, C, atau D di keyboard, lalu enter.
3.      Setelahnya, akan muncul hasil ujian dengan bertuliskan lulus, hiraukan saja karena itu hanya bagian dari pemanasan tadi
4.      Lanjut ke soal teori yang asli. Ada sekitar 30 soal, dengan waktu 25 detik untuk menjawab masing-masing soal. Jika tak diisi dalam waktu 25 detik, soal akan langsung berganti.
5.      Akan muncul hasil tes, dengan nama, skor dan lulus/tidaknya
Sampai disini aku bergidik. Skor lulus minimal 70, di banner. Duh.
            Akhirnya, setelah menunggu, rombongan nomor urut 50-100 disuruh masuk ruang teori. Di briefing sebentar ama mas-mas yang entah polisi atau bukan, pakai baju batik. Seperti kata orang di Kaskus, polisi disini muda dan bersahabat. Yah, aku baru nemu dua. Pak Budi tadi sama mas yang ini.
            Mas berbaju batik ini menjelaskan dengan tegas tapi friendly, sesekali ngajak bercanda calon-calon pejuang SIM yang ada didepannya. Beberapa ibu-ibu yang nyeletuk spontan menambah hangat suasana, padahal dalam hati mah deg-degan banget!
            Mas ini juga menjelaskan kalau ada dua orang, hari ini, yang disuruh pulang karena apa sobat......buta huruf! Wadoeww, berani juga ngurus SIM tapi gak bisa baca tulis. Gimana ngerjain soal-soalnya? Masnya juga tanya, kalau ada yang buta huruf, segeralah mengaku. Tapi, semuanya diam. Semuanya bisa, sepertinya.
            Setelah itu, berkas kami tadi (yang map dan formulirnya bagus) dikasihkan ke kami dan dipanggil nama satu persatu, lalu diarahkan ke meja komputer. Njir, tanganku dingin banget. Mengetikkan nomor KTP di layar dan memastikan bahwa itu benar. Lalu, enter 3x.
            Dan...soalnya muncul! Ini masih soal pemanasan seperti yang kubilang tadi, tapi deg-degannya subhanallah. Membaca berulang-ulang dan memastikan jawaban benar, lalu klik enter. Begitu sampai soal yang ketiga, lalu ada notifikasi LULUS. Yay! Jangan senang dulu, ini baru pemanasan. Huft.
            Menuju ke soal yang sebenarnya. Berusaha tenang dan membaca dengan detail, lalu mencari jawaban. Ketika sudah benar, ku pastikan ulang, sembari melirik ke kotak waktu yang ada diujung kanan atas. 25 detik bukan waktu yang lama, sobat. Disini kita akan belajar bagaimana menghargai waktu!
            Ada beberapa soal yang belum pernah ku jumpai di 3 buku yang kumiliki, diktat di Knowledge Room dan soal di internet. Tentang rambu-rambu. Jawabannya mirip-mirip, kurang ajar. Jadi dilema.
            Dan.....ini hasil tesku. Skor 57 dengan keterangan tidak lulus......
            Plasssh! Langsung lemes dah. Kok bisa??? Salah apa aku Tuhan? Salah apa aku, pak pol? Mengapa nasibku seperti ini? Padahal sudah belajar dua hari dua malam.
            #NP: Ratapan Anak Tiri
            Sambil menyeret tas ransel yang jebol, menuju ke meja dan memberikan hasilnya ke polisi yang ada disana. Polisi ganteng, namanya Wira #SalahFokus. Keceplosan curhat ke Mas Wira, “Mas kok dapet segini? Padahal udah belajar.” Eh dianya malah nyengir, setengah senyum. Njir. Kwkwkw. Masih sempet-sempetnya genit.
            Polwan yang usianya 40-an lebih tegas, nyuruh aku ke meja lain untuk fotokopi hasil ujian teori. Lalu balik ke dia lagi untuk tanda tangan. Dikertasnya, juga ditulis tanggal kapan aku harus balik untuk remidi ngulang. 14 Agustus. Dua minggu dari sekarang.
            Aku berjalan dengan kepala masih dipenuhi rasa gak percaya. Aku ngulang? Serius, ngulang? Jawabannya udah plek ama buku dan diktat, lho. Ekspetasi bakal dapat nilai 8 eh yang muncul kok 57. Ada konspirasi kah? Konspirasi kemakmuran? Kontroversi hati? #Vicky-nisasi
            Aku menemukan ayahku duduk-duduk di kursi tunggu depan bank, menanyakan hasilnya. Akhirnya omelanku di kepala tumpah juga, haha. Ayahku bilang, “Kebanyakan yang keluar dari ruang teori kok langsung antri di depan bank untuk bayar? Kok gak praktek?” NAH LO. Bener kan, konspirasi.
            Masih belum jam 11. Terlalu pagi untuk pulang. Aku memutuskan untuk melihat-lihat terlebih dahulu. Didepanku, saat jalan, ada dua anak muda sepertiku, cowok, masing-masing memegang kertas kecil seperti yang kupunya. Wah, ngulang juga ini sepertinya. Akhirnya punya temen.
            Mbak-mbak yang “seems nice” tadi menunggu di dekat lapangan praktek. Dia lulus. Meski gak tau namanya, aku mengagumi mbak ini. Mengagumi kemandiriannya. Ada keteguhan di matanya. Dia sangat tenang dan pendiam, tapi ketika diajak ngobrol ramah sekali. Aku mengungkapkan ketidakpercayaanku kenapa gak lulus #LagiLagiKeceplosanCurhat dan dia bilang “Aku lulus, dek. Tapi gak ku lihat nilaiku berapa. Aku langsung kesini (lapangan praktek).”
            Setelah melihat sebentar seorang cowok yang seumuran denganku, mengendarai motor yang disediakan Satpas Colombo, Honda gigian. Dia mengendarai dengan tenang, sedikit nyerempet beberapa senti pas di lintasan angka 8, tapi keseluruhan well done. Di lapangan praktek ini gak ada polisi yang jaga di luar, adanya didalam pos. Mungkin mereka mengamati di pos, mungkin juga tersembunyi disuatu tempat. Entahlah.
            I’m done with all of this. Aku memutuskan pergi. Berpamitan dengan mbak tadi.
            “Semangat ya dek! Belajar terus!” teriaknya, ketika aku sudah berjalan beberapa meter. “Iya mbak, makasih.” jawabku, menoleh singkat lalu berlalu.
            Masih belum jam 11, ayah memutuskan untuk balik kerja sementara aku.......mampir ITC. Kwkwkw. Beli DVD 3 biji. Poltergeist, The Boy Next Door dan Despicable Me. Oke, ini bukan sesuatu yang bisa dibanggakan karena I’m buying piracy stuffs. I’m sorry about this. Tapi, daripada “gila” setelah pulang dari Colombo dengan kegagalan?
           

            Better luck next time, pejuang SIM!

5 komentar:

  1. Hai Nena, aku juga punya pengalaman yg samaaaa bedanya nilaiku bahkan lebih buruk XD opsi jawabannya menjebak banget sih. Mana nervousnya gak ketulungan sampe baca soalnya ngulang terus, jadinya jawab ngawur deh, maklum pergi ngurus sim cuma modal doa ama sarapan doang haha. Btw sekarang udah dapet belum simnya? ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Anin! Iya emang gitu pengalaman pertama, pasti banyak bingung dan gugupnya (at least kita punya kesamaan, sama sama bingung wkwk).

      Minggu depan aku mau ngulang ujian praktek lagi :(
      Kamu kapan? Udah dapet SIM?

      Hapus
  2. akhirnya ketemu juga
    tempat sim yang dicari dari tadi
    terima kasih ya

    BalasHapus
  3. iya betul itu...
    seharusnya kita sebagai pemohon pembuatan sim harus di kasih info dulu bahwa asuransi itu tidak wajib
    jadi kita bisa memilih sendiri apakah pake asuransi apa tidak
    tgl 8mei2017 tadi saya juga gitu pas di dokter umum seberang satpas colombo surabaya saya minta surat kesehatan 1sim 1surat kesehatan 25ribu
    saya perpanjang sim A&C
    saya diwajibkan membayar biaya 50 ribu untuk 2 surat kesehatan
    setelah dari meja surat kesehatan saya di anjurkan ke meja asuransi untuk membayar 2kartu asuransi yg seakan" wajib untuk pengurusan sim
    tolong kpd pihak terkait...
    klo bisa masyarakat di pintarkan
    jangan dibodohi / dibodohkan

    klo secara logika satu lembar surat kesehatan kan bisa untuk keperluan macam"
    padahal saya sudah komplain tuh kpd petugas sipil didokter umum sbrg satpas colombo surabaya
    satu surat kesehatan kan udah cukup buat menerangkan klo kita sudah di klaim sehat oleh sidokter umum meskipun mekanismenya cmn baca angka dihutan titik2 warnawarni
    klo emang peraturannya diwajibkan 2surat kesehatan untuk persyaratan perpanjangan 2 sim
    bisa tekor biaya kita misalkan kita naik kepuncak semeru dengan pemeriksaan pos"
    misalkan ada 10pos penjagaan untuk mengecek persyaratan sebagai pendaki kita diwajibkan untuk melampirkan surat kesehatan kita
    pos prtama 1surat kesehatan diambil (25ribu melayang)
    pos ke 2 diambil lagi 1surat kesehatan (50ribu melayang)
    pos ke 3 dan seterusnya klo ditotal jadi 250ribu untuk 10pos
    oh ya yg bikin saya ngakak sendiri waktu saya daftar diloket perpanjangan sekitar jam 11 persyaratan semua udah saya kasihkan kepetugas
    lalu bapak petugas memilihkan struk antrian bahwasannya klo kita parkir dimall kita pencet tombol lanksung keluar struk ...ini bpk petugas gk pake pencet saya lihat struk antrian udah kluar dari mesinnya sebelum dipencet tombolnya...mungkin alatnya skrg udah canggih ...gk pake di pencet tombolnya udah keluar sendiri struk antriannya (- 7struk yg saya lihat
    saya dikasih struk antrian foto
    pas aq lihat struknya tertera jam 7:45:49
    itu sangking canggih mesinnya atau gmn ya...jam11 daftar ...yg tertera distruk jam 7:45:49
    itu pengalaman saya sebagai warga surabaya pas ngurus perpanjangan sim C & penurunan golongan dari sim B1 ke sim A
    thanks kpd satpas colombo surabaya sim saya udah jadi semua & Thanks kepada ibu petugas berhijab diloket pencetakan sim , mnurut saya cmn ibu yg paling ramah pelayanannya meskipun diluar cuaca panas sangat...terasa adem waktu diloket pencetakan sim

    BalasHapus
  4. iya betul itu...
    seharusnya kita sebagai pemohon pembuatan sim harus di kasih info dulu bahwa asuransi itu tidak wajib
    jadi kita bisa memilih sendiri apakah pake asuransi apa tidak
    tgl 8mei2017 tadi saya juga gitu pas di dokter umum seberang satpas colombo surabaya saya minta surat kesehatan 1sim 1surat kesehatan 25ribu
    saya perpanjang sim A&C
    saya diwajibkan membayar biaya 50 ribu untuk 2 surat kesehatan
    setelah dari meja surat kesehatan saya di anjurkan ke meja asuransi untuk membayar 2kartu asuransi yg seakan" wajib untuk pengurusan sim
    tolong kpd pihak terkait...
    klo bisa masyarakat di pintarkan
    jangan dibodohi / dibodohkan

    klo secara logika satu lembar surat kesehatan kan bisa untuk keperluan macam"
    padahal saya sudah komplain tuh kpd petugas sipil didokter umum sbrg satpas colombo surabaya
    satu surat kesehatan kan udah cukup buat menerangkan klo kita sudah di klaim sehat oleh sidokter umum meskipun mekanismenya cmn baca angka dihutan titik2 warnawarni
    klo emang peraturannya diwajibkan 2surat kesehatan untuk persyaratan perpanjangan 2 sim
    bisa tekor biaya kita misalkan kita naik kepuncak semeru dengan pemeriksaan pos"
    misalkan ada 10pos penjagaan untuk mengecek persyaratan sebagai pendaki kita diwajibkan untuk melampirkan surat kesehatan kita
    pos prtama 1surat kesehatan diambil (25ribu melayang)
    pos ke 2 diambil lagi 1surat kesehatan (50ribu melayang)
    pos ke 3 dan seterusnya klo ditotal jadi 250ribu untuk 10pos
    oh ya yg bikin saya ngakak sendiri waktu saya daftar diloket perpanjangan sekitar jam 11 persyaratan semua udah saya kasihkan kepetugas
    lalu bapak petugas memilihkan struk antrian bahwasannya klo kita parkir dimall kita pencet tombol lanksung keluar struk ...ini bpk petugas gk pake pencet saya lihat struk antrian udah kluar dari mesinnya sebelum dipencet tombolnya...mungkin alatnya skrg udah canggih ...gk pake di pencet tombolnya udah keluar sendiri struk antriannya (- 7struk yg saya lihat
    saya dikasih struk antrian foto
    pas aq lihat struknya tertera jam 7:45:49
    itu sangking canggih mesinnya atau gmn ya...jam11 daftar ...yg tertera distruk jam 7:45:49
    itu pengalaman saya sebagai warga surabaya pas ngurus perpanjangan sim C & penurunan golongan dari sim B1 ke sim A
    thanks kpd satpas colombo surabaya sim saya udah jadi semua & Thanks kepada ibu petugas berhijab diloket pencetakan sim , mnurut saya cmn ibu yg paling ramah pelayanannya meskipun diluar cuaca panas sangat...terasa adem waktu diloket pencetakan sim

    BalasHapus

Think twice before you start typing! ;)

 

Goresan Pena Nena Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template